Fila Ariyanti

Lulusan D2 PGSD UNS Surakarta,saat ini menjadi salah satu pengajar di kabupaten Cilacap,Jawa Tengah....

Selengkapnya
Navigasi Web
Ayo, Ngopi Sak Sruputan

Ayo, Ngopi Sak Sruputan

Menjamurnya kedai-kedai makan dan rumah makan mini, dengan berbagai paket hemat yang ditawarkan, membuat orang semakin senang membeli jajanan atau lauk yang serba matang. Katanya praktis dan tidak ribet. Terkadang anak dan orang tuanya, cukup menikmati santap malam dengan menu paket yang menurut kebanyakan orang terjangkau. Meskipun kenyang sesaat ketika masih di rumah makan begitu pulang ke rumah lapar lagi.

Hal ini nampak pada saat jam-jam makan siang atau malam, hampir semua kedai dan mini resto ramai diserbu pelanggannya. Memang nampak simpel namun sebenarnya, bila kebiasaan tersebut dilakukan terus menerus, akan berdampak tidak baik dalam kehidupan keluarga.

Terkadang membeli makan siap saji, hanya sesaat waktu datangnya santap siang atau malam. Makanan siap saji biasanya kurang memenuhi standar gizi. Paket makanan yang hanya dengan sepotong ikan atau ayam ditambah sambal dan lalapan. Bila kita amati sayur untuk lalapan ya cuma itu-itu saja.

Mari sejenak kita minum kopi sak sruputan, sambil merenung melihat kebiasaan membeli makanan siap saji. Sekedar mengingatkan diri sendiri sebagai bahan pertimbangan dalam mengatur menu keluarga.

Masa pertumbuhan bagi buah hati, tentu membutuhkan asupan gizi yang seimbang. Pola makan orang tua akan mempengaruhi pola makan anak. Orang tua yang menyukai sayuran hijau maka anak-anaknya cenderung juga menyukai sayuran hijau.

Sayuran hijau, protein dari hewan maupun tumbuhan, nasi sebagai karbohidrat dan buah-buahan sangat diperlukan bagi masa pertumbuhan. Tentu air putih sangat mutlak dibutuhkan tubuh kita. Ada yang berpendapat tubuh manusia diciptakan dari tanah, maka unsur-unsur dari tanah akan baik bagi pertumbuhan dan kesehatan tubuh manusia. Ini menunjukkan bahwa berbagai sayuran amat bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita.

Menikmati sajian menu makanan di kedai atau mini resto dengan sajian siap santap, sebenarnya sah-sah saja bila tidak terlalu sering dilakukan. Di samping mendidik anak untuk menyukai sajian yang praktis, tentu hal ini akan berdampak pada orang tua terutama seorang ibu yang lama kelamaan, malas untuk memasak sendiri. Padahal para orang tua kita dahulu, selalu menyajikan menu olahan sendiri setiap menyajikan makan bagi keluarganya.

Para alim ulama pernah mengatakan, bahwa memasak sendiri itu lebih berkah, bersih dan higenis. Karena mengolah sendiri jelas akan memilih bahan mentah yang berkualitas, cara mengolahnya pun sedemikian bersih tanpa campuran bahan tertentu yang mungkin bisa membahayakan tubuh. Misal bahan pengawet, pemanis maupun penyedap. Di sisi lain akan mendapat keberkahan, bila memasak sendiri karena ada untaian doa dari seorang ibu yang mengolah makanan untuk keluarganya. Akan bertambah nilainya lagi, bila memasak sedikit lebih banyak untuk dibagi kepada tetangga yang mencium aroma masakan kita, meski tidak harus setiap hari kita melakukannya.

Ayo, ngopi sak sruputan, agar saraf tidak tegang, bisa berpikir positif dan memandang masalah dengan obyektif. Kebiasaan yang kurang baik dalam kehidupan sehari-hari, bila dibiarkan akan menjadi kebiasaan dan bila sudah terbiasa, seakan-akan menjadi hal yang baik.

