LITERASI DENGAN MEMBUAT KOMIK
Tantangan Hari Ke 9
I. Latar Belakang
Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana siswa dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan siswa, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya untuk menumbuhkan budi pekerti mulia. Literasi pada awalnya dimaknai 'keberaksaraan' dan selanjutnya dimaknai 'melek' atau 'keterpahaman'. Pada langkah awal, “melek baca dan tulis" ditekankan karena kedua keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi pengembangan melek dalam berbagai hal.
Sekolah memiliki peran yang amat penting dalam menanamkan budaya membaca pada anak didik. Tiap sekolah tanpa terkecuali harus memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan pembiasaan membaca, sekarang dikenal dengan istilah literasi.
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 menyatakan perlunya sekolah menyisihkan waktu secara berkala untuk pembiasaan membaca sebagai bagian dari penumbuhan budi pekerti.
Literasi merupakan keterampilan penting dalam hidup. Sebagian besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam dalam diri peserta didik memengaruhi tingkat keberhasilannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal yang paling mendasar dalam praktik literasi adalah kegiatan membaca. Keterampilan membaca merupakan fondasi untuk mempelajari berbagai hal lainnya. Kemampuan ini penting bagi pertumbuhan intelektual peserta didik. Melalui membaca peserta didik dapat menyerap pengetahuan dan mengeksplorasi dunia yang bermanfaat bagi kehidupannya.
Membaca memberikan pengaruh budaya yang amat kuat terhadap perkembangan literasi peserta didik. Sayangnya, sampai saat ini prestasi literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah, berada di bawah rata-rata skor internasional. Dari laporkan hasil studi yang dilakukan Central Connecticut State University di New Britain, diperoleh informasi bahwa kemampuan literasi Indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara yang disurvei (Jakarta Post, 2016).
Rendahnya literasi membaca tersebut akan berpengaruh pada daya saing bangsa dalam persaingan global. Kemampuan literasi sangat penting untuk keberhasilan indi vidu dan negara dalam tataran ekonomi berbasis pengetahuan di percaturan global pada masa depan (Miller, 2016). Hal ini memberikan penguatan bahwa kurikulum wajib baca penting untuk diterapkan dalam pendidikan di Indonesia.
Siswa SMP yang sekarang berada di kelas VII, VIII, dan IX merupakan generasi emas pada tahun 2045. Mereka akan menjadi pemangku kebijakan, akan menjadi generas yang produktif, Saat iniilah waktu yang tepat untuk mempersiapkan mereka menjadi generasi emas.
Bila kita bawa teropong ke dunia-dunia yang maju, buku bagi mereka adalah santapan enak, mereka akan membaca di mana saja. Tetapi bagi kebanyakan orang Indonesia melihat orang berjalan sambil membaca buku suatu hal yang aneh.
Saat ini kegiatan di sekolah ditengarai belum optimal mengembangkan kemampuan literasi warga sekolah khususnya guru dan siswa. Hal ini disebabkan antara lain oleh minimnya pemahaman warga sekolah terhadap pentingnya kemampuan literasi dalam kehidupan mereka serta minimnya penggunaan buku-buku di sekolah selain buku-teks pelajaran. Kegiatan membaca di sekolah masih terbatas pada pembacaan buku teks pelajaran dan belum melibatkan jenis bacaan lain.
Semua sekolah menyediakan perpustakaan, tetapi pengunjungnya bisa dihitung dengan jari. Pernah saya membantu teman memberi mengimput nomor buku ke data komputer. Ada buku-buku yang masih di plastik, belum dibuka. Ketika dilihat tahun terbitnya sudah sangat lama sekali. Karena plastiknya sudah dipenuhi debu, dan tidak tersentuh. Banyak referasni di perpustakaan yang di pajang di lemari kaca yang di kunci.
Pada sisi lain, hasil beberapa tes yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
PIRLS atau Progress International Reading Literacy Study (PIRLS) mengevaluasi kemampuan membaca siswa kelas IV. PISA atau Programme for International Student Assessment mengevaluasi kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam hal membaca, matematika, dan sains. INAP atau Indonesia National Assessment Programme (INAP) mengevaluasi kemampuan siswa dalam hal membaca, matematika, dan sains. INAP disejarkan dengan PIRLS karena sama-sama untuk SD kelas IV. Data ini selaras dengan temuan UN ESCO (2012) terkait kebiasaan membaca masyarakat. Indonesia yang menyatakan bahwa hanya satu dari 1.000 orang Indonesia yang membaca. Sejalan dengan hal tersebut, hasil tes PIAAC atau Programme for the International Assessment of Adult Competencies tahun 2016 untuk tingkat kecakapan orang dewasa juga menunjukkan hasil yang memprihatinkan. Indonesia berada di peringkat paling bawah pada hampir semua jenis kompetensi yang diperlukan orang dewasa untuk bekerja dan berkarya sebagai anggota masyarakat.Itulah diantaranya kenapa pembiasaan membaca untuk anak-anak Indonesia menjadi program Nasional, Gerakan Literasi sekolah. Di sekolah dengan budaya literasi yang tinggi, peserta didik akan cenderung lebih berhasil dan guru lebih bersemangat mengajar.
