Drs.Ferial, M.Pd.T

Kelahiran 27 Februari 1965 di Kota Padang Panjang. Pendididikan SD sampai SMA dikota kelahiran ini. Pendidiikan S1 di Jurusan Teknik Elektronika FPTK IKIP...

Selengkapnya
Navigasi Web

MODEL PEMBELAJARAN PIN ATM TERHADAP HASIL BELAJAR KD MEMBACA SKEMA RANGKAIAN ELEKTRONIKA

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kompetensi Dasar (KD) membaca skema rangkaian elektronika merupakan suatu sub kompetensi yang diprogramkan pada semester II tingkat XI pada mata pelajaran Kompetensi Dasar Kompetensi Kejuruan. Kompetensi ini terkait pada kompetensi kejuruan lainnya baik pada kompetensi teknik Audio Video maupun kompetensi keahlian elektronika industri. Dalam dunia kerja kompetensi membaca skema elektronika, sangat diperlukan untuk bidang pekerjaan troubleshooting di industri elektronika serta maintenance and repaire dipusat perawatan dan perbaikan elektronika.

Pemodelan suatu perangkat elektronika dalam bentuk skema rangkaian merupakan gabungan beberapa simbol sesuai jenis komponen, yang dalam penggambarannya berbeda dengan bentuk fisik komponen. Adapun perbedaan antara simbol dan kondisi fisik komponen dan banyaknya jumlah komponen dalam rangkaian elektronika menyebabkan timbulnya anggapan siswa KD membaca skema rangkaian merupakan pembelajaran yang sulit untuk dikuasai.

Fenomena yang terlihat disekolah terkait KD membaca skema rangkaian elektronika dalam kegiatan pembelajaran kompetensi kejuruan pada tingkat XI TAV di SMKN 2 Solok seperti yang disampaikan beberapa orang guru rendahnya tingkat kompetensi siswa, padahal KD ini telah diberikan di Tingkat X. Rendahnya kompetensi membaca skema elektronika akan berdampak langsung terutama pada kompetensi yang relevan dengan pekerjaan troubleshooting, maintenance and repaire seperti memperbaiki Radio Penerima, memperbaiki Compact Cassette Recorder, memperbaiki Amplifier, Penerima TV dan lain-lainnya.

Dalam proses pembelajaran praktek, siswa bingung menggunakan skema rangkaian untuk mengidentifikasi komponen, sehingga tidak mampu melokalisir kerusakan komponen, sebagian besar siswa hanya melihat temannya bekerja, atau ada yang bekerja dengan sitim coba-coba, tidak sesuai dengan prosedur standar pekerjaan, hal ini sering berdampak semakin parahnya kondisi peralatan praktek. Upaya yang telah dilakukan selama ini dengan mengajar team teaching (1 rombel 2 orang guru) dan membentuk kelompok praktek siswa yang terdiri dari 3 – 4 orang siswa (dibentuk berdasarkan urutan absen) serta meningkatkan bimbingan terhadap kegiatan praktek siswa. Namun upaya ini masih menyebabkan guru kewalahan karena dalam waktu bersamaan banyak siswa yang membutuhkan bimbingan selain itu diakhir pembelajaran masih belum meratanya tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran, hal ini ditunjukkan masih banyaknya hasil belajar siswa dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) seperti yang ditunjukkan pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Rata-rata nilai hasil belajar KD membaca skema rangkaian elektronika materi Perbaikan Power Supply kelas XI TAV

Kelas

Total Siswa

Jlh Siswa

Persentase

Jlh Siswa

Persentase

≥ KKM 70,00

≤ KKM 70,00

TAV1

30 org

16 org

53 %

14 org

47 %

TAV2

28 org

15 org

54 %

13 org

46 %

Rata-Rata

≥KKM 70,00

53,50 %

≤ KKM 70,00

46 %

Berdasarkan data diatas diketahui belum seluruh siswa mempunyai hasil belajar mencapai tingkat Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70,00) terkait KD membaca skema rangkaian elektronika. Dengan demikian dapat dinyatakan juga siswa mengalami kesulitan dalam menguasai KD membaca skema rangkaian elektronika sehingga belum meratanya hasil belajar siswa pada KD tersebut diatas. Menurut Trianto (2010:33) salah satu penyebab kesulitan siswa dalam memahami pengetahuan tertentu, karena pengetahuan baru yang diterima tidak terjadi hubungan dengan pengetahuan sebelumnya, atau mungkin pengetahuan awal sebelumnya belum dimiliki.

