Fitra Yadi

Nama Saya Fitra Yadi Malin Parmato, biasa dipanggil Malin. Sekarang mengajar di Pondok Pesantren Ma'arif As-Saadiyah Batu Nan Limo Koto Tangah Simalanggang keca...

Selengkapnya
Navigasi Web
KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUH DI BUKIK POSUAK MAEK BAGIAN VI
RSUD dr. Achmad Darwis Suliki

KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUH DI BUKIK POSUAK MAEK BAGIAN VI

Dari Palansiangan Ambulan meluncur turun melewati jalan cor, petugas medis melakukan pemasangan infus di tanganku. Di kiri-kanan nampak bertumpak-tumpak sawah kemudian melintasi jempatan kecil Padang Tumpuak, di simpang tiga SMP 02 depan masjid Mujahidin Sopan Tanah terasa agak kuat getaran per kaki-kaki roda, batu-batu sebesar tinju memenuhi jalan raya yang sudah lama lepas dari aspal, petugas medis memegangi tabung infus takut jatuh. Dengan tenang aku bertanya kabar kepada istriku, kabar anakku, kabar keluarga yang lain. Istriku mengatakan bahwa semalam mereka menginap di rumah dekat mobil ambulan parkir tadi, yaitu rumah orang tua pak Alisman mantan anggota DPRD kabupaten Lima Puluh Kota. Ibu, papa, anakku serta Direktur Radio Total FM sekeluarga diinapkan masyarakat di rumah itu. Anakku Abdul Halim sekarang lagi bersama neneknya di mobil belakang.Di simpang tiga sopan Tanah, jalan aspal begitu lebar, Ambulan melaju dengan kencang, istriku Zurhuriati memegang erat tanganku. Dari jorong Koto Gadang mobil terus melaju ke jalan menanjak, mendaki Lengkok dengan tangkasnya. Bunyi serine menggema di lekuk lembah, menyibak hutan nan berliku-liku.Izur merebahkan kepalanya, keringat bercucuran di keninnya. "Pusing da" katanya singkat. Izur nampak mual, mau muntah. Aku urut-urut tengkuknya, aku minta Izur diam memejamkan mata. Petugas medis memberinya minyak angin. Sekarang gantian, aku berusaha menenangkannya sungguhpun sedang berbaring di atas troli.Sampai di Guntuang Izur mengangkat kepala, "bagaimana rasanya Nda.. masih pusing?" "sudah agak mendingan" jawabnya. "Mengapa Nda mengangkat kepala? Uda bau pesing ya" tanyaku mencandainya. "Iya, dikit" jawabnya jujur. Benar saja, pipisku tidak lancar keluar, sehingga bekas-bekasnya berserakan di celana, kain sarung yang dibelitkan ke perutku ini entahlah baunya, seperti toelet yang tidak disiram. he he he he he he. Namun namanya istri ya, sebusuk apapun suami tentu ia sangat berhajat untuk membersihkannya."Nda, kemaren dompet Uda titipkan ke da Ipon" kataku. "Oh iya, tadi dompet itu diserahkannya ke Nda" katanya. "Dompetnya ada dua kan Da?". "Iya benar ada dua, duit ada tiga ratus di dalamnya". "Oh, belum Nda periksa". "Handphone uda kedua-duanya semalam dititipkan ke ni Eka (petugas medis Erika Mardiana)". "Iya, nanti Nda minta ke ni Eka" jawabnya.Sampai di simpang Limbanang ambulan berbelok ke arah kanan menuju Suliki, diiringi mobil polisi, keluarga dan masyarakat. Dengan mata sayu Izur terus memandangiku, aku berupaya membuat-buat senyum padahal di hatiku begitu sedih menahan tangis. Aku merasa begitu bersalah, demi memperturutkan hati gadang barabu kambang mengejar tuah ke Bukit Posuak, terjadilah musibah ini, betapa susahnya nanti Izur merawatku, entah berapa lama aku akan sembuh, bagaimana nanti mencari nafkah dan bagaimana-bagaimana lainnya menggeranyang dalam kepala.Sampai di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Achmad Darwis Suliki petugas medis menurunkanku dari ambulan kemudian disambut perawat rumah sakit. Ibu Erika Mardiana petugas medis yang menjemputku ke bukit Posuak semalam nampak begitu lelahnya, pakaian seragam putih yang ia pakai nampak kotor berlepotan tanah. Keluargaku dari Canduang dan Baso ramai pula datang mereka bersama-sama mengiringiku ke ruang Unit Gawat Darurat (UGD).

