Fitra Yadi

Nama Saya Fitra Yadi Malin Parmato, biasa dipanggil Malin. Sekarang mengajar di Pondok Pesantren Ma'arif As-Saadiyah Batu Nan Limo Koto Tangah Simalanggang keca...

Selengkapnya
Navigasi Web
KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUH DI BUKIK POSUAK MAEK BAGIAN III
Petugas Medis Erika Mardiana sedang memeriksa luka-luka ku di Bukit Posuak

KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUH DI BUKIK POSUAK MAEK BAGIAN III

Tempat itu agak lapang, memanjang seperti jalan dengan lebar rata-rata 1 meter, namun ada juga bagian ujungnya lebih sempit dari itu. Di sisi atasnya tegak menjulang tebing batu dan di sisi bawahnya jurang dengan kedalaman beberapa puluh meter campuran tanah, batu dan semak-semak pepohonan rendah. Aku tidur di situ dalam posisi tertelentang di atas materi tanah berkerekel. Kata warga, itu adalah jalan Kambing Hutan, di bawah jurang itu ada ngalau harimau.Terdengar bunyi nada dering bertanda SMS Masuk aku periksa HP Androidku Mito A15 di dalam saku, aku periksa hp yang satunya lagi, alhamdulillah kedua hp itu masih berada di dalam saku. Ada satu sms dari Sa'adah santriwati kelas IV Khusus Ponpes MTI Canduang yang berasal dari nagari Sungai Rimbang Suliki. Ia menanyakan kesediaanku untuk datang nanti malam memberi bimbingan kepada kelompok multimedia di Ponpes MTI Canduang, Agam. Seminggu yang lalu aku sempat mengajari santri-santri itu satu kali pertemuan materi membuat film trial 5 menit. mereka akan ikut perlombaan yang bertema "cinta-cita santri" yang diadakan oleh MUI Pusat, batas akhir mengirim karyanya adalah pada tanggal 31 Oktober 2016. Langsung aku balas sms Sa'adah mengabarkan bahwa aku tidak bisa hadir karena sekarang aku sedang dalam musibah baru jatuh dari tebing batu bukit Posuak Maek. Kepadanya aku kabarkan juga kondisiku sekarang bahwa pinggang dan punggungku terasa sangat sakit dan tidak bisa digerakkan lagi, aku lagi istirahat di bawah tebing.Dengan tetap tenang dan senantiasa ingat kepada Allah SWT, aku ambil Handphone Nokia dengan kesing warna merah hitam, aku buat paket telpon lalu menghubungi bapak Nato Putra mengatakan bahwa aku baru saja jatuh dari tebing, tidak bisa bergerak duduk dan mohon bantuannya untuk menjemputku. Kemudian aku telphon lagi Bapak Editiawarman anggota Damkar regu Suliki dan juga penyiar Radio Total FM mengabarkan bahwa aku jatuh dari tebing Bukit Posuak. Setelah itu aku telphon lagi Bapak Budi Mulya direktur Radio Total FM di Tanjung Pati mengabarkan kondisiku ketika itu.Kemudian aku kabari juga Buya Busra Khatib Alam ketua DPD Front Pembela Islam Sumatera Barat di Bukittinggi mengabari bahwa aku ditimpa musibah jatuh di tebing bukik posuak. Rencananya pada tanggal 1 November 2016 (2 hari setelah itu) aku bersama Laskar Front Pembela Islam Sumatera Barat akan berangkat ke Jakarta mengikuti demonstrasi penistaan Agama yang digelar pada hari Jum’at, 4 November 2016. Kepada beliau juga aku khabarkan bahwa aku sudah