Fifi Vigliosi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ku ingin ayahku

Aku masih duduk di bangku SMP. Aku tak seberuntung seperti teman-temanku yang lain. Mereka bisa berkeluh kesah,berbagi cerita dengan orang tua mereka. Tapi aku, aku tak bisa seperti itu. Ibuku telah pergi untuk selamanya. Aku hanya tinggal bersama kakak,adik dan nenekku. Ayahku,dimana ayahku, dia masih ada di dunia ini, tapi dia tak ada di kehidupan kami. Dia lebih memilih untuk tinggal dengan istri barunya. Dia sudah tidak peduli dengan kami anak-anaknya. Dia tidak pernah memikirkan bagaimana kehidupan kami anak-anaknya tanpa dia. Ingin sekali aku berontak dan pergi marah-marah ke rumah istri barunya, namun kakakku selalu melarang aku. Iya hanya kakakku yang menghidupi kami. Dia korbankan masa mudanya untuk bisa menghidupi kami. Pagi,siang, hingga malam dia bekerja demi untuk mencarikan nafkah buat kami, adik-adiknya. Hingga suatu hari,aku sakit, karena aku sudah tidak kuat, dan aku tidak tega jika harus meminta kakakku untuk pergi memeriksakanku, kuberanikan diri untuk menelpon ayahku. "Yah, aku sakit, tolong antar aku periksa",kataku. " Dengan nada gugup ayahku pun menjawab "oh, kamu sakit pa?," tanyanya. Tanpa panjang lebar aku menjawab, "mau anterin atau ga?"sahutku. Ayahku pun menjawab"ya udah,nanti ketemu di jalan depan gang saja". Akupun menyanggupinya. Memang ayahku agak canggung untuk datang ke rumah nenekku semenjak dia menikah dengan perempuan lain tanpa seijin kami selaku anak-anaknya maupun nenek kami. Akupun segera bergegas berjalan menuju jalan depan gang, setelah beberapa menit aku menunggu, datanglah ayahku. Tapi mengapa dia harus datang bersama istrinya, akupun mulai merasa ada sesuatu yang ga beres ini. Ternyata benar perasaanku. Ayahku menghampiriku dan bilang kepadaku. "Ayah ga bisa nganterin kamu periksa, kamu periksa sendiri ya," sahutnya cepat sambil dia memintakan uang untukku kepada istrinya. Lalu istrinya pun memberikan uang Rp 20rb. Sontak akupun marah dan melempar uang Rp 20rb tersebut. Aku tidak hanya butuh uang,aku butuh perhatian orang tua. Aku sedang sakit dan kamu tidak perduli,dimana tanggung jawabmu sebagai seorang ayah. Kamu tidak pernah memperdulikan kami dan di saat aku sakit seperti inipun kamu masih tidak perduli. Aku benci kamu yah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Rasa yg dalam...

03 Nov
Balas

Cerita yang menyentuh

31 Oct
Balas

Maturnuwun bu Wid, semoga sang ayah segera menyadarinya

01 Nov
Balas



search

New Post