Aku tidak begitu ingat entah prosedur apa yang diterapkan kepadaku, aku memejamkan mata meringkik menahan rasa sakit, kedua ketiakku rasa ditusuk-tusuk duri, pinggang terasa begitu ngilu, ari-ari terasa pedih, kantong kemih mau meledak, aku kebelet pipis.. he he he he he. Rasanya ingin melompat saja masuk ke toelet rumah sakit yang ada di dekatku.

Seorang tenaga medis laki-laki memeriksaku, dengan berbisik aku sampaikan keluhan sakit di ari-ariku karena menahan buang air kecil, aku mau ke WC. Ia menyarankan supaya aku menampung pipis saja di atas ambulance stretcher (ranjang rumah sakit) itu menggunakan botol bekas minuman kemasan.Adik-adikku mencari gelas bekas air minum kemasan kemudian menyodorkannya ke tanganku. Hasbi adik sepupu istriku memiringkan badanku, aku coba membuka resleting celana mau menampung pipis di depan petugas medis, aku tidak bisa... he he he he ."Hasbi.. pipis uda tidak bisa keluar, malu nampak orang" bisikku pada Hasbi Djamil Koto. Adik-adik meminta penutup sekram kepada petugas kemudian menggesar dipanku agak ke dinding. Ini menguntungkanku, pintu WC sedang terbuka pula di dekatku.Sekeliling dipanku sudah tertutup sekram tidak ada lagi sesiapa yang memperhatikan kecuali si Hasbi saja. Aku minta Hasbi memapahku ke WC, dengan susah payah ia menahan tabung infus dan menahan tubuhku agar tidak jatuh, namun bobot tubuhnya berimbang, badannya tinggi besar melebihi aku.Sakit sekali terasa punggungku, namun lebih sakit lagi akibat menahan pipis. Aku berdiri di tepi closed kedua tanganku bertelekan di bak mandi, Hasbi menggantungkan tabung infus di paku yang tertancap di dinding lalu aku minta ia keluar. Pelan-pelan aku buka resleting celana kemudian pipis dengan puasnya.Banyak sekali cairan urinku keluar, baunya menyengat menusuk hidung. Hawa panas menjalar keluar menyegarkan badan. Alhamdulillah sebagian dari penderitaanku telah hilang, aku berasa sembuh sekarang. Aku ambil air, aku cuci mukaku, kemudian membersihkan tanah yang lengket di telingaku sebahagian air aku usapkan ke tengkuk dan kepala.Aku panggil Hasbi memapahku kembali ke tempat tidur. Nyaman sekali rasanya di pembaringan, mataku ngantuk pengen tidur. Sekram dibuka kembali, untung saja petugas medis tidak tahu kalau tadinya aku pipis di kamar mandi. Kalau mereka tahu, mungkin saja kami dimarahi.

Nampak ketika itu Ibu Erika Mardiana tidur pula di salah satu dipan di UGD itu. Ia begitu lelah tidak sempat tidur semalaman. Petugas medis rumah sakit juga memberi bantuan penanganan kesehatan kepadanya.

Setelah semua Standar Operasional Prosedur (SOP) Gawat Darurat dilaksanakan, sekitar pukul 11.00 Wib. kondisi sudah agak membaik, petugas medis memindahkanku ke salah satu ruang rawat inap.

Bersambung ke:

KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUH DI BUKIK POSUAK MAEK BAGIAN VII#39Ditulis oleh: Fitra Yadi, S.PdIDi SarilamakKamis, 12 Februari 2020 M - 17 Rajab 1441 H

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantap

12 Mar
Balas

Lagi nulis ni buk, belum selesai

12 Mar



search

New Post