Dari hasil diskusi dengan teman team teaching terhadap pelaksanaan pembelajaran kejuruan termasuk KD membaca skema elektronika dilakukan selama ini masih secara konvensional, pembelajaran dilakukan dengan pendekatan berpusat keguru, meskipun telah dibentuk kelompok praktek siswa belum terlihat kerjasama antar siswa dalam suatu kelompok, masih terdapatnya siswa yang mendominasi dalam suatu kelompok, atau siswa hanya mengandalkan teman sekelompok dalam menyelesaikan kegiatan pembelajaran.

Untuk mengatasi permasalahan diatas salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah mendesain model pembelajaran yang mampu membangun pengetahuan awal siswa dengan meningkatkan pemahaman, keaktifan, kerjasama siswa sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa, dimulai dengan melakukan pendekatan berorintasi ke siswa (student centered), menerapkan strategi belajar kelompok (group) atau pembelajaran kooperatif serta meningkatkan penerapan metode pembelajaran diskusi dan demonstrasi oleh siswa.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model PIN ATM. Metoda ini dirancang sebagai alternatif penerapan penggunan metode konvensional yang telah dilakukan selama ini. Ide dasar model ini adalah dengan memodifikasi model Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir. PIN pada model ini merupakan penomoran identik dengan nomor komponen yang ada pada rangkaian elektronika sesuai materi pembelajaran. ATM untuk kegiatan guru merupakan singkatan dari Arahkan, Tayangkan dan Membimbing, sedangkan bagi siswa merupakan Amati Temukan Mendeskripsikan.

Model PIN ATM didasari pola berpikir induktif yang merupakan cara mempelajari sesuatu yang dimulai dari hal khusus ke hal umum. Melalui penerapan model pembelajaran PIN ATM dalam suatu kelompok akan terjadi diskusi saling interaksi dalam menyelesaikan tugas atau masalah yang diberikan kepada kelompoknya. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi bertanggung jawab pada kemajuan teman sekelompoknya karena dalam belajar kelompok keberhasilan adalah keberhasilan bersama. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin,1995 seperti yang dikutip Trianto (2010:57) bahwa kesuksesan pembelajaran kelompok hanya bisa dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi.

Dengan demikian keterlibatan seluruh siswa dalam pembelajaran akan mendorong peningkatan pengetahuan awal untuk memahami pemahaman pengetahuan selanjutnya, sedangkan aktifitas siswa berkerjasama dalam suatu kelompok akan meningkatkan aktifitas pembelajaran, siswa yang pada awalnya mempunyai kemampuan awal rendah berinteraksi dengan temannya yang berkemampuan tinggi untuk mendapatkan pengetahuan selanjutnya. Siswa tidak lagi tergantung sepenuhnya pada bimbingan guru, sehingga pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru yang pada akhirnya sewaktu dilakukan evalusi belajar siswa mampu menampilkan hasil belajar semaksimal mungkin.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka penelitian ini dibatasi pada efektifitas model pembelajaran PIN ATM dalam pembelajaran KD membaca skema elektronika. Adapun rumusan masalah penelitian sesuai sebagai berikut :

1. Apakah hasil belajar KD membaca skema elektronika kelas XI TAV SMKN 2 Solok belajar dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional ?

2. Apakah hasil belajar KD membaca skema elektronika kelas XI TAV SMKN 2 Solok dilihat dari kemampuan awal lebih tinggi yang belajar dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan dengan siswa berkemampuan awal tinggi tetapi belajar dengan model pembelajaran konvensional ?

Apakah hasil belajar KD membaca skema elektronika kelas XI TAV SMKN 2 Solok dilihat dari kemampuan awal yang rendah belajar dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan dengan siswa berkemampuan awal rendah tetapi belajar dengan model pembelajaran konvensional?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hasil belajar siswa pada pembelajaran KD membaca skema elektronika kelas XI TAV program studi teknik Audio di SMKN 2 Solok :

1. Mengungkapkan perbedaan hasil belajar penerapan model pembelajaran PIN ATM dibandingkan dengan hasil belajar dengan model pembelajaran konvensional

2. Mengungkapkan perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran KD membaca skema elektronika kelas XI TAV dilihat dari kemampuan awal yang tinggi dan belajar dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional

3. Mengungkapkan perbedaan hasil belajar siswa dilihat dari kemampuan awal yang rendah dan belajar dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Kepala Dinas Pendidikan Kota Solok sebagai bahan masukan untuk peningkatan kualitas pendidikan SMK kota Solok.

2. Bagi Kepala SMK Negeri 2 Solok, sebagai bahan masukan untuk menentukan kebijakan dan pertimbangan dalam rangka peningkatan mutu lulusan.

3. Bagi Guru program studi Teknik Elektronika SMK Negeri 2 Solok sebagai upaya dalam meningkatkan proses dan kualitas pembelajaran.

