Fitra Yadi

Nama Saya Fitra Yadi Malin Parmato, biasa dipanggil Malin. Sekarang mengajar di Pondok Pesantren Ma'arif As-Saadiyah Batu Nan Limo Koto Tangah Simalanggang keca...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENGHARUKAN, BEGINILAH RASANYA FANS BERTEMU IDOLA
Fitra Yadi ilustrasi P Ramlee

MENGHARUKAN, BEGINILAH RASANYA FANS BERTEMU IDOLA

Ini cerita berkesan sekali bagi ku, bagaimana rasanya fans bertemu dengan idolanya seumpama seorang bertemu dengan selebriti pujaan hatinya. Aku pernah pula merasakan hal ini, bertemu dengan seorang tokoh yang sudah lama aku kagumi, rasanya bengkak di tenggorokan, mata sembab diliputi haru, hati senang gembira walau air mata susah membendungnya.Cerita berikut sama seperti itu, dengan seksama aku menonton sebuah video di youtube kemudian aku tulis skripnya, tanpa terasa aku juga meneteskan air mata karena terbawa haru pula, mari simak kisahnya.Sejak Osman tinggal di rumahnya, semangat Combi kembali menyala. Lama ia berduka karena ditinggal wafat suami tercinta. Mereka adalah pasangan muda yang baru menikah, suami Combi wafat dikala melaksanakan tugas sebagai polisi abdi negara.Beberapa hari yang lalu ada seorang anak muda malang bermata buta tersasar ke rumah Combi. Ibunya begitu kasihan kepada anak muda itu."Siapa namamu nak?" t;anya ibu Combi. "Nama saya Osman ibu, mata saya buta karena selalu menangisi kematian almarhumah istri saya. Saya tidak punya keluarga lagi ibu, tidak ada tempat untuk berteduh, hidup sebatang kara di rantau orang, harta habis duitpun tidak ada untuk menyewa rumah, sekarang saya berkelana saja menuruti kemana kaki hendak melangkah." demikian kata Osman lirih kepada ibu Combi.Ibu Combi mengangkat Osman sebagai anaknya, lalu sejak itu Osman tinggal di rumah mereka. Osman mendengar pekikan Combi yang tiba-tiba menangis di kamar sebelah. "Siapa itu ibu? siapa yang menangis, saya sering terkejut mendengarnya" tanya Osman. "Itu adalah anak ibu Osman, sejak ditinggal suaminya, ia jadi berubah akal, pandangannya kosong, hidupnya hampa." terang ibu Combi.Osman minta izin untuk menemui Combi, lalu ibu menuntunnya ke kamar Combi. "Combi.. janganlah terus bersedih, ada seorang malang yang ditinggal mati oleh istrinya, hari-hari ia asyik saja menangis, sampai mantanya buta. Subuh ketika bangun tidur, gelaplah dunia terasa, ia tiada bisa melihat lagi. Itulah bang Osman Combi, Combi tak boleh seperti abang." kata Osman menghiburnya.Nasehat-nasehat itu menyentakkan hati Combi, kesadarannya timbul lagi. Ibu Combi senang sekali melihat perubahan Combi setiap hari, Osman senantiasa memberi Combi kata-kata hikmah menenangkan hati. Makin hari Combi makin ceria, ia makin akrab saja dengan bang Osman, ia adalah tempatnya bercerita, mengadu dan menangis.Siang itu, mentari bersinar dengan cerah, angin berhembus ke beranda rumah, udara begitu sejuk terasa. Combi sangat senang gembira memperhatikan bunga-bunga yang mekar di halaman rumah. Alunan suara tenor sexaphone terdengar menggelora di rumah tetangga mengalunkan lagu terkenal semasa itu yang berjudul "Jeritan Batinku" yang dinyanyikan oleh Kasim Selamat.Combi senang mendengar bunyi sexaphone itu, ia petik setangkai bunga lalu berlari ke dalam rumah menemui bang Osman yang sedang duduk bersandar menyimak-nyimak bunyi suara sexaphone tetangga yang menyelinap masuk lewat tingkap."Abang Osman..." panggil Combi "Oh iya, Combi..." . "Ini apa bang Osman" tanya Combi seraya memberikan setangkai bunga ke tangannya. "haaaa bunga", "bunga apa bang Osman?", "h h h h bunga rose", "h.. betul..". h h h h h"Combi..! Abang Osman ada mendengar suara tenor sexaphone, itu.. siapakah yang mentiupnya Combi.?". "Oh yang itu Bain bang, budak di sebelah rumah" jawab Combi."ya, Bain boleh meniup, tapi ia perlu banyak latihan" komentar Osman. "Iya lah bang Osman, dia angan-angan nak jadi Kasim Selamat" kata Combi. "Oh.. Kasim Selamat" jantung Osman berdetak kencang mendengar nama itu disebut. "Combi.. Combi kenal Kasim Selamat..?" selidik Osman. "Iya, semasa Combi belum sakit dahulu, Combi selalu membukak siaran Radio Singgapura dan Orkes Kasim Selamat menjadi pujaan Combi" terang Combi. "Oh.. iya.." tanggap Osman lirih.. "Combi.. tolang panggil Bain kemari, tolong suruh bawak Sexaphonenya sekali ya!" pinta Osman. "Baiklah bang Osman" jawab Combi segera berlari kecil ke beranda rumah. "Bain... bain...! Marilah sekejap, bawa Sexaphonenya sekali ya.. panggil Combi." Bain segera datang ke rumah Combi."A iya, kak Combi panggil Cek..?" tanya Bain. "Tidak.. abang Osman tu nak tanya pasal Sexaphone." terang Combi. Bain memandang heran kepada bang Osman, dia heran orang buta yang baru beberapa hari diangkat menjadi anak oleh ibu Combi ini begitu perhatian pasal Sexaphone.

