F.D. Anggaraeni

Penulis memiliki nama lengkap Filia Dina Anggaraeni. Lebih banyak dikenal dengan nama Dina, walau mulai membiasakan fokus publikasi dengan nama akhir Anggaraeni...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menitip semangat lewat tulisan tangan.....

Menitip semangat lewat tulisan tangan.....

Ada sembilan nama dengan tulisan tangannya masing-masing, mencatat suatu rekam jejak. Mereka menjadi bagian yang terpilih, dan berbagi cerita. Lewat goresan tangan yang mengayun melalui sinkronisasi motorik halus serta sistem kerja otak, catatan mereka akan bermakna sejarah, suatu saat nanti.

Pada tahun 2014, tiga orang siswa yang maha ini terpilih menjadi delegasi debat psikologi untuk tingkat nasional. Mereka bukan sosok yang tiba-tiba menjadi tim debat, kemudian dipercaya membawa nama institusi berlaga di pulau seberang lautan nun di Timur Jawa. Bahkan mereka pun belum ada yang pernah menjejakkan kaki di Universitas Airlangga tempat lomba debat psikologi tersebut menjadi ajang tahunan.

Ketika mereka terdaftar sebagai mahasiswa, sebetulnya masing-masing telah memiliki potensi dan ketrampilan (skill) yang siap di arahkan dan menjadi lebih berkualitas. Sebut saja Afif yang sejak di bangku SMA sudah terbiasa mengikuti lomba debat Bahasa Inggris. Selanjutnya Rony yang tiada henti mengasah potensi diberbagai ajang duta kepemudaan. Sedangkan Rani, terasah dengan dinamika seni dalam membaca dan menulis puisi. Mereka dipertemukan selanjutnya mendapat arahan dan kesempatan melatih diri untuk bersama ke ajang Nasional untuk pertama kali.

Proses yang penuh tantangan dan effort mereka hadapi dengan berjejak pada kuatnya motivasi dari dalam diri serta tantangan eksternal yang tidak sederhana. Namun proses tak selamanya menjanjikan hasil seperti yang diharapkan. Dan mereka tetap manusia yang harus selalu siap belajar dan berproses akan banyak hal.

Kegagalan mereka, justru menjadi cambuk untuk menyiapkan tantangan berikutnya. Sebagai konsekuensi dari tim yang terpilih untuk mewakili institusi, mereka berkewajiban untuk berbagi pengalaman kepada teman-temannya dan bertanggungjawab menyiapkan kader yang belajar dari hal-hal yang belum optimal mereka lakukan. Kompetisi internal dilakukan dengan memberlakukan aturan-aturan seperti yang mereka dapatkan saat menjalani perlombaan. Dan institusi telah memiliki formasi-formasi cadangan tim debat yang siap menjadi delegasi selanjutnya.

Tahun 2015, kali kedua institusi ini menyiapkan dan mengirimkan tim debatnya untuk berkompetisi di ajang nasional. Sekali lagi belajar dari pengalaman Afif, Rony dan Rani, maka kali ini 2 tim disiapkan. Tim A, Firman, Ali dan Rina kemudian tim B adalah Ilmi, Muni dan Febri. Tiga orang pendahulunya berperan menjadi mentor yang terap membara dalam membangun dan menjaga motivasi kadernya. Melakukan yang terbaik dan berusaha. Selebihnya menghadapi proses, dan siap dengan konsekuensi.

Ketika tim A berhasil sampai di babak grand final, terbayar usaha para mentor yang sebelumnya hanya berkesempatan mengakui tim-tim lain di babak penyisihan. Alhamdulillah, tercatat dalam sejarah tim A meraih juara II Psy-on Psychology Debate Championship 2015 yang mengusung tema “Budaya Indonesia dalam Tiga Perspektif Psikologi” dilaksanakan oleh Binus University Jakarta.

Di saat rasa syukur dan euphoria mereka, harus ada yang segera dilakukan, yaitu mencatat. Bagaimana mereka masuk dan menjalani serta melewati ajang tersebut, juga berasal dari proses mereka membaca catatan orang lain. Sebab bagi yang belum berpengalaman, menjadi penting belajar, dengan mencari tahu, serta trial and error. Setelah segalanya berlangsung, sesungguhnya tanggung jawab menuangkan pengalaman, memberi dinamika pada catatan pasti akan bermakna dikemudian hari. Maka menulislah. Belum berhasil atau kemenangan hanyalah simbol dari usaha yang kita beri label diakhir proses.

Teman-teman siswa yang maha ini, memiliki banyak kesempatan berada pada situasi yang sama. Namun masing-masing dari mereka 'membaca' dan menangkap hal yang sangat mungkin berbeda. Sehingga 'tulisan' mereka juga memiliki variasi yang berkontribusi memperkaya cerita dengan berbagai perspektif.

Lalu mengapa harus tulisan tangan?

Kita manusia yang hidup ini sesungguhnya memiliki titipan yang luar biasa dari Yang Maha Esa.Diyakini tidak ada dua orang sekali pun yang sama persis. Hal ini menunjukkan setiap orang unik. Goresan tangan menjadi salah satu penandanya. Maka begitu banyak yang dapat dibaca dari proses ini, untuk kemudian menginspirasi beragam tulisan-tulisan berikutnya.

*Penasaran pembaca akan apa saja isi tulisan tangan mereka yang akan menjadi rekam jejak ini, nantikan di 'Literasi tiada tepi'.Terima kasih untuk Afif, Rony, Rani, Firman, Ali, Rina, Ilmi, Muni dan Febri, telah menginspirasi tulisan ini. Berikutnya dititipkan semangat tanggap dan kritis dalam membaca serta cakap dalam menulis. Semoga adinda semua sehat, sukses dan segala yang diimpikan terwujud menjadi kenyataan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

luar biasa. Selamat buat Sang Juara. Kami tunggu artikel "Literasi Tiada Tepi"

02 Apr
Balas

Pak Leck Murman yang sangat memotivasi dan menginspirasi. Maturnuwun. Pangestunipun..

02 Apr

Mahasiswa atau guru/dosennya yang hebat. Guru hebat Insya Allah akan melahirkan anak yang hebat juga. Inspiratif sekali.

02 Apr
Balas



search

New Post