Fifi Risanti, S.Ag

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menggapai Asa

Menggapai Asa

MENGGAPAI ASA

By Fifi Risanti, S.Ag

Peserta MWC XVI Kab. DHarmasraya

Terlahir sebagai anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan dari tiga orang bersaudara. Walaupun terlahir sebagai anak bungsu yang dalam pandangan orang banyak hidupnya penuh dengan kemanjaan dan hidup enak. Tapi hal itu tidaklah saya alami. Sebagai anak yang orang tuanya hidup dengan bertani dan bahkan boleh dikatakan sebagai buruh tani dan hidup yang selalu dipandang remeh oleh orang banyak karena serba kekurangan tersebut. Dalam keseharian dipandang sebelah mata bahkan terkadang hidup dari belas kasihan orang lain. Bahkan karena kondisi ekonomi yang sulit itu harus terpisah dengan seorang kakak yang dibesarkan oleh keluarga yang dari segi ekonominya lebih mampu dan berhasil dari orang tua.

Namun, walaupun terlahir dalam kondisi yang cukup memperihatinkan dan serba kekurangan kalau untuk masalah pendidikan adalah hal yang pertama dan utama dalam keluarga. Walaupun terkadang harus makan dengan lauk seadanya namun kalau sudah berkaitan untuk kebutuhan sekolah tetap harus terpenuhi walau dengan cara apapun meskipun harus mencari penjaman ke tetangga yang memang lebih dari segi ekonomi dan mau memberi bantuan. Seolah-olah kehidupan ibarat menggali lobang dan menutup lobang. Itulah fenoma dan kenyataan hidup yang harus dijalani tanpa kita bisa menolak namun bukan menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan.

Kondisi kehidupan yang seperti ini dan melihat orang-orang yang berhasil sangat memotivasi dan menginspirasi untuk dapat mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Bahkan pernah terlintas dalam pemikiran ketika masih di jenjang pendidikan sekolah dasar kalau seandainya orang tua saya tidak sanggup menghantarkan dan membiaya sampai ke perguruan tinggi maka akan mencari dan berusaha dengan jalan lain seperti mencari orang tua asuh yang sekiranya mampu dan bisa menghantarkan untuk menggapai impian dan mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Keinginan ini pernah dilontarkan kepada sang ibu. Sebagai orang tua ketika sang ibu mendengan keinginan dan cita-cita ini, dia merasa berkecil hati dan bahkan sampai meneteskan air mata dan dengan rasa bersalahnya muncul kekhawatiran dalam dirinya bahwa dia akan ditinggalkan karena keadaan dalam ketidak mampuan itu.

Hidup dari keluarga petani hanya bermodalkan sawah sepetak dan menjadi buruh tani adalah pekerjaan yang dilakoni sehari-hari oleh orang tua dalam menghidupi anak dan menghantarkan anak-anaknya dalam mencapai cita-cita. Makan seadanya dan harus bersyukur dengan apa yang ada itu hal sudah lumrah dalam kehidupan sehari-hari. Walau terkadang harus berbagi serba sedikit karena kemampuan ekonomi yang tidak mencukupi. Bahkan disaat hari libur sekolah dimana anak-anak yang lainnya bisa menikmati liburan dengan bergembira ria menikmati liburan dengan mengunjungi tempat wisata tetapi kita harus rela dan mau memicingkan mata terhadap semua itu. Dengan keikhlasan hati harus rela turun ke sawah mulai dari mencangkul, menanam padi di sawah bahkan sampai memanen padi di sawah, itu adalah hal yang biasa dan selalu dilakoni ketika musim liburan datang. Berlarian di pematang sawah sambil membawa alat yang bisa dipakai untuk menangkap ikan menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan. Ikan-ikan kecil yang berhasil ditangkap bisa dijadikan sebagai lauk untuk makanan sehari-hari dan bahkan terkadang bisa dijual sebagai penambah uang untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan juga untuk jajan tentunya.

Seiring berjalannya waktu dengan segala usaha dan tekad yang kuat hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun atas izin dan kuasa Allah swt semua bisa dijalani sesuai dengan harapan walau banyak sekali rintangan dan tantangan yang kalau seandainya tidak bisa memilah dan memilih bisa membuat berputus asa dan pada akhirnya akan mengalami kegagalan. Kerasnya dan sulitnya kehidupan menjadikan semangat untuk bangkit menjadi orang yang sukses dan berhasil. Sehingga cita-cita untuk belajar di perguruan tinggi akhirnya tercapai juga.

Alhamdulilah dengan tekad dan usaha yang kuat akhirnya bisa menyelesaikan bangku perkuliahan selama pas 4 tahun dan bisa mempersembahkan predikat comlaude kepada orang tua tercinta. Ini adalah anugrah terindah yang tak ternilai jika dinilai dengan uang, bisa mencapai apa yang diimpi-impikan dan yang terpenting bisa memberikan yang terbaik kepada kedua orang tua.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bravo kk semangat dan jangan lupa berbagi

03 Mar
Balas

Terima kasih, mari kita maju bersama..

05 Mar

Luar biasa buk. Ku kak ikuti jejakmu. Brooo buat buk fifi risantiii

05 Mar
Balas

Mari kita maju bersama buk...

05 Mar



search

New Post