menelpon kawan di Maek untuk minta bantuan dan sekarang mereka sedang berjalan menuju bukik Posuak, beliau berkirim do'a untuk keselamatanku.Beberapa menit kemudian masuk lagi telephone dari bapak Nato Putra mengabarkan bahwa ia sudah berjalan bersama petugas medis dengan ambulance menuju lokasi tempat aku jatuh. “Malin ada terdengar suara ambulance? Itu kami, kami sudah menuju ke sana” kata bapak Nato Putra. "Ini ada yang mau bicara dengan Malin, saudara Malin" kata pak Nato menyerahkan Hp kepada Petugas Medis Ibu Erika Mardiana. "Ustazd bagaimana keadaannya?" tanya Ibu Erika. Aku mengobrol sebentar dengannya, aku minta bantuan untuk dibawakan air minum dan makanan, aku sedang dalam kehausan dan kelaparan, sejak pagi belum makan. Ibu Erika mengabarkan bahwa ia sudah menelpon istri dan mertuaku, "sekarang mereka sedang menuju ke Maek" katanya.Mungkin informasi dari mereka hingga setelah itu banyaklah telpon masuk ke nomor Handphoneku dari Petugas medis, BPBD, Kepolisian, panitia MTQ, Kemenag, teman dan keluarga. Semuanya menyarankan supaya aku menghemat baterai Handphone dan istirahat saja menyimpan tenaga, bila ada orang bersorak memanggil, maka siapkan energi untuk menjawabnya. "Baiklah pak" jawabku.Sedikit demi sedikit, aku coba juga menggeser pinggang dan badan mencoba duduk, namun tidak juga bisa, aku coba menggulingkan badan ke kiri supaya lebih dekat ke dinding tebing, Waduh... Hp Nokia jatuh menggelinding ke dalam lurah dan nyangkut di semak-semak. Dari atas aku masih bisa mendengar Hp itu terus berbunyi bertanda panggilan masuk, namun aku tidak bisa lagi mengambilnya.Lalu aku geser lagi badan hingga ke dinding tebing, di sini sudah agak lumayan nyaman rasanya. Lalu aku keluarkan Handphone Mito A15 memeriksa pulsa, ternyata pulsanya tinggal beberapa ribu rupiah saja. Kemudian aku telpon istri memakai nomor itu. meminta diisikan pulsa Simpati 20, istri menanyakan keadaanku, rupanya ia sudah tahu bahwa aku jatuh.Katanya tadi Papa (mertua laki-laki) ditelpon bidan Erika Mardiana petugas medis yang piket hari itu di posko MTQ. Erika Mardiana adalah ponakan papa, ia mengabarkan bahwa saya jatuh di Bukik Posuak, lalu papa menyuruh istriku mencari mobil untuk berangkat ke Maek menjemputku. Kepada istri aku katakan bahwa saya tidak apa-apa, hanya kelelahan saja, dan aku juga belum bisa berdiri karena pinggang dan punggung terhempas disambut pangkal pohon.Katanya ia juga ikut ke Maek menjemputnku, "jangan.. tunggu aja di Suliki, karena sekarang bantuan Medis sedang menuju ke sini menjemputku. Aku kabarkan juga bahwa handphone Nokiaku jatuh ke dalam lurah dan hanya tinggal Hp yang ini saja, aku akan menghemat batrai, hanya melayani sms saja. Kepada istri aku meminta nomor handphone bapak Nato Putra.Setelah membuat paket telpon lalu aku telpon lagi bapak Nato Putra mengabarkan bahwa "Handphoneku yang satunya jatuh ke lembah, nanti kalau mau nelpon, telpon saja ke nomor ini" kataku. Setelah itu aku telpon juga ibu