FITRIA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Berlomba Menjadi yang Terbaik part 2 (Tantangan 16)

Berlomba Menjadi yang Terbaik part 2 (Tantangan 16)

“Teng…teng…teng…teng…mohon perhatian, seluruh jam pelajaran telah selesai, sampai jumpa besok pagi dengan semangat belajar baru, teng…teng…teng…teng….”suara bel terdengar menggema ke seluruh sudut sekolah. Bel ini sengaja dibuat dengan aplikasi oleh Pak hamid guru Bahasa Indonesia yang sangat lihai menggunakan komputer.

Satu persatu siswa bubar dari kelasnya. Dengan segera Nayla dan Anita mengemasi peralatannya. Tas yang bergambar hello kitty berwarna pink segera di sandang. “Ayo Nit, lebih cepat lagi. Kita harus segera menemui uni Murni, nanti ditinggal lagi,” Nayla tak sabar ingin melanjutkan pertempuran hari ini.

Dilayangkan pandangan ke gerbang sekolah. Biasanya Uni Murni sudah menunggu di sana. Sudah hampir setengan jam mereka menunggu, tapi kali ini tak kelihatan batang hidungnya. “Aneh, kemana Uni Murni? Mungkin masih di kelas? Atau ada apa gerangan?” Mereka selalu mencari tahu keberadaan Uni Murni. Sekolah Uni Murni berada di sebelah SMP mereka. Jadi biasanya mereka bisa pergi dan pulang bersamaan.

“Bagaimana kalau kita susul ke depan gerbang sekolahnya saja?” kata Anita. “

“Ayo, jangan-jangan ada masalah dengan Uni Murni.” wajah cemas mulai terlihat di wajah mereka berdua.

Baru saja mereka sampai di gerbang SMA Uni Murni sudah terlihat bergegas keluar dari sekolahnya. Ternyata Uni Murni tidak sendiri. Ada seseorang siswa laki-laki bersamanya.

“ Chie…chie…Uni Murni sudah punya pacar nih,” mereka menggoda Uni Murni bersahut-sahutan.

“Eih…jangan salah. Kenalkan ini Kak Muzammil.  Kak Muzamil selalu ikut lomba olimpiade Matematika utusan dari sekolah kami. Jadi tadi saya meminjam contoh soal-soal olimpiade pada Kak Muzammil. Katanya hari ini kalian berlomba lagi.” jawab Uni Murni.

“ Oh...begitu. Maaf Kak Muzammil kami hanya bercanda.” kata Anita dan Nayla sambil mengulurkan tangan.

“ Tidak masalah. Mari, saya duluan.” kata Kak Muzammil sambil tersenyum dan berlalu meninggalkan mereka.

“ Makanya jangan menilai sesuatu yang belum pasti. Apa lagi menduga-duga”.

“ Iya maaf kak, tapi kakak suka kan?”

“ Tuh kan mulai lagi,” Uni Murni mengejar Anita dan Nayla yang sudah lari duluan. Mereka selalu gembira. Jarang sekali terjadi pertengkaran antara mereka. Canda seperti inilah yang selalu menghiasi hari-hari mereka. Menelusuri perjalanan dua kilo meter yang mereka tempuh setiap harinya tak dirasakan.

“ Sampai jumpa nanti sore ba’da Ashar,” teriak Uni Murni setelah sampai di depan rumah Nayla.

“Iya Uni, on time ya,” jawab Anita sambil berlalu.

“ Assalamu’alaikum.” sapa Nayla pada ibu yang terlihat sibuk mengemas keripik singkong yang sudah kering dijemur kemarin.

“Wa’alaikum salam, Nak.

Nayla menyalami ibu dan masuk ke kamar ayahnya.

“Assalamu’alaikum, Ayah.” sapa Nayla seraya mengambil tangan ayah dan menyalaminya.

“Alaikum salam. Sudah pulang sekolah, Nak” tanya ayah

“ Sudah, Yah. Ayah sudah makan?”

“Sudah, tadi disuapi ibu.” jawab ayah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post