Fitra Yadi

Nama Saya Fitra Yadi Malin Parmato, biasa dipanggil Malin. Sekarang mengajar di Pondok Pesantren Ma'arif As-Saadiyah Batu Nan Limo Koto Tangah Simalanggang keca...

Selengkapnya
Navigasi Web
MEMBACA CATATAN HARIAN SEORANG SANTRI 6 TAHUN YANG LALU
Photo - Sumber: https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/36543/sumbar-sabet-6-piala.html

MEMBACA CATATAN HARIAN SEORANG SANTRI 6 TAHUN YANG LALU

Ini adalah catatan seorang santri yang menaruh hati dengan santriwati di pesantren tetangganya, awalnya catatan ini berbentuk pesan-pesan pendek, namun kemudian saya rangkai menjadi sebuah cerita. Nama dari tokoh ceritanya sudah disamarkan untuk menjaga privasi masing-masingnya. Coba kita ikuti kesan-kesan yang dicatatnya.Hari Pertama

Pertemuan yang tidak direncanakan, kemudian berlanjut merajut rindu. Bermula ketika Rangga mengikuti perlombaan Musabaqah Syarhil Qur'an (MSQ) dalam rangka Milad ke-86 Pondok Pesantren MTI Canduang, Agam, Sumatera Barat.Pondok Pesantren MTI Canduang tidak begitu jauh dari Kampus tempat Rangga menimba ilmu Agama. Hanya berjarak 2,5 Km saja arah Utara (Gunung Merapi). Ketika itu ia sedang duduk di bangku kelas VI Pondok Pesantren MMUS V Suku Canduang, AgamKira-kira akhir April 2014 yang lalu Rangga bersama rekan-rekannya mengikuti beberapa perlombaan yang diselenggaran Organisasi Santri MTI Canduang.Ketika itu Rangga sudah berada di Auditorium lantai 2 Popnpes MTI Canduang tempat perlombaan MSQ dilaksanakan. terdengar pengumuman dari panitia supaya seluruh peserta utusan masing-masing pesantren menyerahkan catatan yang berisi judul dan ayat pendukung syarahan. Mewakili kelompoknya Rangga maju ke depan.Dengan senyum mengambang Rangga menyerahkan catatannya kepada Siti Nur Jannah. Ia adalah teman Rangga sewaktu di TK dulu. Di belakang meja MC Siti Nur Jannah duduk melayani peserta berdua dengan Aini rekannya."Rangga ikut pula?" sapa Siti Nur Jannah menerima catatannya." Iya Nur" Jawab Rangga melempar senyum khasnya kepada mereka berdua."Rangga sebagai apa?". "Sebagai pensyarah Nur" jawab Rangga mantap terpengaruh suasana diperhatikan Aini teman Siti Nur Jannah.Aini merasa mengenali Rangga, ia ingat pernah melihatnya bersepedamotor di Simpang Canduang. Tetapi waktu itu Rangga tidak melihat kepada Aini."Pasti nanti juara" kata Siti Nur Jannah menyemangati. Ainipun ikut tersenyum menyemangati. Rangga juga senyum-senyum sendiri jadinya.Namanya Aini Melfia, ia dipanggil Aini. Rangga dan Aini belum saling kenal, mereka baru bertemu di ruangan itu. Rangga kelihatan senang melihat Aini, ia cantik, jilbaber dan nampaknya santri cerdas dan baik budinya. Sebaliknya Aini juga suka dengan Rangga, ia gagah, terlihat Shaleh dan lucu.Lebih daripada harapan Rangga yang hanya sekedar ingin melempar pandang kepada Aini, ternyata pucuk di cinta ulampun tiba, Ainipun menyapa Rangga. "Haaa Rangga ikut lagi ya?" Tegur Aini singkat, sepertinya ia tahu kalau tadi Rangga juga ikut perlombaan di cabang Kaligrafi di lokal sebelah. "Hehe e Iya, ikut lagi" jawab Rangga lugu.Beribu rasa menghampiri Rangga ketika ia kembali duduk ke belakang bergabung bersama kelompoknya. Entah mengapa sekarang dadanya jadi deg-degan, jantungnya bergemuruh seperti ombak, hatinya berdesir bak angin danau. Entah kenapa, entah lah. Bisa jadi karena akan mengikuti lomba atau gerogi mau tampil di hadapan ratusan santri atau karena tadi bertegur sapa dengan Aini Melfia? huuuuuuuuuf..... oh Aini.... sungguh rumit menerjemahkannya.Dari jauh Rangga memperhatikan mereka berdua di belakang meja MC. Sepertinya Siti Nur Jannah bercerita sesuatu tentang Rangga kepada Aini. Nampak dari lirikan matanya