Yessi Suardi istri bapak Budi Mulia direktur Radio Total FM, mengabarkan bahwa handphoneku yang satu lagi jatuh, tolong kabari Abang ya bu bahwa sekarang nomor inilah yang ada pada saya.Setelah itu, banyaklah telpon masuk ke nomorini, dari teman, sahabat, keluarga, Polisi, BPBD, jorong, nagari, bapak Camat Bukit Barisan Rahmad Hidayat, dari Bupati Kabupaten Limapuluh Kota Ir. Irfendi Arbi, M.P. Mereka menyarankan supaya aku tenang, menghemat energi, "cari posisi yang nyaman dan tunggu aja terus di situ sampai bantuan datang" saran mereka. Di Bawah, terdengar bunyi sepeda motor menuju ke atas menelusuri kebun gambir.Aku tenang saja menunggu disitu sambil membalas sms-sms yang masuk. Memandang lurus keatas, aku patut-patuti terus pohon tempat jatuh tadi seraya terus berucap istighfar menyesali semuanya. "Mengapa tadi aku ke sini ya, mengapa aku tidak istirahat saja dulu di pohon itu menghemat energi kemudian baru turun ke bawah, mengapa dan mengapa lainnya terus datang menggeranyang dalam pikiranku.Aku teramat sedih menyesali diri teringat anak dan istri tanggungan yang akan aku carikan nafkah. Entah berapa lama nantinya aku berhenti bekerja jadinya, ya Allah betapa banyaknya orang nantinya yang akan aku repotkan. Astaghfirullah.... Astaghfirullah.... aku terus beristighfar, sambil menggenggam sepotong kayu lapuk yang ada di dekatku. Takutnya nanti datang binatang buas seperti harimau, beruang atau ular, sedangkan aku tidak memiliki senjata.Masuk lagi telpon dari rombongan yang mencariku, aku kira itu dari anggota kepolisian menanyakan bagaimana kondisi dan dimana posisiku ketika itu. Susah juga aku menerangkan kepada mereka menjelaskan dengan mudah dimana posisi persis saat itu. Aku hanya memberi gambaran globalnya saja "bila bapak melihat ke arah nagari Maek, maka posisi aku adalah di tebing sebelah kanan, sekira 500 meter dari Posuak.Ada yang menyarankan supaya aku membuat asap. Aku tidak bisa melakukannya karena tidak memiliki korek api. Kemudian aku coba memiringkan badan menggesek-gesek kayu supaya terbit api, hal itu tidak juga bisa karena kayunya dingin dan aku tidak punya banyak cadangan tenaga untuk menggeseknya. Aku coba pula memukul-mukul dua batu, tetap saja tidak bisa mengeluarkan api. Selain karena tekniknya aku tidak bisa, energi yang aku punya pun tidak mencukupi lagi untuk melakukannya.Lama aku terbaring disana menunggu regu pencari sampai terdengar suara adzan zuhur bersahut-sahutan di perkampungan di bawah sana. Rasanya rombongan pencari sudah dekat dariku, suara-suara mereka terdengar samar dibawa angin, namun aku tidak juga kunjung bertemu. Regu pencari memanggilku dengan suara keras, lau aku menyahutnya, namun mereka sepertinya tidak mendengar suaraku.Aku miringkan badan lalu pipis ke arah lembah, kemudian memunguti pecahan batu untuk beristinja', lalu bertayammum. Aku kira-kira saja kiblat lalu meluruskan kaki ke arah sana, kemudian melaksanakan shalat Zuhur dalam keadaan berbaring.

