Fatmawati

Fatmawati, M.Pd. guru SMP Negeri 1 Kedawung , Jln. Cideng Jaya no. 299 Kertawinangun Kec. Kedawung Kab. Cirebon Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
IDE SEPANJANG PERJALANAN

IDE SEPANJANG PERJALANAN

Beberapa saat setelah usai mengikuti pelatihan menulis buku Sagusabu Kab. Cirebon bersama Tim Medai Guru “Pasti Bisa” penulis sudah mulai mengikuti saran dari narasumber Mediaguru, Bapak Muhammad Ihsan. Pertama, mengundurkan diri dari beberapa group WA. Dua group di antaranya dalam waktu sesaat saja kembali admin memasukkan penulis lagi. Kemungkinan hal itu terjadi, karena penulis tidak memberikan alasan yang kuat, seperti yang disarankan oleh narasumber. Penulis masih tidak berani menjanjikan apa-apa kepada kawan yang ada di group. Penulis tidak berani menyampaikan alasan, ingin menulis buku.

Hal yang berikutnya adalah memikirkan atau mengumpulkan ide-ide apa saja yang akan ditulis. Hingga penulis terbangun disepertiga malam. Ketika mendengarkan tiang listrik dipukul oleh penjaga malam perumahan, sebanyak tiga kali. Sudah muncul ide untuk menulis, bagaimana seorang penjaga malam rela untuk tidak tidur sepanjang malam, apakah yang menjadi niat mereka hanya semata-mata mengharapkan upah dari warga perumahan atau ada yang lainnya. Mendengarkan tiang listrik dipukul seperti malam itu, bukan kali pertama, tetapi setiap malam bisa dinikmati oleh penulis. Ada apa....?

Waktu terus berjalan hingga usai salat subuh. Ide muncul lagi ketika pembantu rumah tangga ( asisten rumah tangga) belum juga bangun. Biasanya jika keadaan begini, penulis sudah mulai teriak-teriak membangunkan dengan sedikit ngomel. Tapi kali ini ide berikutnya muncul, bagaimana nasib seorang asisten rumah tangga yang hidupnya selalu melewati hari-harinya dengan penuh keterbatasan, hanya melayani dan melayani majikannya. Bagaimana kehidupannya setelah ini...?

Aktivitas pagi penulis sudah dimulai dengan mengantarkan putri bungsunya ke sekolah. Di gerbang perumahan, lagi-lagi ide itu muncul, tak kala seorang satpam, berseragam dilengkapi dengan pluit. Pagi ini tidak membunyikan pluitnya karena kondisi jalan belum begitu padat. Tugas satpam yang begitu mulia, rela tidak tidur sepanjang malam untuk membuat warga perumahan bisa beristirahat dengan rasa aman, tidur nyenyak dikasur empuk tanpa gangguan nyanyian dan gigitan nyamuk. Perjalanan tidak berhenti.

Lagi- lagi ide muncul, tak kala berjumpa beberapa orang ‘Pak Ogah’ (istilah dari serial film Si Unyil tempo dulu) atau ‘polisi cepek’. Penulis menjumpainya setiap hari mulai dari.... entah jam berapa. Jam kerjanya entah dari jam berapa hingga jam berapa. Bagaimana mereka menghidupi keluarganya dengan hanya mengharapkan keikhlasan dari pengguna jalan yang kebetulan melewati jalan putaran itu. Bagaimana...?

Dalam perjalanan mengantarkan anak ke sekolah, penulis terus berpikir. Bagaimana menjadi penulis.... seperti yang lain. Seperti Pak Deny Rochman, salah satu narasumber, oleh Pak Deny, apa saja bisa menjadi tulisan. Sangat produktif, dalam beberapa jam saja, bisa membuat dan menulis beberapa tulisan yang bisa dinikmati, luar biasa....Masih dalam perjalanan.

Kondisi jalan sedikit agak macet karena kebetulan di jalan depan ada mobil yang akan memutar arah. Sehingga kondisi jalan menjadi ramai. Dan yang paling banyak adalah motor. Penulis sempat memperhatikan ternyata benar, pada umumnya motor membawa anak-anak yang berseragam sekolah. Semua terlihat terburu-buru. Lalu penulis berpikir, hal ini juga bisa menjadi bahan tulisan. Betapa agungnya, dalam tanda petik, sekolah dan guru yang ada di dalamnya. Hampir sekian persen, penulis tidak berani menentukan persentasenya, orang tua, termasuk penulis, bagaimana seorang anak dan orang tuanya yang memiliki rasa ketakutan yang luar biasa, mana kala terlambat sampai ke sekolah. Semua orang tua yang normal mengalami hal yang sama, sehingga terkadang harus ngebut di jalan agar tidak terlambat sampai ke sekolah. Betapa berwibawanya sekolah dan guru yang ada di dalamnya. Tapi pernahkah hal ini disadari oleh guru sebagai pribadi yang menjadi ruhnya sekolah?. Guru layak mengetahui bahwa begitu penting arti dirinya bagi kita semua. Orang tua dari kelas paling tinggi, presiden misalnya, hingga orang tua dari kelas terbawa, memiliki perasaan yang sama. Menempatkan guru pada lapisan teratas dalam hati dan pikirannya. Ada sisi yang teristimewa untuk tempat seorang guru. Dengan demikian tiada celah untuk seorang guru mengeluh dan mengeluh apa pun alasannya.