sesekali membidik jantung Rangga. Namun sampai saat itu Rangga belum tahu juga siapa nama gadis itu, di mana kampungnya dan kelas berapa ia sekarang. Hari KeduaSebagai ketua OSIS di pesantrennya, pada hari ke-2 perlombaan Rangga datang lagi ke Kampus MTI Canduang mendaftarkan peserta baru untuk mengikuti cabang lomba yang lain. Ketika itu Rangga bertemu lagi dengan Aini di tempat registrasi peserta. Mereka hanya melempar pandang dan senyum-senyum saja. Lama setelah itu mereka tidak bertemu lagi.Matahari berputar di porosnya, planet berkitar mengelilinginya. Beberapa kali purnama berlalu, musim berjalan sebagaimana wajarnya. Kadang panas, cerah, kadang dingin dibasahi hujan. Entah sudah lupa, mungkin juga tidak teringat lagi, perihal pertemuan itu pun berlalu begitu saja.MTQ di MalalakSesampainya kafilah MTQ utusan kecamatan Canduang di Malalak awal November 2014 lalu, masing-masing peserta ditempatkan di peristirahatan, laki-laki dan perempuan dipisahkan. Ketika itu Rangga telat datang sehingga ia tidak bisa mengikuti pembukaan MTQ di hari pertama karena ia juga ikut MTQ di Pesisir Selatan. Perjalanan jauh yang berjam-jam ditempuh dari Pesisir Selatan menuju Malalak sungguh benar-benar terasa menguras tenaga. Sesampai di Malalakpun Rangga sudah ditunggu 1001 masalah. Lewat pukul 00.00 Wib. tengah malam Tangga baru bisa tidur, tentunya dalam keadaan fisik yang sangat lelah.Pada hari ke-2 Musabaqah, semua peserta tampil, demikian juga dengan Rangga. Hari itu ia tampil dengan badan pegal-pegal dan mata sedikit ngantuk karena malam sebelumnya ia telat tidur. Hari itu Rangga juga menyempatkan diri jalan-jalan bersilaturrahmi ke pemondokan perempuan. Di sana Rangga pun bertemu Aini, seperti biasa hanya melempar pandang dan senyum-senyum sendiri saja tanpa satu patah kata pun.Di arena musabaqah, semua kafilah berkonsentrasi di cabang masing-masing. Cabang Khat yang diikuti Rangga disediakan waktu selama 8 jam. Mulai dari pulul 8 pagi dan berakhir pada pukul 16.00 Wib. sore. Teman-teman beserta offisial kafilah Canduang datang mengunjungi Rangga. Diantaranya Panji Setiawan, ibu Ramainas, Ibu Linda dan istimewanya ketika itu Aini juga ikut bersama mereka. Ketika itu Aini memakai baju berwarna merah Anggun seragam kafilah kecamatan Canduang.Oh Aini ... sekarang engkau nampak begitu indah, kedatanganmu menambah energi menang bagiku, semoga saja aku juara satu dan juga dapat memenangkan hatimu . Oh Aini... Engkau begitu anggun laksana indahnya bunga Momiji yang memerah sepanjang musim gugur di negeri Sakura, sejuk dan nyaman di hatiku. Rangga bersinandung-sinandung dalam hati menguas kanvas dengan hati menggambar khat menjadi cinta. Pujian dan supor mengalir dari rekan-rekan sesama kafilah yang ikut lomba, tidak terkecuali dari Aini, ia juga mensupport Rangga. Iapun tersuntik semangat untuk makin berkarya. Waktu habis, semua orang berpencar melihat karya-karya Khat semua peserta Musabaqah.

Kafilahpun PulangOffisial mencek masing-masing kafilah, dari rombongan mereka hanya Aini saja yang belum masuk ke dalam Bus jemputan. Beberapa orang kafilah mencari-cari Aini termasuk Rangga. Rangga ingat, Aini tadi berada di arena Kaligrafi, dengan secepat kilat Rangga mengejarnya ke sana. Rupanya memang benar, Aini ada di ruangan itu sedang mengobrol dengan beberapa orang kafilah dari kabupaten lainnya.

"Aini... ayo pulang! Rombongan sudah menunggu" panggil Rangga syahdu. Bagai Rama memanggil Shinta, Ainipun berlari menuju Rangga berjalan bersama menuju rombongan Kafilah.#30Ditulis oleh: Fitra Yadi, S.PdIDi SarilamakSelasa, 03 Februari 2020 H - 08 Rajab

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post