Berlomba Menjadi yang Terbaik

Payakumbuh musim kemarau.

Seorang gadis yang beranjak remaja tertegun melihat keadaan ayahnya yang semakin kurus. Gadis remaja yang bernama Nayla itu sesekali mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Sejenak terlihat ibunya yang sibuk mempersiapkan jemuran keripik singkong di halaman. Berharap nanti siang panas terik agar keripik singkong ini cepat kering. Sesekali ibunya mengusap keringat di kepalanya dengan punggung tangannya.

Terlahir dari keluarga yang sangat sederhana harus diterima. Ayahnya sudah empat tahun terakhir tak bisa mencari nafkah lagi karena menderita penyakit radang paru-paru. Sampai saat ini belum bisa disembuhkan karena keterbatasan biaya pengobatan. Hari-harinya hanya berbaring di tempat tidurnya.

Ibu satu-satunya harapan untuk menjadi tulang punggung keluarga. Membuat kripik singkong di rumahnya dan menjualnya pada pedagang di pasar tradisional dekat rumahnya.

“Kamu harus rajin belajar, Nak. Ibu ingin dirimu kelak hidup lebih baik dan sukses.” kata ibu di suatu pagi sambil merapikan jilbab yang dikenakan Naila. Jilbab warna putih ini kelihatan sudah mulai memudar.

“Ya bu,” jawab Nayla singkat. Ia mencium tangan ibunya dan ayahnya.

“Nayla pamit Bu, Yah.”

Di pertigaan depan rumahnya sudah menunggu Anita dan Uni Murni. Mereka berpakaian seragam lengkap berwarna putih biru, sepatu hitam dan tas yang disandang di bahunya. Mereka memang tiga sahabat yang selalu bersama meskipun uni Murni dua tahun lebih tua usianya.

“ Hari ini saya pasti menang.” kata Anita sambil berjalan berjingkrak-jingkrak. Sesekali tasnya terayun-ayun karena langkahnya semakin dipercepat.

“ Eits...jangan salah. Saya sudah siapkan amunisi untuk menangkis lawan. Hari ini saya yang memegang kendali. Saya sang juara…,” Nayla berlari lebih jauh ke depan.

Uni Murni hanya tersenyum melihat tingkah keduanya,” Saya nantinya yang akan menentukan siapa yang berhak menyandang gelar juara. Sepulang sekolah nanti kalian tunggu saya di tempat biasa. Saya akan berikan tantangan yang akan kalian jawab.”

Lorong-lorong kecil itu mereka lalui setiap hari menuju sekolah. Tak peduli cuaca terik yang lima bulan ini tak pernah berhenti.

“Assalamualaikum, Pak.” Nayla menyalami Pak Yazid yang sudah menunggu di gerbang sekolah. “Alaikumsalam, Naila.” jawab wali kelasnya ini terkenal ramah dan selalu mengajarkan karakter pada anak didiknya. Anita menyusul dan masuk ke kelasnya bersama anak-anak yang lain.

“ Kalian harus berlomba menjadi yang terbaik. Tidak hanya dalam bidang akademik, tapi juga dalam hal agama, sebab ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh. Karenanya Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Bapak ingin kalian berlomba, tapi sahabat tetap saling mendukung, saling memotivasi, dan saling menyayangi.” Pak Yazid mengakhiri nasihatnya hari ini. Nayla dan Anita saling berpandangan. Mereka memang sahabat yang berprestasi. Rangkingnya dari awal sekolah dulu saling berkejaran. Suatu kali Anita yang juara kelas. Di semester berikutnya bisa berganti Nayla yang menjadi juara. Begitula selalu,tapi persahabatan mereka selalu langgeng, selalu penuh tawa canda.

Bersambung.......

Payakumbuh, 23 Juli 2020