Kembali ke soal makanan, adanya layanan pesan antar banyak orang tua yang lebih senang membeli makanan matang, dibanding dengan memasak sendiri. Kebiasaan ini sesekali boleh saja dilakukan, karena terkait kesibukan orang tua yang bekerja. Namun bila memungkinkan kesempatan mengolah sendiri, lebih baik memasak sendiri tentu keluarga lebih puas dan berkah.

Dalam ajaran Islam menyebutkan perut harus diatur. Sebagaimana sabda Nabi SAW: ‘’Tidaklah manusia memenuhi wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukup bagi anak Adam beberapa suap yang menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak ada pilihan, makan sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuknafasnya.’’ (HR. Tirmidzi) Hal demikian terkandung beberapa pesan moral.

Pertama, jangan berlebih-lebihan dalam makan dan minum itu sendiri. Sebab makan dan minum berlebih-lebihan akan mendatangkan penyakit.

Kedua, jangan berlebih-lebihan dalam berbelanja untuk membeli makanan dan minuman. Karena akan mendatangkan kerugian dan akhirnya bakal menghadapi kerugian. Kalau pengeluaran lebih besar daripada pendapatan,akan timbul utang yang banyak.

Ketiga, termasuk berlebih-lebihan juga kalau sudah berani memakan dan meminum yang diharamkan Allah.

Rasulullah SAW bersabda: ‘’Bersedekahlah dan berpakaianlah dengan cara yang tidak sombong dan berlebih-lebihan.’’ (HR. Ahmad)

Semoga Allah berkenan menjadikan kita semua pribadi yang sehat lahir dan batin. Mengingatkan diri sendiri dalam melangkah tak ada salahnya. Mari kita ngopi sak sruputan agar saraf tidak tegang dan berpikir positif...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ayo, ngopi sak sruputan! Ingatkan diri lezatnya masakan olahan keluarga nan memesona lidah. Sehat bergizi. Aman bagi kesehatan dan aman bagi dompet ibunda. Terimakasih, Bu Fila.

28 Jan
Balas

Mengamankan dompet dan mengingatkan diri, Bu. Sebisanya memasak untuk anak dan suami biar terbiasa selera rumah. Sekedar kopi sak sruputan...

28 Jan

kopi dan inspirasi. Ok!

28 Jan
Balas

Pyar kemepyar, Pak panas kopinya

28 Jan

Luar biasaaa Jeng, makasih sudah diingatkan. Alhamdulillah masih suka masak sendiri, lebih sehat dn lebih hemat( ini yg pasti)...semoga sehat selalu Jeng Filla, kakinya cepat sembuh...barakallah

28 Jan
Balas

Iya tetap masak biar anak dan suami sehat dan bahagia...

28 Jan

Subhanallah, paparan apik tenan. Makan tak boleh berlebihan. Makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang, ini jadi panduan dalam makan. Tapi aku tak bisa seruput kopi dan juga tak bisa masak, jadi gimana nih, hehehe. Sukses selalu dan barakallah

28 Jan
Balas

Nggoreng kerupuk saja, Bu. Kriuk... Kriuk... Minum jus saja. Kopinya biar awet hi... hi...

28 Jan

Waduh...nyindir diriku nih....males nek kon masak....he..he ..

28 Jan
Balas

Sesuk masak wae, kadang ya tuku hi... hi... Tuku nduren ndak bisa nolak

28 Jan

Wah tulisanya tentang emak jaman now yang sudah kena virus malas masak, termasuk istriku...Salam sukses Barakah.

29 Jan
Balas

Ayo suruh masak lagi, Pak. Membeli sesekali saja, agar rejeki suami menjadi berkah bila mengolah sendiri. Sehat juga Pak Mar dan keluarga...

29 Jan



search

New Post