Keputusan pemerintah yang akan menerapkan standar emisi Euro 4 patut diapresiasi. Pasalnya, dengan aturan ini akan menyumbang pengaruh positif bagi lingkungan hidup, khususnya udara perkotaan di Indonesia. Standar Emisi Euro 4 mengatur tentang kadar gas buang pada kendaraan bermotor, seperti Nitrogen (NO×), karbon dioksida (CO₂), karbon monoksida (CO), dan partikel lainnya. Semakin tinggi tingkat standar emisi, makin rendah kandungan zat-zat beracun yang ada di gas buang, seperti dikutip dari Kompas 4/4/2017.

Walaupun waktu pelaksanaanya masih di tahun 2018, pemerintah diharapkan dapat menyiapkan infrastrukturnya mulai dari sekarang karena akan berkaitan dengan bahan bakar yang akan disiapkan. Bahan Bakar Minyak (BBM) haruslah berstandar Euro 4 yang mengandung sulfur maksimum dalam bensin atau solar 50 part per million (ppm), sementara pada Euro 2 yang Indonesia pakai sekarang kandungannya masih 500 ppm.

Dengan pemberlakuan Euro 4 ini, diharapkan memberikan kontibusi yang signifikan untuk perbaikan udara di langit perkotaan. Sudah jadi rahasia umum, wilayah perkotaan di Indonesia, sebut saja Jakarta, Surabaya, Medan, Bali dan wilayah lainnya memiliki kualitas udara yang sangat buruk.

Kendaraan bermotor di Indonesia sudah selayaknya di revitalisasi. Fenomena angkutan online yang menjadi primadona di perkotaan, sejujurnya adalah bentuk protes masyarakat terhadap kondisi angkutan konvensional yang tak kunjung membaik. Saya merasakan betul bagaimana kondisi angkutan kota yang tak laik jalan. Bangkunya yang sudah reot, udara yang pengap, belum lagi asap kendaraan yang hitam pekat membuat orang enggan untuk menaiki angkutan umum.

Tak hanya angkutan roda empat, angkutan roda dua juga banyak yang belum berstandar baik. Seringkali di jalan kita menemui motor yang berasap seperti layaknya "semprotan nyamuk demam berdarah". Jika kita kebetulan berada di belakangnya, maka kita akan terbatuk-batuk karena saking pekatnya asap yang dikeluarkan motor tersebut.

Pemberlakuan aturan ini tentu harus disambut baik oleh segenap masyarakat. Masyarakat juga harus mulai menyadari pentingnya menjaga kondisi udara di sekitarnya. Walaupun belum ada bukti ilmiah bahwa udara buruk adalah penyebab kematian, namun kita mesti menyadari bahwa meningkatnya jumlah orang sakit di Indonesia disebabkan salah satunya kontribusi dari paparan udara yang sangat buruk. Tak heran, usia hidup orang perkotaan lebih rendah dari orang yang hidup di pedesaan.

Kesadaran kita sebagai masyarakat tentu sangat penting. Dengan turut serta menjaga kualitas udara di lingkungan sendiri, kita telah memberikan sumbangan yang signifikan bagi kehidupan anak cucu kita di masa mendatang.