Feerlie Moonthana I S.Pd.MM,M.Pd.

Feerlie Moonthana Indhra, S.Pd., M.M., M.Pd. Lahir di Bandar Lampung, tapi besar di rantauan. Tersebab mengikuti jejak suami yg merupakan pegawai Depkeu. 24 tah...

Selengkapnya
Navigasi Web
FAJAR YANG SEMPURNA

FAJAR YANG SEMPURNA

FAJAR YANG SEMPURNA

Oleh : F.Monthana

Malam belum lagi sempurna. Semburat jingga masih mengintip di ufuk Barat. Sekawanan burung gereja masih bertengger rapi di kabel-kabel listrik dan atap rumah. Tidak ada keriuhan dan lalu-lalang. Jalan kota yang biasanya ramai, menjadi demikian lengang. Toko-toko tutup. Rumah-rumah pendudukpun nyaris tak ada yang terbuka pintunya.

Lelaki ringkih yang legam menyerupai malam, tetap melangkah tertatih. Perutnya perih. Pandangannya mulai kabur bukan hanya karena usianya yang uzur, tapi lebih karena cacing-cacing yang meronta, menyiksa rongga-rongga di perutnya, Dinding perutnya seperti ditusuk-tusuk. Dunia berputar. Pandangannya kabur, lama-lama gelap tak ada lagi cahaya. Bukkk! Lelaki itu rebah ke tanah.

Seorang tukang ojek online yang saat itu sedang mangkal tidak jauh dari tempat Si Lelaki legam itu terjatuh, kaget bukan kepalang. Dia hampir melompat dari motor, langsung ingin mengangkat tubuh yang rubuh itu, tetapi tiba-tiba ia tersentak. “Okh tidak! Jangan-jangan lelaki ini kena virus Corona” pikirnya dalam hati. Lalu ia tegak dan menjauh. Penuh ketakutan dan kecemasan. Ia beteriak-teriak panjang dan berusaha untuk mengalahkan suara azan dan deru kendaraan yang sesekali lewat.

“Tolong-tolong! Ada orang pingsan!” berulang kali dia meneriakkan kata-kata yang sama. Tidak berapa lama, ada kerumunan orang di sana. Beberapa orang yang lewat langsung ikut nimbrung mengerubungi lelaki yang pingsan itu. Herannya, tak ada satupun yang berani menyentuhnya. Bahkan hanya untuk sekedar membalikkan badannya.

“Hei Pak, coba balikkan badannya, masih hidupkah atau sudah mati orang ini”. Tiba-tiba seorang ibu berteriak ke lelaki berjaket Ojol yang masih bolak-balik dengan kecemasannya.

“Ibu sajalah kalau berani, enak saja main perintah!” Lelaki bejaket Ojol itu telihat gusar dan marah.

“Anakku masih kecil Bu, lah kalau orang ini pingsan karena Corona, lalu aku memegangnya dan Si Corona itu pindah ke aku, terus aku mati. Ibu mau tanggung hidup anak dan istriku?!”.

Lelaki Ojol itupun berbicara seperti mercon. Kalimatnya menyentak gendang telinga dan merusak sisi humanis semua yang ada. Tak ada yang berbicara. Sebagian memperlihatkan raut wajah sedih dan iba, namun tak ada yang benar-benar ikhlas menolong lelaki malang itu, bahkan ada beberapa yang mulai menepi, pergi dan berlalu begitu saja.

‘*****

“Sudah kubilang tadi pagi, Mas itu demam, jangan keluar rumah, biar aku yang cari makan”. Perempuan itu terus membuka satu persatu kancing baju suaminya sambil berbicara sendiri dengan nada iba.

“Untung saja aku pulang lewat jalan itu, kalau tidak kau sudah mati sendiri di tepi jalan Mas. Hu..Hu...!” Perempuan itu mulai menangis. Sesak dadanya tak tertahan.