4. Bagi siswa kompetensi keahlian Teknik Audio Video sebagai upaya peningkatan unjuk kerja relevan dengan bidang pekerjaan kompetensi keahlian Teknik Audio Video

5. Bagi peneliti untuk menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman tentang pengaruh model pembelajaran PIN ATM dan hasil belajar siswa serta dalam rangka melaksanakan Program Keprofesian Berkelanjutan.

6. Bagi peneliti lainnya sebagai bahan rujukan dalam penelitian sejenis terutama dengan variabel yang relevan.

STUDI KEPUSTAKAAN

A. Landasan Teori

1. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah antara, mengajar diperankan oleh guru sebagai pendidik, dan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik. Menurut Winkel (1996) seperti yang dikutip Sarbiran memberikan definisi pembelajaran sebagai aktivitas mental/psikis berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, menghasilkan perubahan pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap, bersifat tetap dan membekas. Pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik membentuk pengetahuan, mengkonstruksi makna secara jelas dan kritis dalam menghadapi fenomena baru dan menemukan cara-cara pemecahan permasalahan.

Pembelajaran adalah sutu proses dimana lingkungan seseorang seseorang sengaja dikelola untuk memungkan ia turut serta dalam tingkah laku teretentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu (Corey 1986:195).

UU SPN No.20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar. Guru diharapkan mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran.

Dengan demikian pembelajaran merupakan proses interaksi seseorang dengan lingkungan belajarnya. Interaksi dalam proses pembelajaran tidak saja terbatas pada guru, bisa juga melalui teman, media tertentu seperti TV, buku buku, internet dan lain-lainnya yang dapat dilaksanakan kapan saja dan dimana saja. Salah satu tanda bahwa seorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang bisa saja disebabkan adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap.

2. Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar menjadi tolok ukur yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Hasil belajar juga diartikan sebagai kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2004:220) “Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. sedangkan menurut Hamalik (2001:30) “Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”. Perubahan terjadi karena adanya latihan dan pengalaman. Perubahan ini bersifat kontiniu, fungsional, positif dan aktif.

Suatu proses belajar membutuhkan penilaian dalam hasil belajar yang digunakan sebagai tolak ukur berhasil tidaknya proses belajar mengajar.Hasil belajar pada pembelajaran berbasis kompetensi merupakan merupakan penilaian unjuk kerja (kemampuan Kognitif, Afektif dan Psikomotor) yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang dinyatakan berupa nilai.

Menurut Direktorat Pembinaan SMK (2008) salah satu cara untuk menentukan tingkatan hasil belajar pada pembelajaran produktif yaitu dengan melakukan penilaian berbasis kompetensi yang merupakan penilaian unjuk kerja dalam rangka penentuan tingkat prestasi kerja siswa (meliputi aspek kognitif, psikomotor dan efektif) dengan mempedomani (mengacu) kriteria kinerja.

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca skema rangkaian elektronika didapatkan dari penilaian tes hasil belajar dan observasi selama praktikum berlangsung dengan kompetensi dasar yang harus dimiliki (1) mengenali symbol-simbol dan komponen elektronika; (2) menerapkan penggambaran simbol pada rangkaian elektronika; (3) menerapkan blok diagram dalam troubleshooting dan maintenance produk elektronika; dan (4) menerapkan penggunaan skema untuk melokalisir komponen atau instalasi yang bermasalah dalam produk elektronika.

3. Teori yang Melandasi Model Pembelajaran PIN ATM

Ada beberapa teori belajar yang melandasi model pembelajaran PIN ATM yaitu:

a. Teori belajar kontrukvisme dan teori pengolahan informasi.

Teori Kontrukvisme pada intinya siswa membangun sendiri pengetahuan dirinya. Trianto (2009:28) menyatakan pada teori konstukvisme siswa harus menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi kompleks,mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa, agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatunya untuk dirinya berusaha dengan susah payah dengan ide-ide’. Prinsip yang paling penting dalam teori kontrukvisme adalah bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam dirinya.

b. Teori Pemrosesan informasi

Pada dasarnya menitik beratkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalannya pemecahan nya. Teori ini memberikan penguatan konsep dan pengetesan hipotesis dan juga pada pengembangan kemampuan kreatif, berfikir induktif, memorisasi, pengembangan intelektual dan penelitian ilmiah. Salah satu hal terpenting dalam teori ini adalah pentingnya pengetahuan awal.

