#TMG_1#IbuKS-poenyacerita

Pada tahun 2023, dimulai proses transisi PMO level sekolah dari Fasilitator Sekolah Penggerak ke kepala sekolah. Berdasarkan hal tersebut, saya bersama para guru menyusun strategi untuk menyepakati jadwal pelaksanaan PMO level sekolah, baik pra PMO, pelaksanaannya, hingga pasca PMO.

PMO level sekolah berproses melalui empat tahap yaitu refleksi pembelajaran berbasis peserta didik sehingga di awal pertemuan sekolah hanya fokus pada sejumlah permasalahan. Kedua sekolah menyepakati akar masalah yang dianggap prioritas untuk diselesaikan di akhir diskusi. Ketiga sekolah menyepakati solusi bersama terkait topik yang akan diimplementasikan. Diakhiri dengan sekolah melakukan implementasi secara mandiri.

Bukan hanya melakukan refleksi dari hasil PMO level sekolah, lebih dari itu, terdapat empat topik dan beberapa subtopik yang semestinya dibedah bersama. Itupun sesuai dengan urgensi dan kebutuhan sekolah yang lebih diprioritaskan. Terdapat topik tentang manajemen dan pengembangan sekolah, implementasi pembelajaran di kelas, iklim keamanan dan inklusivitas, serta peningkatan kapasitas guru.

Ada yang unik dengan PMO kali ini. Kepala sekolah dan guru berdiskusi terkait hasil belajar peserta didik dengan menggunakan berbagai data. Sumber data yang bisa digunakan misalnya hasil asesmen peserta didik, hasil penilaian pembelajaran, rapor pendidikan dan data lain yang relevan. Kepala sekolah dan guru menentukan tujuan dan target sekolah yang dikaitkan dengan peningkatan hasil pembelajaran peserta didik.

Bagi saya selaku fasilitator di kegiatan PMO kali ini, ada beberapa pertanyaan pemantik untuk merefleksikan pembelajaran berbasis peserta didik. Diantaranya yaitu mendiskusikan tentang bagaimana karakteristik sekolah, termasuk peserta didik, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan sosial budayanya. Begitupula tentang apa yang kami harapkan peserta didik pelajari di sekolah. Pun demikian membedah visi, misi, dan tujuan, apakah sudah sesuai dengan karakteristik sekolah.

Diskusi semakin hangat manakala saya membagi guru-guru ke dalam tiga kelompok. Menugaskan mereka untuk menemukan akar masalah yang akan diintervensi. Begitupula melihat semua sumber data yang dimiliki dan melakukan pengamatan terhadap perilaku peserta didik. Diakhiri dengan memilih masalah yang dianggap prioritas bagi sekolah.

Mencari hal yang menghambat peserta didik belajar di sekolah. Menemukan hal yang menghambat visi, misi, dan tujuan sekolah. Pun demikian dengan mencari akar masalah yang terlihat di rapor pendidikan. Diakhiri dengan menyepakati solusi bersama. Dalam menentukan prioritas solusi, kami perlu mempertimbangkan solusi dari topik tersebut, apakah sangat penting untuk dilakukan dalam waktu dekat. Kemudian apakah langkah tersebut dapat dilakukan oleh kami dalam kurun waktu 6 bulan ke depan. Begitupula kami hendaknya mempertimbangkan ketersediaan SDM, anggaran, dan hal lain yang relevan.

Keseruan semakin membuncah manakala setiap kelompok menyuguhkan yel-yel dan jargon masing-masing sebelum mempresentasikan hasil diskusinya. Di waktu ‘rawan’ dan tenaga sisa selepas ngajar, mereka tetap enerjik dan memberikan warna yang membahana. Gelak tawa tercipta, saling mengisi dan memberikan masukan satu sama lain. Paling ditunggu adalah manakala kami bisa mengikat iklim hangat ini dengan makan bersama.

Betapa perjalanaN PMO perdana di level sekolah ini memberikan rencana hebat bagi kami ke depan untuk menyusun PMO dengan lebih variatif dan tentunya untuk mendukung ketercapaian tujuan dan target sekolah kami Besar harapan kami, PMO menambah semangat dan jiwa juang resiliensi apapun yang kami hadapi. Tantangan menjadi peluang, hambatan menjadi jembatan bagi kami untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri. Izinkan kami mengabdi untuk negeri dengan cara kami.

Cianjur, 23 Agustus 2023