Seseorang yang sering membaca pengetahuannya akan maju dan memiliki wawasan yang luas. Semakin sering seseorang membaca, akan semakin maju pula pendidikannya. Hal ini yang melatarbelakangi banyak orang mengatakan bahwa membaca sama dengan membuka jendela dunia.

Bagi peserta didik, siswa yang mempunyai kegemaran membaca, pengetahuan dan wawasannya lebih luas dibandingkan dengan anak yang kurang suka membaca. Kegemaran membaca dapat dilihat dari seberapa sering anak mengunjungi dan meminjam buku-buku di perpustakaan. Biasanya anak yang hobi membaca bila ada buku baru di pojok baca kelas mereka langsung berebut ingin segera menyelesaikan menyantap isi buku.

Untuk kelas rendah pada siswa sekolah dasar buku yang disediakan sebaiknya buku bacaan yang ukuran hurufnya besar, disertai warna dan gambar yang menarik. Hal ini diharapkan anak akan tertarik untuk membaca buku-buku cerita yang ada di perpustakaan sekolah atau di pojok baca kelas masing-masing.

Membaca adalah aktivitas audiovisual untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf atau kata. Aktifitas ini meliputi dua proses yaitu proses decoding atau dikenal dengan membaca teknis dan proses pemahaman.

Membaca teknis adalah proses pemahaman atas hubungan antar huruf dan bunyi atau menerjemahkan kata-kata tercetak menjadi bahasa lisan atau sejenisnya. Menurut Farr dalam Dalman (2013: 5), ireading is the heart of education ( membaca merupakan jantung pendidikan). Semakin sering membaca semakin maju pendidikannya. Namun tidak dapat kita pungkiri kadang di sekolah masih ada anak yang mengalami kesulitan belajar dalam membaca.

Kesulitan membaca sering disebut disleksia. Kesulitan belajar membaca yang berat disebut aleksia. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang akademik, meningkatkan keterampilan kerja dan memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Jenis membaca ada dua yaitu membaca permulaan atau lisan dan membaca pemahaman. Karena bila menemukan kesulitan membaca pada siswa hendaknya segera ditangani sedini mungkin.

Anak yang mengalami disleksia dapat dapat diintervensi sehingga anak dapat mengatasi masalahnya. Misalkan anak tidak bisa membaca lalu dibacakan. Bagi orang yang tidak paham anak tersebut bisa dikatakan pemalas, bodoh, keras kepala dan sebagainya.

Ada cara yang sederhana dan efektif untuk membantu anak yang mengalami disleksia yaitu dengan cara mengajarkan mereka membaca melalui metode phonic. Metode phonic telah terbukti berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan anak dalam membaca ( Gittelment & Feingold, 1983). Metode phonic merupakan metode yang digunakan untuk mengajarkan anak yang mengalami problem disleksia agar dapat membaca melalui bunyi yang dihasilkan mulut. Metode ini sudah dikemas dalam bentuk yang beraneka ragam baik buku maupun software.

Beberapa ide yang dapat membantu anak dengan cara phonic dalam membaca: a) Meluangkan waktu setiap hari untuk membaca, b) Jika anak nampak capek, marah, malas atau mungkin lapar sebaiknya ditunda dulu baru melanjutkan kembali, c) Jangan berlebihan pada saat awal, mulailah sepuluh atau lima belas menit setiap hari, d) Menentukan tujuan yang akan dicapai dalam satu hari , misal satu hari sebanyak satu halaman buku bacaan, e) Bila anak membaca dengan benar beri pujian, bila masih menemui kesalahan maka guru, orang tua harus bersabar dan membantu untuk membenarkan, f) Pada saat membaca cerita pastikan anak tidak hanya melafalkan kata-kata, tetapi merasakannya juga. Menanyakan karakter dalam cerita atau pendapatnya tentang cerita.

Tentu dalam penerapannya agar mendapat hasil yang maksimal perlu adanya pendampingan yang rutin dari orang tua, guru dan lingkungan terkait sehingga kesulitan belajar membaca pada siswa segera diatasi. Petugas perpustakaan dan guru kelas dapat bekerja sama untuk mengadakan lomba literasi sederhana misalkan kegiatan membaca cerita atau mendongeng di ruang perpustakaan. Sehingga anak yang mengalami kesulitan membaca sedikit demi sedikit akan mengalami peningkatan kemampuan membacanya.

#langit di atas sekolahku,22-11-2018#