Menurut Trianto (2009:29) salah satu penyebab kesulitan seseorang dalam memahami pengetahuan tertentu, karena belum memiliki pengetahuan awal, sehingga tidak terjadi hubungan pengetahuan baru yang diterima dengan pengetahuan awal belum dimilikinya. Dalam hal ini maka pengetahuan awal menjadi syarat utama dan sangat penting bagi pelajar. Lebih lanjut menurut Nur (2000) seperti yang dikutip Trianto: “pengetahuan (prior knowledge) merupakan sekumpulan pengetahuan dan pengalaman individu yang diperoleh sepanjang perjalan hidupnya dan apa yang ia bawa kepada suatu pengalaman belajar yang baru”.

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran PIN ATM

a. Tahap Persiapan

1). Menyiapkan perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang perlu dilengkapi meliputi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Modul, Lembar Kegiatan siswa (Job sheet), beserta perangkat penilaian (evaluasi), Skema Rangkaian sesuai topik pembelajaran.

2) Pembagian sub materi dalam bentuk PIN

Suatu materi pembelajaran yang utuh dibagi atas beberapa bahagian sesuai jumlah anggota kelompok, misalnya anggota kelompok 3 dibuat 3 PIN, tetapi pembagian PIN tidak terlalu kaku bisa saja dalam satu materi dibagi menjadi 5 PIN sedangkan anggota cuma 4 orang, dalam hal ini anggota yang mempunyai kemampuan tinggi diberikan tugas menyelesaikan 2 PIN.

3) Perencanaan kelompok Kooperatif

Pembentukan suatu kelompok sudah dilakukan sebelum pelajaran dimulai. Tiap kelompok terdiri dari siswa yang heterogen yang mempunyai kemampuan tinggi sedang dan rendah. Dalam satu kelompok dapat terdiri atas 3 – 4 orang siswa.

b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran PIN ATM

1) Pelaksanaan penerapan ATM oleh Guru

a) A = Arahkan

§ Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dibahas pada pertemuan tersebut

§ Guru memotivasi siswa tentang manfaat yang didapatkan dari materi pembelajaran yang akan dipelajari

§ Guru mempersiapkan siswa untuk belajar dengan memberikan arahan tentang pelaksanaan model pembelajaran PIN ATM, siswa diberikan arahan untuk bertanggung jawab untuk menguasai sub materi sesuai dengan PIN yang diterima dan mendiskusikan dengan teman sekelompok, pada seluruh siswa ditekankan untuk saling bekerjasama demi keberhasilan kelompoknya masing-masing. Siswa yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi diharapkan membimbing teman sekelompoknya.

b) T = Tayangkan

§ Guru memberikan pengetahuan awal terhadap materi yang akan dipelajari dengan menayangkan (presentasi) materi menggunakan media infocus dan laptop untuk

§ Guru mendemonstrasikan prosedur umum berkaitan materi yang dipelajari

§ Guru menyampaikan pembagian kelompok beserta PIN kepada masing-masing anggota kelompok, dalam satu kelompok PIN yang diberikan berbeda dengan anggota lainnya. tetapi sama dengan anngota pada kelompok lainya.

c) M = Membimbing

§ Guru mengorganisasi siswa kedalam kelompok kelompok belajar model pembelajaran PIN ATM

§ Guru membimbing siswa untuk bekerja sama dalam suatu kelompok belajarnya.

§ Guru memberikan bimbingan dan memfasilitasi kegiatan diskusi dan presentasi dalam suatu kelompok .

§ Guru melakukan evaluasi dengan meminta setiap anggota kelompok mempresentasikan hasil kerja masing-masing dalam suatu kelompok.

3) Pelaksanaan penerapan ATM oleh Siwa

a) Amati

§ Siswa mengamati penyampaian materi saat guru menayangkan materi pembelajaran dan berusaha memahami fakta, konsep, prosedur dan prinsip sesuai materi yang disampaikan guru

§ Pada saat penyelesaian tugas sesuai PIN yang diterima siswa melakukan pengamatan (Amati) dengan mempedomani skema, melalui pengamatan siswa berupaya untuk mengetahui nama-nama komponen elektronika serta mengetahui dimana komponen tersebut berada dalam rangkaian elektronika yang dipelajari.

§ Pada tahap pengamatan oleh siswa lebih dominan untuk membangun pengetahuan awal terhadap fakta berkaitan dengan nama-nama komponen dan dimana

b) T = Temukan

§ Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan siswa berupaya menemukan (temukan) komponen yang ada pada tata letak komponen sesuai dengan PIN yang diberikan guru.

§ Dengan menemukan tata letak komponen dilakukan pengidentifikasian komponen dan menggambarkan jalur yang menghubungkan antara satu komponen dengan komponen lainnya.

§ Penggambaran jalur tata letak dari pandangan atas hasil temuan siswa sesuai dengan PIN masing-masing anggota kelompok digabungkan sehingga menjadi suatu kesatuan utuh sesuai dengan materi pembelajaran yang dipelajari.

§ Pada saat menemukan suatu gejala kerusakan yang terdapat pada rangkaian juga diidentifikasi kemungkinan komponen yang rusak dalam rangkaian elektronika yang dipelajari.

c) M = Memaparkan

§ Masing-masing anggota kelompok memaparkan tugas yang telah dilaksanakan, pemaparan dilakukan dengan mendeskripsikan tugas masing masing berdasarkan pengamatannya dan temuannya sesuai dengan PIN yang ada pada siswa. Misalnya siswa A menyampaikan berpedoman pada skema dan tataletak komponen input rangkain dimulai dari R1 nilai x menuju R2 nilai z keluaran menuju C1 dari CI terhubung ke C2 dan Q1 dan seterusnya.

§ Masing-masing anggota kelompok juga memaparkan hasil temuan terhadap gejala kerusakan dan komponen yang diidentikasi mengalami kerusakan.

Sebagai ilutrasi penerapkan model pembelajaran PIN ATM untuk melakukan perbaikan kerusakan perangkat elektronika (Troble shooting dan Maintenance And Repair dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Temukan

Tata Letak Komponen

Amati

Memaparkan

Gambar 2. Penerapan Model Pembelajaran PIN ATM oleh siswa

Perbedaan Model Pembelajaran PIN ATM dengan Pembelajaran Model Konvensional

Tabel 2. Perbedaan model pembelajaran PIN ATM dengan Konvensional

Pembelajaran PIN ATM

Pembelajaran Konvensional

Dalam suatu kelompok, siswa dibagikan tanggung jawab merupakan bagian materi yang harus dikuasai secara pribadi.

Tidak pembagian tanggung jawab materi terhadap msing-masing anggota kelompok.

Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi yang positif

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pembelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siap yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok,sedangkan anggota kelompok lainnya “mendompleng” keberhasilan pemborong.

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan, jenis kelamin,ras, etnik, dan sebagainya.

Kelompok belajar biasanya homogeni.

Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong, seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung.

Pada saat pembelajaran ber langsung guru terus menerus melakukan pemantauan melaui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok.

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saatbelajar kelompok sedang berlangsung.

Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok.

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

Adaptasi dari Killen,1996 dalam Trianto (2009:59)

6. Kemampuan Awal (pengetahuan awal)

Istilah kemampuan awal atau pengetahuan awal sering disebut dengan istilah entry behavior. Menurut Ali (1996:74) kemampuan awal pada dasarnya merupakan keadaan pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh siswa sebelum mempelajari pengetahuan keterampilan baru. Pengetahuan yang diperlihatkan lebih bersifat individual.

Piaget (1993:33) menjelaskan bahwa dalam pikiran seseorang ada struktur kemampuan awal yang disebut schemata. Setiap schemata berperan sebagai suatun filter dan fasilitator bagi ide-ide dan pengalaman baru. Skemata mengatur, mengkoordinasi, mengintensifkan prinsip-prinsip dasar melalui kontak dengan pengalaman baru. Skemata dapat dikembangkan dan diubah yaitu dengan proses asimilasi dan akomodasi.

Menurut Nur (2000) dalam Trianto (2010:34) pengetahuan awal (prior knowledge) adalah sekumpulan pengetahuan dan pengalaman individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan apa yang ia bawa kepada suatu pengalaman belajar baru. Dengan demikian pengetahuan awal menjadi sangat penting apabila adanya hubungan terhadap pengetahuan baru yang akan dipelajari. Pengetahuan awal dapat diketahui dengan melakukan pre test (test awal) tentang materi yang telah dipelajari.

B. Kerangka Berpikir

Kemampuan awal siswa dalam satu kelas ada yang tinggi, sedang dan rendah dan menjadi sangat penting apabila adanya hubungan terhadap pengetahuan baru yang akan dipelajari. KD membaca skema rangkaian elektronika untuk melakukan trouble shooting dan Maintenance and Repair merupakan kompetensi dasar yang menjadi prasyarat dalam Standar Kompetensi Melakukan Perbaikan Peralatan elektronika.

Kemampuan awal masing-masing siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Secara logika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi pada KD membaca skema rangkaian elektronika akan mempunyai hasil belajar yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Dengan demikian hasil belajar siswa yang berkemampuan awal tinggi belajar dengan model pembelajaran PIN ATM akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang berkemampuan awal tinggi belajar dengan model pembelajaran konvensional. Begitu juga secara logika pada siswa yang berkemampuan awal rendah belajar dengan model pembelajaran PIN ATM hasil belajarnya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan model konvensional. Lebih jelasnya kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah berikut ini­:

Gambar 3 Kerangka Berpikir

C. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban sementara antara problematika penelitian. Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori maka diajukan hipotesis sebagai berikut terdapat perbedaan:

1. Hasil belajar siswa pada pembelajaran KD membaca skema elektronika kelas XI TAV program studi teknik Audio di SMKN 2 Solok belajar dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.

