Feri Fren, S Pd.MM

Feri Fren, S.Pd.MM (Widyaiswara LPMP Sumatera Barat) Lahir di Sintang pada tanggal 23 Maret 1969. Alumni IKIP Padang Jurusan Fisika Tahun 1991. Melanjutkan pen...

Selengkapnya
Navigasi Web

Penjernihan Emosi Peserta Didik

Penjernihan Emosi Peserta Didik

Oleh : Feri Fren (Widyaiswara LPMP Sumbar)

Sedih sekali rasanya ketika kita mendengar adanya berita peserta didik yang berkelahi dengan sesamanya, apalagi sampai menghajar teman dengan cara pengeroyokan, dan ada yang berujung pada sebuah kematian.

Hal yang pernah terjadi bisa dijadikan sebagai pelajaran bagi kita, dengan adanya kasus perkelahian di salah satu SLTA yang berujung kematian. Belum habis berita duka itu, dalam waktu yang hampir bersamaan di tempat yang berbeda juga terjadi pengeroyokan peserta didik tingkat sekolah dasar di dalam ruang kelasnya yang divideokan dan telah menyebar luas di sosial media. Apakah hal ini masih akan kita biarkan berlarut-larut. Salah siapakah sebenarnya?

Dimanakah letaknya rasa perikemanusiaan dan implementasi nilai-nilai karakter bangsa seperti hidup rukun, hormat-menghormati, sopan-santun dan lain sebagainya yang selalu kita dengung-dengungkan dalam kompetensi inti tentang nilai sikap di era implementasi Kurikulum 2013 saat ini.

Penanaman nilai-nilai sikap harus dimulai dari pencontohan dan pengawasan yang melekat. Tidak bisa lagi kita sebagai orang tua, guru dan masyarakat mengajarkannya dalam bentuk teori-teori belaka.

Menurut Dorothy Law Nolte, anak belajar dari kehidupannya. Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, dia belajar gelisah. Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah. Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikirannya.

Pembentukan sikap seseorang sangat di warnai oleh pandangan seseorang terhadap orang lain atau obyek di luar dirinya, juga bagaimana cara ia memandang orang atau obyek tersebut, yang lazim di sebut “ dunia kognitif seseorang.”(Kreck).

Sudah saatnya guru, orang tua dan masyarakat menjadi tauladan bagi peserta didiknya. Baik itu dalam hal perilaku, tutur kata, maupun tabiat keseharian. Semua itu harus menjadi suri tauladan yang nantinya akan ditiru oleh peserta didik di dalam kehidupannya.

Keteladanan mengambil peranan yang sangat penting dalam internalisasi pembentukan kompetensi sikap dan spiritual, apalagi dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Dalam hal mencontohkan sikap diperlukan kesabaran. Sikap tidak bisa diajarkan, tetapi dibentuk dalam proses pembelajaran melalui pembiasaan yang berulang-ulang.

Di dalam buku Emotional Spiritual Quotient atau yang disingkat ESQ (Ary Ginanjar, 2004) Adi Sasono selaku ketua umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) mengatakan ESQ merupakan suatu hal yang sangat diperlukan untuk membangun mutu insani yang berkualitas.

Tidaklah cukup dengan hanya mengandalkan kecerdasan intelektual semata, namun harus didukung dengan kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi harus pula didasari dan di dorong untuk mencari ridho Allah.

Di sekolah-sekolah, selain pemberian materi pembelajaran, kayaknya sudah semestinya dilakukan penjernihan emosi peserta didik, agar setiap permasalahan yang ditemukan tidak diselesaikan dengan kekerasan yang pada akhirnya menyelesaikan masalah, membuat masalah baru. Pengontrolan emosi yang baik, akan berguna sebagai bekal hidup peserta didik di kemudian hari.

Banyak contoh di sekitar kita yang membuktikan bahwa orang yang memilki kecerdasan otak saja, atau banyak memilki gelar yang tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Bahkan seringkali yang berpendidikan formal lebih rendah ternyata banyak yang lebih berhasil, kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ), padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.

Cleland tahun 1973 dalam makalahnya “Testing For Competence” bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif akan menghasilkan orang-orang yang sukses dan bintang-bintang kerja.

Dengan sering dilakukannya penjernihan emosi peserta didik diharapkan tindak kekerasan dan kejadian yang merusak nilai karakter bangsa dapat dihilangkan secara bersama-sama.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Benar. Pendidikan karakter itu lebih penting

31 Aug
Balas

Trims bu

31 Aug



search

New Post