Petunjuk gerakan literasi yang umum telah diberikan kepada kepala sekolah, pemangku kebijakan, dan guru-guru. Sebenarnya banyak cara untuk menarik minat anak membaca diantaranya ”Ayo Buat Komik sebagai Buktimu Berliterasi.”
II. Pengetahuan Komik
Komik adalah sebuah media yang menyampaikan cerita dengan visualisasi atau ilustrasi gambar, dengan kata lain komik adalah cerita bergambar gambar berfungsi untuk pendeskripsian cerita agar si pembaca mudah memahami cerita yang disampaikan oleh si pengarang. Komik mempunyai unsur dasar visual yaitu komik dapat dipakai sebagai alat penyampai pesan yang berisi arti dan makna sehingga terjadi komunikasi visual antara pesan yang disampaikan oleh komik tersebut dengan si pembaca melalui daya imajinasinya.
Bukan hanya itu, komik pun dapat menarik semangat siswa untuk belajar dan mengajari siswa untuk menerjamahkan cerita ke dalam gambar bahkan seolah-seolah siswa dihadapkan pada konteks yang nyata sehingga muncul efek yang membekas pada siswa dan dapat mengingat sesuatu lebih lama.
Materi yang terdapat di dalam komik dapat dijelaskan secara sungguh-sungguh, yang artinya bahwa materi yang berbentuk gambar dapat menjelaskan keseluruhan cerita atau materi yang dibarengi oleh ilustrasi gambar untuk mempermudah siswa dengan mengetahui bentuk atau contoh kongkret apa maksud dari materi tersebut.
Hutchinson (1949) menemukan bahwa 74% guru yang disurvei menganggap bahwa komik "membantu memotivasi", sedangkan 79% mengatakan komik "meningkatkan partisipasi individu" . Sones’ (1944) yang berkesimpulan bahwa kualitas gambar komik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran: Sones membagi empat ratus siswa kelas enam sampai kelas Sembilan kedalam dua kelompok. Masing – masing kelompok seimbang dalam pembagian kelas dan kecakapannya. Kelompok pertama disuguhi pembelajaran cerita dengan menggunakan komik dan yang kedua hanya menggunakan teks saja. Setelah itu, mereka dites untuk mengetahui isi dari pembelajaran cerita itu. Setelah seminggu, prosesnya diubah, kelompok pertama disuguhi teks saja sedang yang kedua diberikan komik. Kemudian kedua grup dites lagi.
Akhirnya, Sones (1944) berkesimpulan bahwa "pengaruh gambar terlihat dalam hasil tes". Tes pertama menunujukkan bahwa kelompok pertama mendapatkan nilai jauh lebih tinggi daripada kelompok kedua. Di tes kedua kelompok kedua mendapatkan nilai jauh lebih tinggi daripada kelompok pertama.
Kelebihan komik masih banyak lagi antara lain Anda tentu tahu poster alfabet yang dilengkapi dengan gambar-gambar. Itu merupakan salah satu contoh pemanfaatan gambar untuk memperkenalkan suatu konsep tertentu, dalam hal ini alfabet. Masih ingat komik Doraemon? Karakter karya Fujiko F. Fujio ini termasuk paling dicintai anak-anak. Beberapa tahun yang lalu, komik Doraemon edisi belajar berhitung juga diterbitkan. Komik-komik seperti ini tentu sangat bermanfaat dan menolong karena menghadirkan nuansa belajar yang menyenangkan bersama tokoh kesayangan.
Komik yang memperkenalkan lingkungan dan alam sekitar juga sangat bermanfaat bagi anak-anak. Anda tidak mungkin membawa anak-anak ke masa dinosaurus untuk memperkenalkan mereka kepada Tyranosaurus, misalnya. Anak-anak pun bisa diperkenalkan pada berbagai jenis tumbuhan dan hewan melalui komik. Komik juga membantu untuk membangkitkan minat baca anak-anak. Jaya Suprana (dalam Sofwan 2007) mengaku kalau minat bacanya tumbuh akibat membaca komik Mahabharata semasa kecilnya.
Sejumlah komik menghadirkan nilai-nilai moral yang penting dikenal oleh siapa saja. Sebut saja nilai persahabatan, kerja keras, kebersamaan, kegigihan dan semangat pantang menyerah. Menurut Abidin (2015), multiliterasi dimaknai sebagai keterampilan menggunakan beragam cara untuk menyatakan dan memahami ide-ide dan informasi dengan menggunakan bentuk-bentuk teks konvensional maupun bentuk-bentuk teks inovatif, simbol, dan multimedia. Beragam teks yang digunakan dalam satu konteks ini disebut teks multimoda (multimodal text). Adapun pembelajaran yang bersifat multiliterasi--menggunakan strategi literasi dalam pembelajaran dengan memadukan karakter dan keterampilan abad ke-21 (keterampilan berpikir tingkat tinggi)--diharapkan dapat menjadi bekal kecakapan hidup sepanjang hayat.
