Fatmawati

Fatmawati, M.Pd. guru SMP Negeri 1 Kedawung , Jln. Cideng Jaya no. 299 Kertawinangun Kec. Kedawung Kab. Cirebon Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEKELEBAT BAYANGAN DI TENDA PLETON

SEKELEBAT BAYANGAN DI TENDA PLETON

Bunyi alarm HP mengusik tidurku. Tidak seperti kemarin, saat ini mata teras amat berat, dingin, redup, sunyi. Kurapihkan lagi sleeping bag yang sejak semalam menyelimutiku memeluk erat dan tidak memberiku peluang untuk bergerak leluasa. Kucoba membalikkan badan perlahan-lahan agar rekan disebelahku tidak terganggu, dari posisi semula, tangan kanan berada di bawah pipi kananku. Dan huh..., ada kaki di sana tepat mengenai kepalaku, kaki kecil seorang peserta SD, lalu ku mencari posisi nyaman. Tanpa sengaja di bagian kakiku menyentuh sesuatu, owh, ada kepala yang tersenggol , kepala salah seorang peserta. Kutarik kakiku menempatkan pada sela-sela kosong. Berhimpitan satu sama yang lainnya. Tidak perduli lelah mengalahkan segalanya.

Dengkuran bersahut-sahutan menjadi irama diselingi batuk-batuk kecil. Peserta di sana terbangun duduk mengigau tidak jelas lalu tidur lagi, peserta di arah yang lagi tidak kalah, menggerutu dengan suara yang lumayan keras, duduk, lalu berputar-putar dan kembali berbaring melanjutkan igauannya .

Kuangkat kepala dan merapihkan gulungan kain, yang tidak lain adalah sajadah dan mukena pilihan tepat dijadikan bantal yang paling empuk malam ini. Posisi yang paling nyaman, walau terasa di sana-sini akar-akar pohon mengganjal.

Yah, kusadar, kami sedang berada di sebuah tenda yang berukuran kurang lebih 6mx14mx 3,5m, warnanya hijau, tenda Pleton namanya. Tenda ini bisa memuat kurang lebih 50 orang. Setiap tenda menampung peserta Jamlit dari beberapa kabupaten/kota, beberapa sekolah, SD dan SMP. Tepatnya di Bumi Perkemahan Kiara Payung, Jatinangor, Sumedang. Bersama peserta Jambore Literasi lain dari kabupaten se- Jawa Barat.

Waktu baru menunjukkan pukul 2.30, berbeda sehari sebelumnya, alarm berfungsi sesuai keinginanku. Terbangun dengan keronggkongan terasa kering, peluh membasahi hampir seluruh badan, gerah dan mandi jadi pilihan yang paling nyaman, air di kamar mandi pun terasa hangat. Itu jika di tempat asal kami.

Kali ini, waktu masih seperti kemarin, mata terbuka, jangankan untuk mandi dan bersuci, mengeluarkan tangan dari sleeping bag saja untuk sekedar mematikan alarm rasa-rasanya enggan.

Tiba-tiba sekelebat bayangan melintas dari bagian tengan tenda, berjalan mengendap-ngendap, melangkahi tubuh-tubuh yang terlelap, menuju sisi tenda yang sedikit tersingkap. Bayangan itu terus berlalu keluar meninggalkan tenda.

Kuikuti dengan pandangan dari balik sleeping bag, bayangan itu hilang dari pandangan.

“Nak, tunggu!” kataku bangkit dari pembaringan.

“Tunggu ibu!” teriakku sambil menarik sleeping bag agak kasar hingga resletingnya terbuka dan aku bebas keluar, Namun bayangan itu sudah jauh, tidak terlihat lagi.

Segera kuraih botol air mineral dan alat mandi yang sudah kusiapakan sejak tadi malam. Kuberanikan diri keluar menyusuri jejak bayangan itu. Hanya ada cahaya dari WC Umum , juga cahaya senter yang berputar-putar, entah itu piket panitia, atau peserta lain yang mempunyai hajat yang sama denganku, ‘kebelet’. Berhati-hati, jika keluar dari tenda di sana ada tali-tali dan patok yang tidak bersahabat siap merintangi jalan menuju WC Umum.

Kutelusuri ...,berjalan, mengikuti cahaya lampu yang ada di WC Umum itu. Di sana ada suara aktivitas dari balik pintu salah satu wc. Aku sengaja memilih kamar mandi yang agar terang. Agak jauh dari Wc yang sedang berpenghuni itu, menyelesaikan aktivitas lalu keluar. Di depan WC Umum itu, segera ku membasuh muka, tangan dan kaki sesudah berniat wudu.dan ingin salat malam.Sengaja tidak gosok gigi karena air di botol sangat terbatas.

Kini tidak ada lagi aktivitas di dalam WC Umum. Aku sendirian , di depan, lagi-lagi bayangan itu berlalu. Ketika aku sedang membungkuk membasuh kaki. Perasaan takut, merinding tidak lagi terasa sudah terbungkus dengan dinginnya air wudu malam. Cahaya senter berputar-putar dengan dua sosok mendekati WC Umum itu, menambah keberanianku.