2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran KD membaca skema elektronika kelas XI TAV program studi teknik Audio di SMKN 2 Solok dilihat dari kemampuan awal tinggi yang belajar dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kemampuan awal tinggi tetapi belajar dengan model pembelajaran konvensional.

3. Hasil belajar siswa pada pembelajaran KD membaca skema elektronika kelas XI TAV program studi teknik Audio di SMKN 2 Solok dilihat dari kemampuan awal rendah yang belajar dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kemampuan awal rendah tetapi belajar dengan model pembelajaran konvensional

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti,penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian quasi eksperimen dengan treatment by block desain faktorial 2 x 2. Dalam penelitian ini pengaruh adanya perlakuan (treatment) dianalisis dengan uji beda yaitu membandingkan hasil kegiatan dua kelompok yang diberi perlakuan berbeda yaitu kelompok eksperimen diberikan perlakuan model pembelajaran PIN ATM dan kelompok kontrol diberikan perlakuan pendekatan pembelajaran konvensional.

Tabel 4. Desain Penelitian Eksperimen faktorial 2x2

Model Pembelajaran (A)

Kemampuan Awal

(B)

Model Pembelajaran

PIN ATM

(1)

Konvensional

(2)

Kemampuan Awal

Tinggi (1)

A1B1

A2B1

Rendah (2)

A1B2

A2B2

Keterangan :

A1B1 : Kelompok siswa yang belajar dengan model PIN ATM ditinjau dari kemampuan awal tinggi.

A2B1 : Kelompok siswa yang belajar dengan model Konvensional ATM ditinjau dari kemampuan awal tinggi.

A1B2 : Kelompok siswa yang belajar dengan model PIN ATM ditinjau dari kemampuan awal rendah.

A2B2 : Kelompok siswa yang belajar dengan model Konvensional ATM ditinjau dari kemampuan awal rendah.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di sekolah peneliti bertugas yaitu di SMK Negeri 2 Solok yang beralamat Jalan Tunas Bangsa I Kota Solok Kelurahan Nan Balimo Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok. Dilaksanakan Semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri 2 Solok di Kompetensi Keahlian Teknik Audio Video (TAV) Program Studi Teknik Elektronika yang terdaftar pada Tahun Pelajaran 2013/2014, terdiri dari dua kelas yaitu XI AV1 dan XI AV2, dengan jumlah siswa 58 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini tergolong pada sampel jenuh yaitu dengan melibatkan seluruh populasi yang ada (kelas XI AV1=30 orang dan XI AV2=28 orang). Sampel pada penelitian ini merupakan siswa yang dengan karakteristik yang sama, dengan prestasi belajar yang didistribusikan merata berdasarkan peringkat nilai pada kenaikan TP. 2013/2014, dan tidak terdapatnya kelas unggul.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Uji Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama menyatakan Hasil belajar siswa pada pembelajaran KD membaca skema elektronika kelas XI TAV belajar dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Hasil Belajar kelas eksperimen dengan rata-rata 79,50 sedangkan pada kelas kontrol rata-rata Hasil Belajar 76,.90 Perbedaan Hasil Belajar tersebut dianggap sebagai pengaruh dari perlakuan yang telah diberikan kepada kelas eksperimen, yaitu menggunakan model pembelajaran PIN ATM. Adapun rangkuman perhitungan analisis sebagai berikut :

Tabel 5 Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pertama

Kelas Eksperimen ( Model Pembelajaran PIN ATM)

Kelas Kontrol (Model

Pembelajaran Konvensional

N = 30

Mean = 79,50

SD = 4,97

N = 28

Mean = 76,90

SD = 5,38

t hitung = 9,113

t tabel = 2,051 (taraf signifikansi 0,05)

Kesimpulan : t hitung > t tabel , maka Hi terima ; tolak Ho

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh t hitung = 9,113

sedangkan t tabel = 2,051 pada taraf signifikansi 0,025. Karena t hitung > t tabel maka H0 ditolak atau H1 diterima, artinya terdapat perbedaan Hasil Belajar yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran PIN ATM dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran Konvensional. Berdasarkan uji hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa Hasil Belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan Hasil Belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional

2. Uji Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua menyatakan Hasil Belajar siswa kemampuan awal tinggi belajar dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan Hasil Belajar siswa kemampuan awal tinggi yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Pada halaman berikut ini diberikan rangkuman perhitungan analisis yaitu :

