Sebelumnya dia adalah segalanya, tempat bahagia, tempat setiap senyumku tercipta. Tapi ini kemarin, ya kemarin sebelum semua rasa salahku ada, salah mempercayai orang, salah tempat menyimpan cerita, pun salah hati untuk dititipi rasa suka.

Aku terus mencoba bertahan disetiap situasi tanpa membuka mulut disetiap rapuh yang kurasa, terus bergulir dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, bulan bahkan tahun. Bertahan aku menyimpan semua letih sendiri, karena bahagianya adalah inginku, sampai dititik dimana aku berada dititik terbawah sebuah rasa, aku harap dia hadir sesekali menyeka air mata, namun nihil dikata, torehannya tak kunjung ada, jangankan untuk itu menyemangati aku dalam hancurku pun tak ada padahal hancur itu demi aku bahagiakan dia.

Sebuah kegigihanku membiarkannya tetap larut dalam sukanya itu, tapi kini aku tumbang akan kataku kemarin itu, aku mulai lemah, aku letih, aku mulai tak biasa, aku takut gelap mata, jadi tolong selamatkan aku jika masih diinginkan.

Atau biarkan aku mengambil jalan sendiri dengan akalku yang seadanya, mudah saja akalku berkata "sudahlah pergi saja kamu lelah, tangismu sudah tak pantas lagi dicucurkan, sudahi"