Sedang membuka buka status di media sosial. Ketemu tulisan bagus. Seperti ini tulisannya. "Sama seperti ar-raqobah az-zatiyah alias kesadaran untuk mengawasi diri sendiri, memeriksa, memilah lalu memilih mana yang sungguh sungguh baik bagi dirinya, pada mulanya adalah dikenyangkannya  kebutuhan psikologis dan emosional anak. Sesudah itu prioritas berikutnya adalah mengembangkan kebaikan kebaikan pada diri anak. Bukan tergesa-gesa pada kemampuan".

Membuat ku menghayal, seperti nya kalimat itu cocok untuk kalimat pembuka buku dengan ide tentang pengelolaan kelas. Sangat mewakili apa yang ingin ku sampaikan. 

Dalam pandangan ku menjadi guru itu memiliki dua tugas utama. Yang pertama yaitu menyampaikan materi sesuai dengan bidang ilmu yang kita kuasai. Penyampaian akan menarik jika menggunakan konsep kontekstual. Mendekatkan materi dengan kehidupan atau pengalaman siswa. 

Jika diibaratkan otak adalah tembok atau dinding. Maka pengalaman adalah paku paku yang menancap pada permukaan dinding. Sementara materi baru yang di sampaikan ibarat pskaian. Maka akan lebih mudah menempel ke dinding karena baju bisa dikaitkan ke dinding. Jika ilmu yang di sampaikan tidak pernah di ketahui oleh siswa maka membutuhkan usaha lebih keras bagi otak untuk menerima hal yang baru.

Penyampaian materi tterasa lebih mudah juga saat suasana kelas  juga kondisif. Semua siswa fokus dengan materi dan berkonsentrasi. Disinilah keahlian guru di uji. 

Dari beberapa siswa yang suka ramai di kelas di peroleh kesimpulan bahwa dia merasa bosan dikelas. Mengapa bisa sampai bosan. Ternyata tidak nyambung sama sekali dengan materi yang disampaikan. 

Disinilah seninya mengajar. Bagaimana membuat semua diswa tertarik dan danyan berada di kelasnya. Sepertinya salah satu cara nya dengan pembelajaran berdiferensiasi. Semua tipe belajar mendapatkan materi sesuai tipe belajar nya.