Termotivasi dari sebuah status seorang teman di FB, mulai kubaca dan kupahami kata demi kata yang dirangkainya. Dia menuliskan perjuangan selama 6 tahun menikah dengan 5 kali kehamilan dan dikaruniai dua anak. Anak pertama meninggal setelah dilahirkan dan anak kedua sekarang sudah berumur satu tahun. Wow.. Hebat sekali, begitu hebat cara Allah mencintanya, dia dan suaminya.

Betapa banyak kata-kata miris, dan cemooh yang diterimanya. Namun tak sedikit yang memberi nasehat serta pembelajaran berharga sehingga ia bisa berjuang sampai janji Allah itu tiba. Begitu indah cara Allah mencintanya, ia dan suaminya berjuang dan berdoa disetiap akhir sholat mereka agar dikaruniai seorang anak.

Ketika anak pertamanya lahir, kebahagian menyelimuti keluarga mereka. Mereka begitu bahagia sekali menyambut kelahiran seorang putra yang dinanti sekian lama. Namun, belum sempat mereka merasakan lembutnya kulit sang bayi, si kecil sudah dipanggil yang kuasa. Si ibu hanya sempat mengandung selama lebih kurang sembilan bulan. Merasakan nikmatnya tendangan mungil si bayi dalam kandungan.

Mereka sedih, nelangsa. Cobaan apalagi ya Allah pikir mereka, apa salah dan dosa kami. Kenapa kau belum percayakan amanah itu ke kami. Tapi mereka tidak mau berlarut dalam sedih. Mereka move on. Akhirnya mereka program lagi. Konsultasi lagi dan setelah tiga bulan dinyatakan bahwa si istri ketika hamil positif tokso dan rubellla. Takdir Allah tak bisa dirubah. Insyaaalh mereka ikhlas. Dan perjuangan barupun dimulai kembali.

Meraka pun konsultasi ke dokter lagi dan sebulan setelah program alhamdulillah dinyatakan positif. Selama sembilan bulan mengkonsumsi 6 sampai 7 butir pil sehari. Luar biasa perjuangan ibu ini. Merekapun tak henti hentinya berdoa untuk kesehatan dan keselamatan calon bayi mereka.

Sahabat, ketika kita tidak dalam posisi mereka seperti si ibu dan ayah yang menunggu buah hati, kadang kita cendrung menfonis dan mendikte seolah kita hebat. Seharusnya jika kalimat kita tidak bisa memberi motivasi atau nasehat lebih bak kita diam saja menjadi pendengar. Mungkin itu lebih baik.

Teruntuk para sahabat dan adek-adekku serta para bunda diluar sana yang sedang menunggu kehadiran sibuah hati. Jangan patah semangat, tetap berusaha dan berdoa. Berusahalah diatas rata-rata. Karena orang yang sungguh-sungguh dengan usahanya akan mendapat nikmat yang luar biasa. Tak masalah seberapa lama kalian menunggu, setahun dua tahun, lima atau bahkan enam tahun sekalipun, selagi kita diberi nafas tetaplah berusaha. Berdoalah sebanyak mungkin. Bangunlah disepertiga malammu mengetuk pintu langit, Allah tak pernah tidur.

Paayakumbuh, 12 September 2020