Setelah membuka pakaian suaminya lalu dilapnya seluruh tubuh ringkih itu, sambil sesekali diciumnya dengan rasa cinta dan kasih sayang. Air mata dan air kompres itu menyatu di tubuh suaminya. Namun tubuh suaminya semakin panas dan terasa semakin kaku. Satu-satunya tanda bahwa suaminya masih hidup adalah, masih ada detak nadinya.

Perempuan itu tidak berniat meminta bantuan siapapun. Sebab Ia yakin, untuk saat ini tidak akan ada yang sudi untuk menolongnya. Bahkan mungkin, anaknya sendiri yang sudah berumah tangga, akan dilarang oleh suaminya untuk datang sekedar menjenguk ayahnya.

Perempuan itu semakin dihinggapi rasa cemas dan takut ditinggal mati oleh suaminya. Terbayang olehnya, betapa akan sulit hari-harinya jika tanpa suaminya. Bukan hanya karena persoalan ekonomi, tapi lebih kepada persoalan hati dan rasa sepi. Sebab meskipun mereka punya satu orang anak wanita dan telah memiliki cucu, namun setelah menikah Ia justru kehilangan anak satu-satunya itu. Anaknya terlampau cinta dan patuh pada suaminya.

Air mata wanita itu bertambah deras dan tak tertahan-tahan. Ia terus memeluk tubuh ringkih suaminya dan berharap panas tubuh suaminya pindah ke tubuhnya. Kompres kain di atas kepala suaminya juga terus Ia basahi. Namun tidak juga ada perubahan. Wanita itu nyaris putus asa. Lalu di tengah rasa putus asanya, ditinggalkannya suaminya seorang diri, ia pergi mengambil wudhu lalu menghadap Sang Penguasa Hidup.

Dalam sholat wanita itu terus menangis dan menghiba pada Yang Maha Kuasa. Setelah sholat Ia terus berdoa mengaji yasin dan terus berzikir, segala bacaan yang Ia bisa terus Ia ucapkan. Tanpa menghiraukan malam nyaris berlalu, tanpa sekejappun Ia sempat memejamkan matanya.

Suara azan subuhlah yang menyadarkan perempuan itu. Sesudah sholat subuh wanita itu meninggalkan sejadahnya, dan meraba tubuh suaminya. Wanita itu kaget. Ia seperti kesetrum panas yang sangat tinggi. Cepat-cepat digantinya kompres suaminya, lalu lagi-lagi ia menciumi sekujur tubuh suaminya, terakhir sampailah ia ke ujung telapak kaki suaminya. Wanita itu benar-benar bersimpuh mencium kaki suaminya dengan sepenuh takjim dan rasa pasrah yang luar biasa. Tak terdengar suara dari mulutnya namun doa-doa itu mengalir deras dari jiwanya, sederas air matanya.

Tiba-tiba kaki legam, ringkih dan kaku itu sedikit bergerak. Lalu telapak kaki itu sedikit bergoyang. Wanita itu terlonjak, antara rasa takjub dan rasa syukur. Bukannya dilepaskannya kaki suaminya, namun terus diciuminya. lagi dan lagi.

Fajar semakin sempurna, tiba-tiba mata lelaki ringkih itu sedikit terbuka, lalu lirih terdengar suara. “Haus..!”

‘****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap bu. Barakallah

22 Jun
Balas

Trimks ibu Yessy

22 Jun

Keren say.

22 Jun
Balas

Sesekali ikut meriuhkan laman Media Guru. Spy egk dilupkan oleh para guru2

23 Jun

Rangkaian kata-katanya mengalir, enak dibaca. Keren Bu.

25 Jun
Balas

Keren bu... Salam dan sukses selalu

22 Jun
Balas

Trimks Apresiasinya. Salam dan sukses juga utk ibu yaa..

22 Jun

barokalloh. istri yang tegar

04 Jul
Balas

Mantul ceritanya...Covid memang merubah segalanya...sehat selalu, salam litetasi

21 Nov
Balas



search

New Post