Fitri Anora

Fitri Anora, S.Pd SDN 14 Muara Panas kec Bukit Sundi Kab Solok Menulis itu mengukir sejarah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Penulis dan Tulisan

Penulis dan Tulisan

Penulis dan Tulisan

Oleh: Fitri Anora

Beragam alasan seseorang menulis. Bermacam pula jenis tulisan yang lahir dari masing-masing penulis. Disadari atau tidak, secara tak langsung tulisan mewakili karakter penulisnya.

Yang suka puisi pasti akan melahirkan puisi-puisi yang bagus. Yang senang memoar tentu akan menuliskan kisah-kisah inspiratifnya. Yang ingin menyumbang idenya pada sekolah, akan menghasilkan tulisan yang bermanfaat bagi dunia pendidikan. Begitu seterusnya untuk tema-tema yang lain.

Ali bin Abi Talib pernah berkata, semua penulis akan meninggal. Hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti. Apa yang ditulis sekarang, tetap bisa dibaca orang meski raga penulisnya telah tiada. Generasi mendatang bisa mengenang penulis lewat tulisannya. Alangkah bahagia seorang penulis bila tulisannya menjadi inspirasi dan bisa menggerakkan orang lain untuk berbuat kebaikan. Tokoh Buya Hamka telah lama tiada. Namun hingga kini, karya bukunya banyak bertebaran. Dibaca dan dinikmati, bahkan jadi bacaan favorit banyak kalangan.

Berbicara soal mengenang penulis lewat tulisan, ada sebuah nama yang teringat. Sekitar tahun 2019, saya mengenal seorang penulis. Namanya Dian Kelana. Kami bertemu pada sebuah acara pelatihan menulis. Beliau kelahiran Agam, Bukittinggi. Sebenarnya nama asli beliau adalah Nadzif Hasjmi Maksum SP, namun lebih dikenal dengan sebutan Dian Kelana. Beliau tinggal di Jakarta bersama istri yang juga asal Sumatera Barat.

Dalam pelatihan itu, Pak Dian memberi sebuah pertanyaan kuis. Peserta pelatihan diminta menjawab di akun fb beliau. Sepuluh orang yang tercepat menjawab akan diberi hadiah buku karya Pak Dian. Saya termasuk yang beruntung waktu itu, tercatat di antara sepuluh orang yang mendapat buku Pak Dian Kelana berjudul "Seorang Balita di tengah pergolakan PRRI." Buku itu dikirimkan ke alamat peserta yang menang kuis, beberapa waktu usai pelatihan.

Saya sangat suka hadiah itu. Buku yang berkisah tentang Dian Kelana kecil yang hidup di masa pergolakan PRRI. Membaca buku itu membuat saya terbayang apa yang dialami tokoh di buku itu.

Perkenalan kami tetap berlanjut meski Pak Dian kembali ke Jakarta. Selanjutnya saya menghadiahi Pak Dian buku karya saya berjudul "Bakti Berselimut Rindu". Sebuah memoar saya saat bertugas di provinsi Jambi selama tujuh tahun. Pak Dian pandai sekali menyenangkan hati penulis pemula seperti saya. Beliau memposting testimoninya membaca buku saya, di akun fbnya. Beberapa bulan kemudian saya membaca buku karya Pak Dian lagi. Buku yang berjudul "Berkelana di Ranah Minang" ini saya peroleh dengan cara membeli pada beliau. Buku ini berkisah tentang perjalanan Pak Dian yang menempuh banyak daerah di Sumbar. Setiap daerah yang dilalui dan disinggahi, diceritakan dengan begitu menarik.

Saya tak menyangka, di pengujung tahun 2020 saya mendapat kabar yang sangat mengejutkan. Pak Dian Kelana meninggal karena sakit. Padahal dua hari sebelum beliau berpulang, kami masih kontak lewat chat WA. Memang beliau mengaku sedang sakit. Saya mendoakan beliau cepat sembuh, tapi ternyata Allah memanggil Pak Dian. Saya bersedih. Saya merasa kehilangan. Buku beliau yang baru saya beli itu, saya terima lima belas hari sebelum mendengar kabar beliau meninggal.

Perjalanan hidup beliau sangat bersahaja. Dari kecil hidup berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain. Pernah tinggal di panti asuhan, sekolah di PGAN, bekerja sebagai penjual koran keliling, menjadi redaksi dan TU harian Haluan, pernah jadi kenek angkot, membuka usaha tukang buat stempel, bekerja di perusahaan reklame terbesar di kota Padang. Tahun 1978 beliau pindah ke Jakarta. Membuka bengkel elektronik, jadi wartawan freelance, membuka usaha foto studio, menjadi fotografer yang pernah dikontrak Stanvac (sebuah perusahaan pengeboran minyak asing berlokasi di Sumatera).

Saat ini Pak Dian Kelana sudah tiada. Beliau sudah pergi jauh. Tapi buku beliau masih bisa dibaca banyak orang. Tulisannya bisa saja menjadi inspirasi dan motivasi bagi pembacanya. Itu adalah kebaikan, yang berganjar pahala. Semoga beliau tenang di alam sana, bahagia dengan aliran pahala dari tulisan inspiratif yang pernah ditorehkan. Saya menjadi saksi, Pak Dian Kelana orang baik. Alfatihah untuk beliau. ***

Muara Panas, 10 Desember 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salut sama Bu Fit

10 Dec
Balas

Awak salut lo samo Ira

10 Dec

Keren bunda ulasannya

12 Dec
Balas

Makasih

12 Dec



search

New Post