Ferli Gusti

Penulis merupakan alumni MWC XVI Kabupaten Dharmasraya...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sebiji Kopi dan Sebutir Telur

Sebiji Kopi dan Sebutir Telur

Suatu ketika, setelah mengikuti pelatihan SAGUSABU ada seorang anak laki-laki mengeluh pada Bapaknya, rasanya tidak mungkin untuk menciptakan sebuah buku, kebetulan mereka sedang berada di sudut dapur sebuah rumah sederhana, Si Bapak kemudian membuka lemari es, dan mengambil sebutir telur dan sebiji kopi.

“Nak, rebuslah dua panci air sampai mendidih” perintah si Bapak kepada anaknya, anaknya kemudian mengambil dua buah panci dan memasukkan air, kemudian merebusnya di atas kompor. Setelah air mendidih, si Bapak pun memasukkan telur ke dalam salah satu panci, dan sebiji kopi pada panci yang lain.

Sambil menunggu matang, si anak bertanya pada Bapaknya, “Pak, kenapa Bapak hanya mengambil sebutir telur dan sebiji kopi?, apakah tidak ada lagi bahan makanan yang bisa kita masak?”, si Bapak pun menjawab, “tidak ada nak, hanya itu”.

Tak lama kemudian, si Bapak menyuruh anaknya untuk membuka panci berisi sebutir telur, si anak kemudian membukanya dan mengangkat telur tersebut, kemudian meletakkannya pada sebuah piring. Si Bapak pun meminta anaknya untuk membuka kulit telur tersebut.

Setelah dibuka si Bapak bertanya, “Nak, apa yang kamu lihat pada sebutir telur itu?”, si anak pun menjawab, “Hanya sebutir telur rebus yang sudah matang pak, isinya putih dan teksturnya lembut”. Sekarang coba kamu buka panci yang di isi dengan sebiji kopi tadi.

Si anak pun membukanya, maka terciumlah aroma kopi yang sangat khas, harum memenuhi seisi ruangan, bahkan aromanya dapat membangkitkan semangat. Si Bapak pun bertanya pada anaknya, “Nak apa yang kamu lihat dari sebiji kopi itu?”, “Air rebusannya menjadi hitam pak, dan aromanya sangat harum”, jawab si anak.

“Sekarang ambillah gelas, tuangkan air rebusan biji kopi itu ke dalamnya” perintah si Bapak. Si anak pun melakukannya, “Lihatlah nak, kedua benda ini menghadapi hal yang sama, kesulitan yang sama, sakit yang sama, mereka sama-sama kita rebus dengan air yang mendidih, namun mereka menunjukkan reaksi yang berbeda, lihatlah sebutir telur ini, rebusan air tadi hanya dia jadikan untuk mematangkan dirinya sendiri, sementara biji kopi ini, ia mengubah air dan menciptakan sesuatu yang baru”.

“Kamu mau pilih yang mana nak?, apakah seperti sebutir telur, yang menerima materi pelatihan kemudian menyimpan dan memendamnya untuk diri sendiri, atau seperti sebiji kopi yang memengaruhi seisi ruangan dengan keharuman aroma nya, sehingga membuat setiap orang yang mencium bau nya pasti ingin mencicipi rasanya”.

(Aku ingin seperti sebuah biji kopi itu)

Efek nunggu naskah kelar.....

Dharmasraya, 20 April 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post