Tabel 6. Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Kedua

Kelas Eksperimen kemampuan awal tinggi (A1B1)

Kelas Kontrol kemampuan awal tinggi (A2B1)

N = 8

Mean = 86,12

SD = 7,18

N = 8

Mean = 83,51

SD = 4,91

t hitung = 11,887

t tabel = 2,365 (taraf signifikansi 0,05)

Kesimpulan : t hitung > t tabel , maka tolak Ho

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh t hitung = 11,887 sedangkan t tabel = 2,365 pada taraf signifikansi 0,05. Karena t hitung > t tabel maka H0 ditolak atau H1 diterima, artinya terdapat perbedaan Hasil Belajar yang signifikan dari kelompok siswa kemampuan awal tinggi dibelajarkan dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan Hasil Belajar siswa kemampuan awal tinggi yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan uji hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa Hasil Belajar siswa berkemampuan awal tinggi yang belajar dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan Hasil Belajar siswa berkemampuan awal tinggi tetapi belajar dengan model pembelajaran konvensional.

3. Uji Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga menyatakan Hasil Belajar siswa kemampuan awal rendah belajar dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan Hasil Belajar siswa kemampuan awal rendah yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Berikut ini diberikan rangkuman perhitungan analisis sebagai berikut :

Tabel 7. Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Ketiga

Kelas Eksperimen kemampuan awalrendah (A1B2)

Kelas Kontrol kemampuan awalrendah (A2B2)

N = 8

Mean = 74,61

SD = 1,56

N = 8

Mean = 7,0,49

SD = 1,70

t hitung = 15,207

t tabel = 2,365 (taraf signifikansi 0,05)

Kesimpulan : t hitung > t tabel , maka tolak Ho

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh t hitung = 15,207

sedangkan t tabel = 2,365 pada taraf signifikansi 0,05. Karena

t hitung > t tabel maka H0 ditolak atau H1 diterima, artinya terdapat perbedaan Hasil Belajar yang signifikan dari kelompok siswa berkemampuan awal rendah dibelajarkan dengan model pembelajaran PIN ATM dibandingkan Hasil Belajar siswa kemampuan awal rendah yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan uji hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa Hasil Belajar siswa bermotivasi rendah yang belajar dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan Hasil Belajar siswa bermotivasi rendah tetapi belajar dengan model pembelajaran konvensional .

B. PEMBAHASAN

Pada hasil pengujian hipotesis pertama, memperlihatkan bahwa secara keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PIN ATM memperlihatkan Hasil Belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran siswa menggunakan Model konvensional. Dari hasil pembelajaran pada KD Membaca skema rangkaian elektronika disimpulkan rata-rata Hasil Belajar kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan Hasil Belajarkelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional.

PIN ATM merupakan salah satu model pembelajaran terkait pembelajaran kooperatif yang merupakan sebuah metode dan strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Menuriut Trianta (2010:58) Pembelajaran kreatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinandan membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.

Pada pembelajaran PIN ATM siswa berperan ganda sebagai siswa sekaligus berperan sebagai guru bagi anggota kelompok kecilnya. Dalam pembelajaran PIN ATM sesuai prinsip “A =Arahkan”, guru memainkan peranan sebagai fasilitator yang merancang dan menekankan aktivitas yang berpusat pada peserta didik, dan “T =Tayangkan” merupakan upaya guru menggunakan media, karena antara guru dan media tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyad (2011:2) yang menyatakan media merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada kususnya. Sedangkan prinsip “M= Membimbing merupakan peran guru dalam meningkatkan proses peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai dengan kebutuhan siswa.

Dari sisi siswa model pembelajaran PIN ATM, dengan diberikan PIN (bagian materi) yang merupakan sebagai tugas dan tanggung jawab pribadi siswa yang sangat menentukan keberhasilan kelompok belajarnya untuk mencapai suatu prestasi dalam belajar, hal ini merupakan suatu motivasi diri bagi siswa untuk dapat memahami dan menguasai materi yang akan disampaikannya. Prinsip “A=Amati” merupakan upaya siswa untuk memahami informasi berkaitan dengan materi pembelajaran dan ini sudah dimulai saat guru menayangkan (Tayangkan) materi pembelajaran melalui media, selanjutnya saat siswa diberikan tugas atau masalah siswa akan berusaha menjadikan informasi (hasil pengamatan) untuk membangun pengetahuan sebelummya terhadap pengetahuan dan keterampilan baru yang sedang dipelajarinya. Arsyad (2011:7) mengatakan perolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialaminya.

