Jalan menanjak

Oleh:Fatima Zahro

Belum pernah sebelumnya melewati jalan menanjak seperti di Silo sanen. Saya bersama keluarga, melewati jalan menanjak itu karena tujuan ta'ziyah di besan. MasyaAllah sepanjang jalan berbatu dan tidak rata seperti jalan yang biasa dijalani di tempat tinggal sendiri. Tepatnya di desa baban.

Jadi banyak berdyukur atas nikmat yang diberikan Allah. Yang pertama karena nikmat sehat masih bisa bersilaturahmi ke rumah famili. Yang ke dua, bersyukur atas jalan yang biasa dilewati setiap harinya, seakan jauh banding berbalik dengan jalan yang saat ini dilalui. Terbesit dalam benak, bagaimana seandainya jalan yang saat ini menjadi jalan yang akan dilalui tiap hari? Ya Rabb, keresahan tak menepi. Bisa dibayangkan, sepanjang jalan dengan batu terjal, membuat kendaraan yang ditumpangi berjalan gelimpangan. Tidak ada jalan sefikit pun yang bisa dipilih, semua sama.

Banyak hikmah di balik perjalanan dengan bebatuan terjal sepanjang jalan. Perbanyak istigfar di sepanjang jalan. Bagaimana tidak, mulut ini tak hentinya melafalkan kalimat tayyibah. Seringnya sepeda motor melewati jalan berbatu dan berliku, sering pula mulut ini melafalkannya.

Sejatinya diri ini bahagia, Allah memberi pengalaman melalui jalan terjal ini. Karena fengan demikian diri ini semakin banyak bersyukur dengan keadaan ternyaman yang dinikmati. Jika melihat jalan yang dilalui saat ini, semakin beriman kepada Allah, jika tak semua kehidupan di dunia ini terlihat aman-aman saja. Namun,saya yakin kehidupan di tempat yang extrim ini bagi mereka yang sudah biasa menjalaninya, terlihat biasa saja dan nerasa tidak ada kesulitan dengan keadaannya.

Beragamnya kondisi geografis yang ada di Jember ini, membuat saya tertantang untuk menulisnya. Setidaknya yang membaca tahu, apa lagi jika memang pemimpin yang bijak, akan mensejahterakan rakyatnya.

Salam satu jiwa🫰

Kota tembakau, 21 Februari 2023