"Bain sudah berapa lama main Sexaphone?" tanya Osman. "E.. sudah satu tahun abang" jawab Bain. "Minta Sexaphonenya Bain..!" pinta Osman. Lalu Osman bangkit berdiri, Bainpun mengalungkan tali Sexaphone itu ke leher Osman."Abang Osmanpun dah lama tidak main Sexaphone, bolehkan tidak, belum tahu lagi." kata Osman. Bain semakin heran, ia pindah duduk ke kursi tamu memperhatikan Osman. Dengan mantap Osman meniup Sexaphone itu mengalunkan lagu yang dinyanyikan Bain tadi, judulnya "Jeritan Batinku".

Dengar oh jeritan batinkuMemekik mekik memanggil manggilNamamu selaluSehari rasa sebulan hatiku tiada tertahanKu pandang kiri ku pandang kananDi kau tiada risauBatinku menangis risauMakin kau jauhMakin hatiku bertambah kacauMengapa kita berpisah tak sanggup menahan asmaraOh dengarlah jeritan batinkuRisau… Dada Combi bergetar hebat, seakan penyanyi Pujaan hatinya Kasim Selamat sedang berada di hadapan mata. Bain menganga makin takjub saja, matanya berkedip-kedip memperhatikan Osman, "siapakah abang ini sebenarnya, ia pandai sekali memainkan Sexaphone seperti ido saya Kasim Selamat" mungkin itu bisik hati Bain.Osman sangat menjiwai sekali lagu itu seakan menyanyikan jeritan hatinya, tak obahnya ia memang seperti Kasim Selamat dari tanah Singgapura.Mendengar suara lagu Sexaphone itu, Ibu Combi berlari ke ruang depan menyaksikan kebenaran apa yang didengarnya, Osman seperti Kasim Selamat saja, begitu mahirnya ia memetik-metik key kunci tangga nada. Bola mata ibu Combi melebar memperhatikan Osman dibalik kain pintu.Combi dan Baim beringsut duduk ke lantai lebih dekat lagi menghampiri Osman lalu ia berbisik "Kak Combi, Kak Combi..." panggil Bain tetap menatap Sexaphone. Combi tersadar agak enggan mengalihkan pandang. "Macam Kasim Selamat ya" kata Bain takjub, "Iya" kat Combi melengong sesaat memandang Bain.Sebuah mobil (kereta) masuk ke halaman rumah Combi, mamak combi turun mobil dengan tertegun demi mendengar suara Sexaphone dimainkan orang di atas rumah kemenakannya. Ia bergegas naik ke beranda rumah disambut adiknya ibu Combi."Eh, bila bang Din sampai." tanya ibu Combi. "Baru sasa'at ini sampai" jawabnya tetap menfokuskan telinga ke tiupan Sexaphone di atas rumah. "Siapa yang meniup Sexaphone?" tanya mak Din. "Itu anak angkat cek yang baru" jawab ibu Combi. "Anak angkat?" katanya lagi. "iya, namanya Osman, Kesian matanya buta" terang ibu Combi. "Buta..?" komentar Mak Din bergegas masuk ke dalam rumah.Mata Mak Din terbelalak, ia terkejut bukan mainnya, "Aa ya ini Kasim Selamat" katanya kepada ibu Combi. "Kasim selamat?" tanggap ibu Combi menarik nafas tercengang. Mata mak Din berbinar-binar memperhatikannya, seakan nampak jalan untuk meraup keuntungan. Senyum khasnya keluar sambil menggigit-gigit jari telunjuknya.Seisi rumah bertepun tangan memberi A Plus ketika Osman menutup Sexaphonenya. Mak Din memegang bahu Osman seraya berkata. "Kasim Selamat, apa cek tukar nama, nama Kasim selamat itu kan bagus?" katanya.Osman terkejut, hidungnya bergerak naik" tuan ini siapa?" katanya marah. "Nama mamak Mahyudin Jailani OQ Cindramata Review." jawabnya. "maafkan, saya sebenarnya sudah benci dengan nama Kasim selamat. Disebabkan nama itulah istri saya meninggal dunia. Dan disebabkan nama itu juga, mata saya menjadi buta." isak Osman.Bain dan Combi terisak pula, "abang Kasim" kata Combi memeluk lengannya. Combi dan Bain meneteskan air mata, haru bercampur gembira bertemu dengan orang yang diidolakannya. Kerongkongan Bain nampak naik turun menelan air ludah, matanya sembab berubah merah menahan air mata."Kasim Selamat... mamak ada satu cadangan, mau tak bersama-sama mamak kita pusing seluruh tanah Melayu dengar Review, mamak dah gerenti tu bagus" harap Mak Din."Pergilah bang Kasim" bujuk Combi. "kalau abang Kasim pergi, betapa hal pulak Combi" khawatir Osman. "tak Apa, Combi akan tunggu di sini, sehingga abang Kasim pulang" harap Combi. "Baiklah mamak Mahyudin saya terima tawaran mamak, tetapi dengan satu syarat" kata Osman. "Syarat apa Cek?" tanggap Mak Din. "Saya mau nama saya ditukar ganti, ditukarkan pada Osman, ya Osman Jailani" katanya. "jangankan nak tukar nama, Cek nak tukar apa pun nak mamak bagi, asal cek mau pigi saja" katawanya riang gembira.

Yuk tonton videonya di sini

https://www.youtube.com/watch?v=u-X6j0dEo9w#44Ditulis oleh: Fitra Yadi, S.PdIDi SarilamakSabtu, 17 Februari 2020 M - 22 Rajab 1441 H

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post