Matahari sudah tergelincir ke ufuk barat, angin senja begitu kencang menggoyangkan pepohonan, regu pencari belum juga sampai di tempatku. Punggungku terasa dingin karena lama berbaring di tanah berpasir itu, badan terasa lemah sejak pagi belum makan, haus sekali rasanya, sampai saat itu belum juga ada mendapat minum. Tetapi bagiku ini sudah biasa, sebulan tidak makan di siang bulan Ramadhan rasanya sangat mudah. Dari bawah terdengar terus regu pencari memanggilku "Malin... malin... malin... kamu di mana.." sorak mereka.Sekitar pukul 14.00 Wib. satu regu menghampiriku, mereka bersorak memanggilku "Malin... Malin.. di mana Malin..." katanya. Lalu aku membalasnya dengan sahutan yang berbeda."Oi.......... Malin sudah bertemu, ini dia... Ini dia...." kata ku. "Mana dia.. mana dia.. " balas mereka. "Ini dia.. di sini di tepi tebing..." jawabku, regu pencari makin dekat menghampiriku.

Seorang pemuda muncul dari ujung tebing mengibaskan semak dengan tongkat, ia menghampiriku, melihat sebentar lalu surut lagi memanggil temannya. Tidak beberapa lama 5 orang pemuda berkumpul mengelilingiku. Aku memperkenalkan diri dan mebercakap-cakap dengan mereka. Kalau tidak salah nama mereka adalah Halim, Zebi, Farhan, Alpin dan Nandi.Halim menelpon beberapa orang mengabarkan "bahwa korban sudah ditemukan, sekarang aman bersama mereka, namun minuman dan makanan tidak ada, tolong segera kirimkan makanan dan minuman ke lokasi" katanya. Halim memandu tim pencari berikutnya menuju ke lokasi naas tempat aku jatuh itu. Aku minta kesedian Farhan untuk turun ke lembah mencari Hp ku yang jatuh, kemudian aku minta juga kesediaan Zebi untuk merekam Videoku dengan smartphonenya. Di video itu aku jelaskan kronologis perjalanan ke Bukit Posuak hingga musibah itu menimpaku. Makin lama kami semakin akrab saja, aku tidur terbaring dengan sejumlah luka-luka di tangan dan di kaki, sedangkan teman-teman ini duduk berkeliling mengitariku. Kami coba menghitung-hitung; tadi aku jatuh pukul 09.30 Wib. kemudian mereka temukan pada pukul 14.00 Wib. berarti ada 4.5 jam terbaring sendiri di sana.Rombongan di belakang hampir tiba, teman-teman ini duduk setia menemaniku, belum bisa memberi bantuan apa-apa selain itu. Mau ditandu, pakai tandu apa, mau digendong pasti tidak bisa.Halim dan Nandi memutuskan untuk turun ke bawah, mengarahkan tim pencari di belakang supaya segera menuju ke sana. Sampailah waktu Ashar, tim di belakang belum juga sampai. Aku miringkan badan, mau pipis lagi, aku minta teman-teman ini membelakangiku atau menutup mata. Lalu aku bertayammum dan melaksanakan shalat Ashar dalam keadaan berbaring. Farhan juga mengikutiku, ia bertayammum juga kemudian melaksanakan shalat di atas tanah.

Kami terus mengobrol bercerita-cerita, teman-teman ini sering menerima telpon. Hpku tidak aktif lagi, batrainya sudah habis keduanya. Sudah pukul 17.30 Wib. belum juga sampai bantuan berikutnya, kami semuanya sudah kelaparan dan udara terasa makin dingin saja.

Menjelang magrib petugas medis datang, bidan Erika Mardiana bersama dua orang petugas polisi berhasil sampai ke lokasi tempatku jatuh. Sampai magrib itu berarti sudah 9 jam aku terbaring disana tanpa makan tanpa minum. Ketika itu belum banyak juga yang bisa bisa mereka lakukan karena keterbatasan alat. Bapak-bapak itu menelpon atasannya memberi laporan kemudian membuat perapian lalu bidan Erika Mardiana memeriksa luka-luka dan menyelimutiku dengan kain sarung kemudian memberi motivasi untuk membuang fikiran-fikiran negarif, rileks dan istirahat saja.Tidak lama kemudian datang pula kepala Jorong Koto Gadang Agustar, salah seorang niniak-mamak Sopan Tanah Pondri Noza Datuak Sutan Nan Panjang, Halim dan beberapa orang lainnya membawa kain sarung, nasi, minuman dan tas berisi obat-obatan. Kita semua makan minum, Bidan Erika Mardiana menyuapiku makan dan memberi obat. Setelah itu aku bertayammum lalu menunaikan shalat magrib berbaring. Kali ini aku tidak pipis, padahal memang sudah kebelet, ditahan aja, aku malu di sini banyak orang, he hehe h e.

Bersambung ke:

KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUH DI BUKIK POSUAK MAEK BAGIAN IV#36Ditulis oleh: Fitra Yadi, S.PdIDi SarilamakSenin, 09 Februari 2020 M - 14 Rajab 1441 H

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post