III. Membuat Komik pada kegiatan Literasi
Berdasarkan beberapa teori di atas, membaca komik bergambar lebih berkesan bagi siswa. Bagaimana kalau kita ajak anak supaya buku yang mereka baca pada kegiatan literasi berkesan, Kalau biasanya mereka harus membuat sedikit laporan di buku atau di kertas yang disiapkan sebagai bukti mereka telah membaca, atau mebuat coret-coretan tentang buku yang telah mereka baca lalu menggantungkannya di pohon literasi. Ada beberapa kegiatan membuat komik yang bisa dilakukan, diantaranya adalah:
A. Membuat komik dari teks/buku yang telah dibaca.
Bahan yang diperlukan:
· Kertas
· Pinsil
· Pewarna (pensil warna, crayon, dan lain-lain)
Langkah-langkah yang telah saya lakukan ini, saya terapkan untuk bacaan teks pendek berbahasa Inggris, siswa:
1. Mencari Narrative text (berupa dongeng, fable, legenda, cerita peri, atau lainnya)
2. Menentukan Latar belakang tempat dari cerita yang dibaca
3. Menentukan berapa tokoh dari cerita
4. Membuat sketsa dari gambar tokoh-tokoh yang akan dimunculkan dalam komik
5. Menuliskan kamlimat yang akan diucapkan oleh tokoh yang telah dibuatkan kotak/buble untuk meletakkan kalimat yang akan diucapkan tokoh
6. Bila kalimat yang akan ditulis guru tidak perlu mengoreksi penulisan, dan pemilihan kata yang tepat pada buble kalimat, tetapi bila berbahasa Inggris guru perlu mengoreksi pemilihan kosa kata dan tata bahasa dari kalimat yang dibuat
7. Menggambar komik sesuai dengan tokoh-tokoh yang telah ditentukan dan dibuat latar belakang dari setiap situasi dialog cedrita
8. Warnai sesuai dengan imajinasinya.
9. Membuat halaman sampul
10. Memajang hasil comic berupa buku komik
11. Siswa lain akan penasaran dengan karya teman-temannya mereka akan melihat dan membaca komik hasil karya temanya
Pada pembuatan komik dari teks naratif yang dibaca siswa , nilai siswa tidak berdasarkan seberapa bagus komik yang mereka buat, tetapi seberapa dalam mereka memahami isi cerita dari teks yang mereka baca. Bila gambar komiknya itu sangat bagus sesuai dengan latar cerita, pemilihan tokoh, dan memberi warna yang tepat perlu diberi reward khusus.
Siswa yang memahami isi cerita akan membuat beberapa lembar gambar komik dari teks yang di abaca.
Berdasarkan yang telah saya lakukan, hanya dari sebuah cerita yang yhanya terdiri dari lima paragraph, siswa bisa membuat 10 halaman komik.atau lebih. (Saya lampirkan 2 contoh karya siswa saya)
Waktu pelaksanaan membuat komik ini bisa dilakukan:
Ø Untuk satu kali pertemuan atau beberapa kali pertemuan
Ø Di lombakan satu hari pada saat gebyar kegiatan Literasi sekolah
B. Membuat komik dengan tema yang ditentukan
Bahan yang diperlukan:
· Kertas
· Pinsil
· Pewarna (pensil warna, crayon, dan lain-lain)
Langkah-langkah membuat komik dengan tema yang ditentukan:
1. Tentukan tema dari komik, misalnya, “Gemar membaca”
2. Beri kebebasan untuk siswa berekplorasi untuk membuat latar belakang waktu, tempat dan tokoh dari komiknya
Waktu pelaksanaan membuat komik ini bisa dilakukan:
Ø Bisa dibuat di rumah
Ø Komik karya siswa di terbitkan pada bulletin sekolah tema bulletin ini adalah permainan tradisional ( ini saya nlakukan saat menjadi penanggung jawab bulletin di SMPN 96 Jakarta, sejak Oktober 2015 saya pindah ke SMPN 226 Jakarta) (Saya lampirkan dan komiknya ada di halaman 35)
C. Membuat komik dengan tema bebas
Bahan yang diperlukan:
· Kertas
· Pinsil
· Pewarna (pensil warna, crayon, dan lain-lain)
Langkah-langkah membuat komik dengan tema yang ditentukan:
1. Berikan kebebasan untuk siswa untuk membuat komikTentukan tema dari komik, misalnya, “Gemar membaca”
2. Beri kebebasan untuk siswa berekplorasi untuk membuat latar belakang waktu, tempat dan tokoh dari komiknya
Waktu pelaksanaan membuat komik ini bisa dilakukan:
Ø Bisa dibuat di rumah
Ø Komik karya siswa di terbitkan pada madding sekolah
D. PENUTUP
Semoga kegiatan membuat komik ini bisa mengisnpirasi para guru untuk mebuat kegiatan literasi sekolah lebih bervariasi, dan membuat siswa menjadi semakin kreatif.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar