Andini mendapatkan undangan dari Danang. Ada hajatan pernikahan di kampungnya. acaranya walimahan saja. Tidak ada kuade maupun foto preweding. Cukup terop sebagai pelindung panas dan hujan. Sudah lama tidak berkunjung ke rumah Danang. Terpaksa mengandalkan google maps kiriman Danang.

Mulailah Andini dan rombongan bergerak menuju tempat acara. terdengar suara mbak google memandu. Belok kana, seratus meter lagi belok kiri. Jalan lurus dan seterusnya. Kebetulan sampai di tempat hajatan, google maps mengatakan sudah tiba di lokasi. Dengan penuh keyakinan kami semua turun.

Mulanya agak heran. Kok rumahnya terkunci dan nampak sepi. Seharusnya banyak tamu dan ada pengantin. Kok sepi ya. Terpaksa menelepon Danang. Ternyata tidak di angkat. Bingunglah Andini dan rombongannya. Untungnya ada nomor kawan lain yang juga mendapatkan undangan. Segera melakukan video call. Setelah tersambung, Andini kaget. Lho kok acaranya masih meriah. Apakah salah lokasi?.

Segera masuk ke mobil semuanya. Balik kanan dan keluar dari lokasi acara. Semuanya tertawa hahahaha. Suara riuh dalam mobil. Kok bisa tersasar ya. Apa info maps nya salah. Berjalan lagi sampai ketemu tenda yang kedua. Nampak wajah-wajah yang di kenal ada di dalamnya. Rasanya lega sekali.

Ini entah pengalaman keberapa. Salah membaca google maps sebagai penunjuk arah. Sungguh menjadi hiburan tersendiri. Apalagi jika kesasarnya beramai-ramai seperti tadi. Demikian pengalaman Andini. Intinya untuk membaca peta memerlukan keahlian tersendiri. Tidak semua orang mampu membaca peta. Contohnya Andini.