Feri Fren, S Pd.MM

Feri Fren, S.Pd.MM (Widyaiswara LPMP Sumatera Barat) Lahir di Sintang pada tanggal 23 Maret 1969. Alumni IKIP Padang Jurusan Fisika Tahun 1991. Melanjutkan pen...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mendongkrak Minat Berwisata ke Mentawai

Mendongkrak Minat Berwisata ke Mentawai

Mendongkrak Minat Berwisata ke Mentawai

Oleh : Feri Fren (Widyaiswara LPMP Sumbar)

Pengalaman yang sangat berkesan ketika saya melakukan kunjungan kerja ke kepulauan Mentawai. Kepulauan Mentawai terletak di sebelah barat pulau Sumatera yang di kelilingi oleh Samudera Hindia. Bagi orang yang belum pernah berkunjung ke Mentawai bisa saja mereka beranggapan Mentawai itu sangat jauh sekali dari Padang.

Mereka mungkin hanya mendengar cerita dari mulut ke mulut saja, bahwa untuk pergi ke Mentawai bisa naik kapal laut yang memerlukan waktu satu malam, ada gelombang laut yang tinggi dalam perjalanan, dan sebagainya. Hal itu jualah yang dulunya membuat saya tidak berani berkunjung ke Mentawai.

Namun setelah saya pergi ke sana, cerita- cerita diatas tidaklah semuanya benar, apalagi setelah adanya kapal cepat Mentawai Fast waktu yang mempercepat waktu tempuh antara Padang dengan Mentawai menjadi 4 jam. Dengan kapal cepat kita merasa nyaman berangkat ke Mentawai, karena diatas kapal cepat kita serasa duduk diatas bus saja, guncangan kapal akibat gelombang lautpun agak kurang terasa, hal ini membuat saya kepengen lagi untuk berkunjung ke sana.

Akhir bulan Januari lalu saya beserta rombongan berkunjung ke Mentawai dengan mempergunakan kapal cepat. Barangkat dari pelabuhan muara Padang sekitar jam 7 pagi. Setelah terompet kapal berbunyi tiga kali, kapal cepatpun mulai bergerak. Kecepatan kapal semakin bertambah sampai pada batas maksimal yang diperbolehkan untuk sebuah angkutan umum dilaut. Keindahan alam mulai dirasakan dari atas kapal, alunan gelombang laut mulai mengantarkan kami ke Tua Pejat pulau Sipora.

Tidak berapa lama, tanpa terasa sekitar pukul 10.30 kapal cepat yang kami tumpangi mulai masuk dan merapat ke dermaga Tua Pejat. Satu persatu rombongan kami mulai turun ke darat, diiringi pula oleh beberapa orang rombongan turis-turis dari manca negara.

Anggapan saya mereka itu turis manca negara dikarenakan saya melihat ciri-ciri mereka, menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi, rambut pirang, hidung mancung, kulit putih, badan tinggi besar, menyandang ransel besar, serta memakai celana pendek (basirawa hawai).

Betapa bahagia saya setelah sampai di Tua Pejat, mengapa tidak, perasaan cemas yang terbayang oleh saya selama ini kalau berada di mentawai tidaklah terbukti. Kepulauan Mentawai memiliki empat pulau besar yakni (Sipora, Siberut, Pagai Utara dan Pagai Selatan), selain itu juga banyak memiliki pulau-pulai kecil dengan pesona alam yang sangat indah.

Sebagai contoh pulau Simakakang, sebuah pulau yang letaknya tidak jauh dari dermaga Tua Pejat Sipora. Untuk ke sana hanya memerlukan waktu sekitar 10 menit dengan menggunakan kapal carteran yang di sediakan oleh masyarakat setempat.

Bila diperhatikan keindahan alam pulau simakang, tak kalah indahnya bila dibandingkan dengan keindahan Bunaken di Sulawesi Utara, konon kabarnya masih banyak lagi pulau-pulau kecil di mentawai yang memiliki pesona alam yang sangat indah.

Pulau Simakakang dengan pesona alam yang masih asli, memiliki pasir putih, pantai yang bersih, air laut yang jernih, dilengkapi pula resort untuk menginap bagi wisatawan. Setelah saya pikir-pikir wajar saja turis-turis dari manca negara tadi ramai berkunjung ke Mentawai, rugi juga rasanya kita sebagai orang Sumatera Barat tapi belum pernah berkunjung ke sana.

Pertama kali saya sampai di dermaga tua pejat, saya kebingungan juga mencari tempat berteduh, karena siang itu cuaca cukup panas demikian juga saya perhatikan dengan turis-turis yang satu kapal dengan rombongan kami tadi.

Dalam benak saya terfikir, seandainya dermaga ini dirapikan dan dibersihkan, lalu ada pula ruang tunggu kedatangan dan pemberangkatan penumpang yang ada atapnya dilengkapi pula dengan fasilitas tempat duduk betapa enaknya. Fasilitas umum lainnya yang diperlukan adalah fasilitas MCK dan Mushalla yang representatif, papan informasi besar yang memberi petunjuk tentang peta wisata kepulauan mentawai, kantor informasi wisata, informasi harga hotel/penginapan, sewa kapal, kuliner, cendra mata dan lain sebagainya dengan harga yang standar tentu akan menambah daya tarik bagi wisatawan lain untuk berkunjung ke mentawai.

Sambil menunggu jemputan, kamipun istirahat sejenak di sebuah warung. Tidak berapa jauh dari tempat kami duduk terlihat turis-turis tadi kebingungan mencari informasi kesana-kemari tentang kemana arah tujuan wisatanya dan mencari kapal untuk melanjutkan perjalanannya. Saya perhatikan mereka tidak membawa pemandu wisata, sehingga mereka agak kesulitan dalam berbahasa, kalaulah ada pemandu wisata yang ditugaskan untuk itu, kebingunan turis-turis tadi akan segera terjawab.

Melihat kejadian itu, untunglah ada 2 orang dari rombongan kami yang pandai berbahasa inggris, secara spontan kami meminta kawan tersebutuntuk membantu turis tersebut. Dari pembicaraan mereka terdengar turis tersebut menanyakan arah kemana tujuan wisata yang akan mereka tuju sekaligus menanyakan ada kapal carteran dan berapa sewanya untuk mengantarkan mereka ke sana.

Dengan adanya peningkatan pelayanan kepada para wisatawan, mudah-mudahan akan dapat mendongkrak minat wisatawan untuk berkunjung ke mentawai dimasa yang akan datang, semoga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post