Sudah sejak setengah jam yang lalu Bu Marni berkeliling ke taman bacaan, nampak wajahnya yang lugu terkadang ada senyuman, terkadang nampak bulir bening menetes bila sedang membaca sebuah tulisan sahabat-sahabatnya. Bu Marni terlihat asyik berjalan mengelilingi rumah besar dan bertingkat itu. Rumah besar yang hampir setiap hari dikunjunginya.Di rumah besar yang luas dan berwarna-warni aneka ragam bacaan yang ada di dalamnya membuat Bu Marni betah berjalan-jalan bersama sahabatnya di sana.

Di setiap lantai dalam rumah besar dipenuhi sahabat-sahabatnya dengan sajian di tangannya berupa karya masing-masing yang siap untuk dicicipi Bu Marni atau siapa saja yang berkenan mencicipi sajian karya mereka yang beraneka ragam. Sedang asyik-asyiknya berkeliling Bu Marni dikagetkan oleh suara keras suaminya.

‘’Dari tadi laptopan terus, Bu...bu...apa ndak capek?’’kata suaminya mengagetkan bu Marni. Dengan tersenyum malu dan sedikit takut dimarahi suaminya Bu Marni menjawab ‘’Baiklah, Pak. Saya istirahat dulu menikmati sajian dari temanku ini.’’ Sambil beringsut Bu Marni melangkah mendekati suaminya.

Sebenarnya Bu Marni tahu bahwa suaminya tidak begitu suka bila ia sering berlama-lama membaca melalui laptop atau gawai karena alasan menjaga kesehatan mata katanya. Dan ia pun menuruti apa yang dikatakan suaminya demi kebaikan Bu Marni juga. Namun Bu Marni menyadari kesenangannya bertemu dengan para sahabat yang membuatnya bersemangat bekerja baik di rumah maupun di lingkungan sekolah tempatnya mengabdi. Ia pun harus pandai mengatur waktu agar dapat menggunakan laptop dan gawai secara bijak.

Terkadang ia harus malu-malu menggunakan waktu senggang untuk berkunjung mengelilingi rumah besar bila sedang santai di rumah. Bu Marni mendapatkan banyak sahabat yang saling memberi motivasi untuk bekerja atau berkarya sekecil apapun itu. Hal yang tidak pernah ia dapatkan di lingkungan kerjanya. Memang ketika di rumah ia sering mendapat nasehat/wejangan dari suaminya untuk selalu berhati-hati, tidak melupakan tugas-tugasnya sebagai istri dan ibu sehari-hari.

Bu Marni menyadari bahwa kesenangannya bersama sahabat-sahabatnya jangan sampai melupakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai istri dan ibu anak-anaknya. Ia mengingat betul nasehat-nasehat yang diberikan suaminya. Sudah kewajiban seorang istri mentaati apa yang diperintahkan suaminya sepanjang untuk kebaikan diri dan keluarganya.

Saat sedang santai di suatu sore Bu Marni berbincang-bincang dengan suaminya. Seperti biasa ia tidak mau memegang gawai bila sedang bersantai mengobrol dengan suaminya. Ketika asyik mengobrol Bu Marni menceritakan bahwa seorang istri yang suka menulis dan tidak mengharuskan ia keluar dari rumah dalam menikmati kesukaannya, menurutnya lebih baik dari pada shooping keliling mall yang membuat mata kepengin ini dan itu yang harus mengeluarkan uang.

Menulis di rumah bisa sambil mengawasi anak, memasak, mengambil pakaian di atas jemuran bila sudah kering, menunggui mesin cuci yang menderu-deru dan lain sebagainya. Dengan menyenangkan diri berkeliling rumah besar ia bisa mendapatkan ide, spirit untuk menuangkannya dalam sebuah tulisan yang berisi olah pikiran, olah rasa dan olah hati agar tidak terbebani stres karena rutinitas pekerjaan yang menumpuk.

Menyalurkan hobi sekaligus belajar menulis di rumah dapat bertemu teman-teman yang sama-sama memiliki hobi menulis meskipun hanya melalui gawai. Tentu mendapat sahabat baru tanpa meninggalkan sahabat dan teman-teman di lingkungan rumah maupun sekolah. Sahabat yang dekat bisa saling mengunjungi, memberi semangkok sayur atau bubur, sahabat yang jauh saling mengirim kabar dan memberi motivasi meskipun melalui media gawai.

Memang berkeliling selain di rumah besar pun juga menyenangkan, keliling shooping di mall misalnya. Namun akan berdampak pada gaya hidup boros bila tidak ada keperluan tertentu yang memang harus dicari di mall. Bu Marni mengatakan, mempunyai istri yang hobi menulis dan berkeliling di rumah besar lebih irit dibandingkan keliling shooping di mall.

Suaminya manggut-manggut mendengarnya penjelasannya, dalam hati Bu Marni mengatakan,’’ Ini bapak manggut-manggut setuju atau manggut-manggut hanya sekedar menghormati pendapatnya saja’’. Bu Marni menghela nafas panjang dalam hatinya ia berbisik yang penting selama tidak mengganggu tugas utamanya sebagai istri dan ibu rumah tangga ia yakin suaminya akan menyetujui aktifitasnya.

Bu Marni juga menceritakan sahabat-sahabatnya yang dimilikinya di rumah besar agar tidak menimbulkan su’udzon. Meskipun sebagian besar sahabat Bu Marni ya ibu-ibu. Tapi sikap kehati-hatian diperlukan agar tak salah langkah.

Pilih keliling atau shooping, tinggal melakukannya dengan bijak. Keliling rumah besar atau shooping ke mall? Tapi seumpama disuruh keliling shooping Bu Marni juga kurang berminat karena memang di desa tempat tinggalnya tidak ada mall. Pergi ke mall harus naik ojek ke luar kota dengan jarak yang jauh. Belum berangkat saja sudah terbayang badan dan pinggang pegal/bengkek karena naik ojek terlalu lama. Tapi kalau tukang ojeknya suami tercinta memang asyik seperti pacaran memeluk pinggang dengan mesra.Tuing...tuing...

Tetap berkeliling rumah besar lebih efisien,irit dan jauh lebih hemat. Menambah wawasan, ide, semangat, motivasi dan bacaan tanpa harus membeli buku. Bahkan bisa mendapat buku dari karya sahabat-sahabatnya.