Pencarian ide, bahan tulisan untuk Sagusabu terus berlanjut. Perjalanan menuju sekolah anak berlanjut dan perjalanan mulai lancar lagi. Hingga sampai di perempatan jalan. Di sini, yah di bawah lampu stopan, lampu lalu lintas. Setiap hari penulis menjumpai sosok wanita mudah yang sangat unik. Setiap hari, pagi-pagi sekali, dengan kostum termasuk rapih untuk ukuran penjual koran, rompi yang bertuliskan nama satu koran nasional, bersepatu, dan bertopi. Paras wajahnya lumayan, tidak cantik, tetapi juga tidak termasuk jelek. Mungkin dari sini bisa muncul inspirasi untuk menulis, entah itu cerpen, puisi atau apalah namanya. Dari perjuangan yang dilakukan oleh wanita penjual koran ini, layak diapresiasi, atau dibari label ‘pahlawan literasi, begitu bersemangatnya wanita ini menjajakan koran yang ada dalam gendongannya. Berlari dari ujung- ke batas ujung hingga beberapa meter, mungkin bisa 50 hingga 100 meter, bolak-balik menawarkan korannya. Berjuang agar para pengguna jalan, tentu saja dari kalangan menengah ke atas, lihat saja mobil yang digunakannya. Membaca berita hari ini. Membaca dunia hari ini. Merayakan literasi mulai pagi ini, di sini di jalan di bawah lampu stopan.

Akh, tidah terasa penulis sudah menyelesaikan tugas petama mengantar anak ke sekolah hari ini. Kini perjalanan dilanjutkan menuju tempat tugas. Sekolah, itulah tujuan berikutnya. Perjalanan lancar hingga, memasuki jalan yang agak sempit, bukan lorong, tapi sempit untuk dua mobil berpapasan plus pejalan kaki. Nah, di sini penulis menemukan ide lagi. Sama halnya dengan kemarin, kemarin dan kemarinnya lagi. Hampir tiap hari bertemu dengan seorang nenek dengan bakul di gendongannya, tapi bukan jamu. Nenek penggendong bakul. Entah arah tujuannya hendak ke mana. Yang jelas, penulis memperhatikan nenek tersebut berjalan di sisi yang salah sehingga sangat mengganggu pengendara mobil atau motor yang melintas. Demikian halnya dengan penulis. Tapi apa hendak di kata, penulis hanya bisa berhenti dan membiarkan si Nenek penggendong bakul berlalu. Dan memastikan bakulnya tidak tersentuh kaca spion. Lalu penulis berpikir ini juga bisa dijadikan tulisan. Usia si nenek tidak selayaknya lagi untuk ke luar rumah dan terlebih lagi untuk bekerja. Tapi ini lain, nenek yang kuat, tangguh, sehat dan rajin. Hal ini bisa menginspirasi penulis atau siapa saja yang melihatnya.

Tak terasa penulis sudah sampai pada tujuan kedua hari ini. Mungkinkah penulis akan sampai juga pada tujuan Sagusabu, mampu mengembangkan ide-ide sepanjang jalan hari ini menjadi tulisan yang berbentu buku? Aakh, semoga.(*)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Satu lagi Bunda, cerita tentang anak-anak istimewa peserta Jambore kemarin. Perjuangan mereka juga pembimbingnya dari awal wjlrc sampai sukses kini. "Bersama Meraih Jambore Literasi".

10 Nov
Balas

He he he....sedang digarap...kata narasumber...jawaban yg tepat

11 Nov

Hebat ya perjuangannya. Sayang sekolah saya mah kegiatan ejlrc nya msndeg. Kalau bangunan mah mangkrak.

10 Nov
Balas

Hebat ya perjuangannya. Sayang sekolah saya mah kegiatan ejlrc nya msndeg. Kalau bangunan mah mangkrak.

10 Nov
Balas

Hebat ya perjuangannya. Sayang sekolah saya mah kegiatan ejlrc nya msndeg. Kalau bangunan mah mangkrak.

10 Nov
Balas

Hebat ya perjuangannya. Sayang sekolah saya mah kegiatan ejlrc nya msndeg. Kalau bangunan mah mangkrak.

10 Nov
Balas

Hebat ya perjuangannya. Sayang sekolah saya mah kegiatan ejlrc nya msndeg. Kalau bangunan mah mangkrak.

10 Nov
Balas



search

New Post