BELAJAR DARI KENDALA

“Mas..., Mas..., panah-panah itu ada di mana?”teriakku sedikit panik.

“Panah...?” jawab Mas Al agak kaget. Mendengar kata panah tentu saja mengagetkan dan mungkin juga menakutkan. Sebuah benda tajam, tongkat kecil runcing, panjang, berbulu pada pangkalnya dan tajam pada ujungnya dan biasa dilepaskan dengan menggunakan busur. Tanda panah yang dimaksudkan di sini adalah pointer sebagai petunjuk icon-icon yang dapat diklik dengan menggunakan mouse. Mouse ini merupakan alat bantu untuk memberikan perintah dalam memproses data atau mengedit data.

“Panah yang di sini....” sambil menunjuk-nunjuk ke arah monitor laptop miliknya.

“Simsalabim...!” sambil menggerak-gerakkan mouse yang ada di sisi laptop.

Mas Al tersenyum “Ini...dia datang lagi panahnya...” sambil menjelaskan. “Dalam teknologi komputer ini namanya kursor. Suatu petunjuk atau indikator posisi pada monitor komputer atau piranti lain yang akan merespon masukan dari suatu masukan teks atau piranti penunjuk. Kursor secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis, kursor teks dan kursor tetikus.

Mengingat peristiwa tersebut, ada rasa geli, rasa malu dan haru. Kenyataan yang dialami oleh penulis yang kini usia lolita ‘lolos lima puluh tahun’ (istilah klusus). Ketika pertama kali mengoperasikan alat yang namanya komputer.

Pengalaman ini mungkin juga dialami oleh sebagian orang seperti penulis. Bermodalkan keinginan, keyakinan dan optimis dengan berpegang teguh pada prinsip pembelajaran bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didk, dan di mana saja adalah kelas.

Peristiwa seperti di atas, penulis yang memiliki keinginan untuk bisa mengoperasikan komputer, memposisikan dirinya sebagai peseta didik, tempatnya di laboratorium komputer, dan gurunya adalah operator yang secara suka rela mau membantu siapa saja yang ingin mengetahui seluk beluk dan pengoperasikan komputer. Hal seperti ini terjadi di mana saja, di ruang guru, di ruang tata usaha, bahkan di kelas. Bila penulis mengalami kendala, maka tidak segan untuk memimta bantuan kepada teman-teman sejawat yang lebih muda dan kemampuan komputer jauh lebih baik. Di dalam kelas, siswa juga terkadang bisa menjadi sumber belajar bagi penulis. Di rumah, putra/putri penulis yang lebih memahami tentang komputer. Entah mereka mendapatkan dari bangku sekolah atau belajar sendiri, yang pasti mereka lebih mampu. Tidak jarang mereka bisa menjadi guru yang baik bagi penulis.

“Di mana ada kemauan di situ ada jalan.”Kemauan mendorong untuk senantiasa belajar. Belajar bisa di mana dan kapan saja. Belajar pengetahuan tentang seluk beluk komputer diperoleh secara bertahap. Kendala yang dihadapi merupakan jalur utama mendapatkan pengetahuan.

Seperti pada ilustrasi di atas. Ketika penulis mendapat kendala tentang panah yang tidak tampak. Penulis mendapat pengetahuan tentang kursor. Masih banyak lagi kendala-kendala yang dihadapi. Selanjutnya kendala ini membuahkan hasil pengetahuan.

Alhamdulillah, kini penulis sebagai guru, sudah terhindar dari penyakit TBC (Tidak bisa Computer). Di era global ini, penulis sebagai guru tidak lagi gagap teknologi (gaptek). Sebelumnya, pegang komputer saja merasa grogi dan takut. Kini, tugas-tugas sudah bisa dikerjakan sendiri tidak lagi mengandalkan jasa rental atau bantuan orang lain.