Tahun Pelajaran 2020/ 2021 akhirnya datang juga. Setiap jenjang pendidikan telah mempersiapkan program pembelajarannya di era pandemi ini. Semuanya berubah. Pembelajaran yang biasanya dilaksanakan tatap muka terpaksa dilaksanakan secara daring dan luring.

Seiring berjalannya waktu mulai dirasakan gejolak di kalangan guru, siswa dan wali murid. Ternyata pembelajaran daring yang diinstruksikan oleh pemerintah menimbulkan berbagai polemik. Banyak persoalan yang terjadi di tengah masyarakat.

Andes seorang siswa kelas V Sekolah Dasar. Sekolahnya berada di perkotaan yang tentunya masalah jaringan internet tidak diragukan lagi. Dia juga punya Hanphond Android karena keluarganya cukup mampu untuk itu. Di rumah wifi tersedia sehingga tidak ada kendala untuk mengikuti pembelajaran daring. Lagi pula ibunya punya banyak waktu untuk mendapinginya karena beliau mengabdikan dirinya untuk keluarganya sebagai ibu rumah tangga. Berbagai aplikasi pembelajaran daring seperti gogle class room, zoom, dan sebagainya sudah dikuasainya.

Beni tetangganya punya juga Handpond android meskipun hanya milik ibunya. Tapi ia tetap bisa menggunakannya. Terkadang adiknya Celsi juga menggunakannya. Ayah ibunya bekerja sebagai pegawai di sebuah kantor dan tak mungkin Beni akan bisa didampingi orang tua sewaktu belajar. Ia bisa mengikuti pelajaran sewaktu orang tuanya sudah pulang.

Kesulitan pembelajaran dirasakan juga oleh Dian. Dia yang biasanya juara kelas ini merasakan saat sekarang mulai terdampak. Keluarganya yang sederhana hanya mampu mencukupi kebutuhan pokoknya sehari-hari. Apalagi musim pandemi ini keluarganya juga ikut terdampak karena usahanya sebagai pedagang asongan juga sepi pembeli. Hanpond android memang mereka punya, namun untuk pembelian paket internet tidak selalu bisa dipenuhinya.

Saudara Dian di desa berasal dari keluarga petani. Mereka mampu mengolah lahannya yang luas sehingga hidupnya lebih sejahtera. Anaknya bernama Elsa sudah diberikan Hanpond android semenjak dia Taman Kanak-Kanak. Hanya saja Elsa kesulitan dalam hal jaringan. Untuk menggunakan internet Elsa dan keluarganya harus berjalan dulu ke luar desanya sejauh tujuh kilometer demi mendapatkan jaringan internet.

Nasib miris dialami oleh Fani. Keluarganya sama sekali tidak mempunyai Hanpon android karena memang tidak mampu membelinya apalagi untuk membeli paket internet ataupun wife. Sudah pasti dia akan tersiksa dengan keadaan ini.

Bagaimana jika keadaan di atas dialami oleh siswa di suatu sekolah. Tentunya tantangan tersendiri bagi pihak sekolah untuk menyikapinya. Keadaan siswa memang beragam. Di situlah ditantang kepiawaian pihak sekolah memenej proses pembelajaran agar tidak menjadi kendala yang berkepanjangan. Sementara proses pembelajaran harus tetap dilaksanakan demi memberikan pelayanan untuk keberlangsungan kualitas pendidikan semua siswa.

Pada awal pembelajaran guru bisa menganalisis siswa berdasarkan keadaannya ini. Guru harus mampu menggali data berapa orang siswa yang punya Hanpond android, yang mampu membeli paket data internet, mampu mengoperasikannya. Siapa saja yang tidak berada di wilayah yang tanpa jaringan internet, dan siapa saja yang tidak punya handpon android sama sekali.

Setelah dianalisa siswa bisa dikelompokkan menurut kebutuhan. Pelayanan disesuaikan dengan kondisi siswa. Bahkan untuk jemput bola sekalipun kenapa tidak. Bukankan setiap langkah kita sudah diniatkan untuk ibadah. Tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Semoga pandemi covid 19 ini cepat berlalu.

Sekolahku, 15 Juli 2020