Kembali menyusuri jalan yang menanjak, tali-tali siap merintangi jalan bila tidak berhati-hati., melewati dua tenda pleton lainnya untuk sampai kembali pada tenda tujuanku. Memasuki tenda, beberapa posisi tidur peserta ada yang berubah. Yang menarik, sosok peserta yang sedang kedingian. Duduk tangan memeluk lutut, agak miring, bersandar di tiang tengah tenda, kudekatkan mukaku di mukanya kupandangi lamat-lamat dia masih tidur. Naluri seketika muncul ingin menghangatkan tubuh anak-anak yang sedang kedinginan itu. kuambil sleeping bag, sarung bali, yang kusiapkan dari rumah. Kulebarkan dan menyelimuti anak bimbinganku yang sedang sangat kedinginan.

Waktu terus berjalan, kuhamparkan sajadah di tempat yang tadi menjadi tempat tidurku, bukan tanpa alasan tempat itu agak rata untuk dijadikan tempat sujud. Perlahan kugeser kaki seorang peserta agar sujudku tidak mengenai kakinya.

Emang, posisi tidur tidak bisa dibuat rapih berbaris teratur, tetapi berantakan menyesuaikan, menghindari akar yang menonjol di sana-sini. Terkesan menumpuk di suatu tempat, bergerambol- gerombol dan kosong di bagian yang lain, karena ada akar-akar pohon yang siap menolak punggung, pinggang, panggul, dan pinggul.

Menfokuskan pandangan, mengacuhkan suara-suara merdu yang keluar dari napas-napas kelelahan para peserta dengan irama khas. Terus kujalani rukun, wajib, dan syarat salat malam hingga selesai. Dan tidak terasa dari kejauhan suara panggilan untuk menunaikan salat subuh berjamaah, suara azan berkumandang hingga ke pucuk-pucuk bukit..

Satu demi satu peserta bangkit, berbisik-bisik, berpasang-pasangan meninggalakan tenda, tentu saja tujuan mereka adalah WC Umum yang jaraknya tidak jauh hanya sepelemparan saja, 30 meter kurang lebihnya, hanya sedikit agak terjal.

Berusaha tetap fokus untuk menyelesaikan kewajiban yang satu ini, aku berzikir sekadarnya untuk mempersilahkan paserta lain menggunakan tempat untuk melakukan kewajiban lima waktu.

Dalam benak masih kepikiran sekelebat bayangan yang meninggalkan tenda, yang kusapa tapi tidak menjawab. Kuyakin itu adalah peserta yang kebelet, terburu-buru sehingga tidak mendengarkan panggilanku. Tapi siapa?. Peserta ini selain Tangguh Taklukkan Tantangan juga berani menembus malam seorang diri menyusuri lorong-lorong WC Umum yang seram, suram dan semerbak mengusik kontras dengan alam perbukitan yang seharusnya pucuk-pucuk bawang Dayak menebarkan aroma khasnya, yang tumbuh liar seluas mata memandang.

Peserta datang dan pergi dari/ke WC Umum silih berganti, berbisik-bisik usai menyelesaikan satu hajat di pagi hari. Satu peserta dikerumuni tiga atau empat perserta lainnya. Entah apa yang mereka perbincangkan, kelihatannya sungguh seriuas, tapi apa? Mengundangku untuk ikut nimbrung, ingin mengetahui topik trand pagi buta ini. Keingintahuan mungkinkah terjawab? Siapa bayangan yang sempat mengusik tidurku semalam?

“ Ibu, ibu punya obat diare? Bisik salah seorang peserta.

“Siapa yang diare?”kubalik bertanya

“Saya, Bu” sahut Widi meyakinkan.

“Saya juga, Bu sejak tadi malam.” Jawab Silvi .

Tanpa berkata panjang lebar segera ku raih keresek yang berisi obat-obatan dari panitia pemberangkatan. Yang kucari tidak kutemukan . Satu persatu obat di dalam keresek kubaca , tapi tidak terlihat adanya obat yang saya cari saat ini. Menyadari obat yang kucari tidak ada. sontak menanyakan kepada peserta yang lain.

“Ibu, ini obatnya pake aja..” kata seorang peserta sambil memberikan obatnya.

“Terima kasih mbak, ini buat dua teman kalian yang sedang sakit perut,” kataku menerima obat itu.

Peserta jambore literasi, bukan hanya anak yang Tangguh Taklukkan Tantangan , pemberani, tetapi juga mereka memiliki sifat sosial yang tinggi.

Misteri bayangan yang melintas, kini terjawab sudah. Bukan hantu atau makhluk halus, bukan makhluk penunggu bukit.......

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

adikku ini betul2 sdh jadi sastrawan.

04 Dec
Balas



search

New Post