Prinsip “T=Temukan” dari sisi siswa dalam konteks pembelajarn PIN ATM terkait pada metode/strategi inkuiri dimana dalam pembelajaran pengetahuan, sikap dan keterampilan tidak hanya dibangun dari hasil menguingat seperangkat fakta-fakta tetapi dari hasil menemukan sendiri (Trianto,2010:114). Sedangkan prinsip “M”= memaparkan merupakan kegiatan siswa menyampaikan hasil pemahamannya terhadap materi yang telah dipelajarinya kepada teman-teman lainya dalam suatu kelas dalam lingkup lebih luas dibandingkan lingkup kelompok kecilnya. Dengan adanya kegiatan memaparkan dari siswa dalam model pembelajaran PIN ATM berkaitan dengan penerapan teori pemrosesan informasi hal ini ditunjukkan saat memaparkan suatu materi merupakan suatu proses pengulangan, terhadap hasil hapalan, pemecahan masalah, pengkodeaan dan hal ini bisa merupakan suatu proses penyimpanan informasi jangka panjang terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai materi pembelajarannya.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya pengetahuan awal menjadi syarat utama dan menjadi sangat penting dalam membangun dan memahami suatu pengetahuan baru, dengan kontek pembelajaran kooperatif yang terkandung dalam model pembelajaran PIN ATM , pengetahuan awal ini bisa terbentuk dengan adanya saling interaksi siswa dalam kelompoknya dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli dalam (Trianto,2010:59) pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.

Dengan demikian penerapan pembelajaran PIN ATM akan memberikan keunggulan baik pada pembelajaran suatu kelas maupun pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah dan kemampuan awal tinggi, hal ini disebabkan adanya interaksi dan kerjasama siswa dalam menyelesaikan tugas bersama dalam suatu kelompok kecil, adanya kegiatan memaparkan hasil tugas kelompok merupakan suatu bahagian dari pemrosesan informasi yang akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dalam memori jangka panjang. Selain dari itu pembelajaran PIN ATM juga merupakan bentuk lain dari penerapan strategi/metode pembelajaran Inkuiri dimana pengetahuan,sikap dan keterampilan tidak sanya diperoleh melalui hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil menemukan sendiri dari siswa sebagai pusat pembelajaran (student centering learning).

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan analisa terhadap hipotesis penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran PIN ATM terhadap Hasil Belajar KD Membaca Skema Rangkaian Elektronika Siswa Kelas XI TAV SMK Negeri 2 Solok, ditemukan beberapa kesimpulan:

1. Hasil Belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran Konvensional.

2. Hasil Belajar kelompok siswa memiliki kemampuan awal tinggi yang belajar dengan model pembelajaran PIN ATM l ebih tinggi dari Hasil Belajardari siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi belajar dengan model pembelajaran Konvensional.

3. Hasil Belajar kelompok siswa memiliki kemampuan awal rendah yang belajar dengan model pembelajaran PIN ATM lebih tinggi dari Hasil Belajar dari siswa yang memiliki kemampuan awal rendah tetapi belajar dengan model pembelajaran Konvensional .

B. Rekomendasi.

1. Guru hendaknya kreatif dalam mengembangkan atau menerapkan model-model pembelajaran sesuai karakteristik kompetensi pembelajaran, karena suatu model pembelajaran yang sudah baik pada suatu kompetensi belum tentu baik pada kompetensi lainnya.

2. Kepada rekan-rekan guru hendaknya menerapkan model pembelajaran PIN ATM sebagai upaya terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, interaksi dan aktifitas siswa dalam belajar, dan tersimpanya pengetahuan dalam memori jangka panjang yang dapat digunakan sebagai penunjang keterampilan (psikomotor) dalam suatu pembelajaran produktif.

3. Diharapkan siswa berpartisipasi aktif bukan saja saat melakukan pembelajaran praktek, namun juga pada saat pembelajaran teori , terutama berkaitan dengan Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar yaitu dengan menggali informasi dengan memanfaatkan sarana berbasis TIK yang berkembang saat ini( misalnya melalui internet)

DAFTAR PUSTAKA

1. Arsyad , Azhar. (2011) . Media Pemnelajaran . cetakan ke 15. Jakarta : Rajawali Pers.

2. Corey (1986.)Teori Pembelajaran. Bandung: Scolastik

3. Direktorat Pembinaan SMK .(2008), Model Model Pembejaran SMK. Jakarta: Depdiknas

4. Hamalik . Oemar .(2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

5. Piaget. (1993), Antara Tindakan dan Pikiran, diterjamahkan oleh Agus Creamer. PT Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

6. Sarbiran, dkk (2009). Kreativitas dalam Manajemen Pembelajaran, Lembaga Penelitian UNY

7. Sudjana , Nana (2004). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo

8. Trianto (2010). Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: PT Bumi Aksara

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post