Suatu ketika putri kedua saya --kelas 5 SD-- memakai jubah dan kerudung hitam. Dia senang sekali memakainya. Saya pun mendukungnya. Bagi saya warna hitam bukanlah masalah. Toh, dia jarang sekali memakainya.

Namun, ketika dia bermain ke rumah salah satu saudara, dia dihina. Dianggap berpakaian seperti teroris. Bahkan saudaranya itu juga mengeluarkan kata-kata yang sangat menyakitkan hati.

Anak saya terlihat menahan tangis dan kecewa sekali. Dia mengalami perundungan hanya karena memakai jilbab dan kerudung hitam.

Di perjalanan pulang, kami berdiskusi tentang perundungan yang dia alami. Saya jelaskan kepada anak saya, bahwa saudaranya itu terpengaruh pemberitaan media. Selama ini media menggambarkan teroris atau istri teroris dengan jubah dan kerudung hitam. Itulah media. Sangat kuat mempengaruhi pikiran kita.

Saya juga katakan, bahwa saudaranya itu kurang wawasan dan fanatik pada satu pemahaman. Sehingga merasa benar sendiri.

Kemudian saya berikan contoh padanya beberapa pondok pesantren _salafiyah_ --yang tentu bukan sarang teroris-- tetapi santri putrinya memakai jilbab hitam, bahkan bercadar.

Putri saya mengangguk pelan. Dia masih terlihat sedih....

Bondowoso, 22032021