IPP Jatim Goes to Bukittinggi

Bagian 2

Tiba di Ranah Minang

Oleh: Fatatik Maulidiyah

Jika mendengar kata Minang, benak saya melayang jauh di masa-masa remaja, masa saya menggandrungi bacaan-bacaan sastra lama seperti Salah Asuhan, Sengsara Membawa Nikmat, Di Bawah Lindungan Ka’bah, dan Anggia Murni, di mana kota-kota di bumi Minang menjadi setting cerita. Terbayang pesona kota Padang, Bukittinggi, dan lainnya di pelupuk mata.

Sampai-sampai saya diam-diam menyimpan sebuah foto sahabat yang sedang selfi dilatar belakangi Menara Jam Gadang yang ikonik itu beberapa waktu lalu. Saya menggumam dalam hati,”Suatu saat saya harus ke sana”. Siapa sangka, dari tempat tinggal saya yang jauh itu akhirnya bisa menginjakkan bumi Minang yang memesona, tepatnya di Bukittinggi pada pertengahan Oktober 2023 lalu.

Saya bersama bu Anita rekan satu tim di IPP Jatim, Pemred, dan OmRoy tiba di Bandar udara Minangkabau Kota Padang sekitar pukul 10.30 siang. Kami tidak beranjak kemana-mana sebelum CEO tiba dari Jakarta. Sebelumnya memang, CEO memberikan informasi bahwa kedatangannya sekitar pukul 11 dan nanti bersama-sama menuju Hotel Pusako Bukittinggi.

Kami berempat selfi-selfi ringan, sambil menunggu CEO. Tak berapa lama beliau tampak hadir sambil menyapa kami. _“Loh, sido melu blakraan, ta arek-arek iki ?”_, sambil pandangan mengarah sekilas pada saya dan bu Anita. Saya tersenyum malu sambil mengangguk. Kami berdua manut sama skedul Tim MediaGuru, dengan niatan belajar sambil jalan-jalan.

Belajar bagaimana tim MediaGuru dalam berkegiatan literasi, entah itu ritme kerja, kekompakan, koordinasi, dan bagaimana di lapangan CEO memberikan materi motivasi literasi yang sangat dahsyat.

Pada Pemred saya belajar mengelola waktu, publik speaking, cara menyampaikan materi, juga berimprovisasi. Sementara kepada OmRoy, saya belajar tentang kesabaran, ketelatenan, dan fokus. Intinya banyak hal yang menjadi catatan penting saya, lebih sekadar tentang mendulang pengalaman.

CEO memulai memesan taksi untuk mengantar kami ke Kota Bukittinggi. Karena banyaknya bagasi kami diantar dua mobil. Mobil pertama berisi CEO, Pemred, dan OmRoy, sementara mobil kedua berisi saya dan bu Anita. Selanjutnya kami berangkat dan singgah untuk makan siang di Padang Panjang, tepatnya di rumah makan “Sate Mak Syukur”.

Perut yang sudah keroncongan seketika tenang, setelah hidangan sate padang yang disiram saus rempah beraroma menggoda itu dihidangkan. Kemudian CEO menawarkan kami, mencicipi Teh Talua (Teh Telur), minuman penghangat badan khas ranah Minang yang terkenal itu.

Setelah tim MediaGuru melaksanakan salat zuhur di restoran tersebut, kami melanjutkan perjalanan menuju Bukittinggi. Saya dan bu Anita lebih memilih salat saat tiba di Pusako Hotel. Dengan mobil berisi kami berdua saja, perjalanan kami bisa dikatakan sangat nyaman.

Sepanjang perjalanan yang berkelok-kelok dan berbukit, memanjakan mata kami. Kanan kiri panorama khas tanah Minang tersaji. Rumah gadang ada di mana-mana.

Setelah melewati Padang Panjang, sopir memberi tahu bahwa tak lama lagi akan melintasi Lembah Anai, sebuah air terjun di pinggir jalan yang terkenal itu.

Sambil membuka jendela mobil saya siapkan ponsel untuk merekam.

"Pelan-pelan Pak Sopiirr,"

sambil tak henti-henti berteriak histeris.

"Gaesss...! Gaesss!,"

Saya tidak mampu mengucap apa-apa selain berteriak. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa saya sudah sampai di ranah Minang yang indah.