FITRIA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Panggilan dari Nomor Tak Dikenal

Malam itu Andini sibuk dengan aktifitasnya. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 21.00. Matanya sedikit mengantuk, namun ia bertekad pekerjaannya harus diselesaikan malam itu juga, makanya ia berusaha melawan rasa kantuknya. Ia memeriksa kertas demi kertas hasil ulangan harian siswa siswinya yang sengaja ia bawa pulang. Tak jauh dari meja tempat Andini bekerja ada ibunya yang sibuk melipat kain. Ibu Andini bernama Upiak. Orang-orang disekitar rumah Andini memanggil beliau dengan panggilan Tek Upiak atau Tante Upiak. Wajahnya sangat mirip dengan Andini. Beliau lebih suka memanggil Andini dengan nama panggilan yaitu Dini. Sesekali Andini melihat ibunya, berharap ibunya mulai menyinggung masalah nomor telepon yang diberikan seminggu yang lewat. Setidaknya bertanya apakah sudah mendapat telpon. Diam-diam Andini berharap lelaki yang akan dijodohkan itu segera menelponnya. Tapi Andini malu mengakui hal itu kepada ibunya. 

Tiba-tiba hp Nokia 3220nya berdering, Andini buru-buru akan mengangkat telpon tersebut. Namun ia melihat panggilan dari nomor tidak dikenal. Ada rasa senang, bahagia dan cemas. Detak dijantungnya menjadi lebih kencang. Dia bingung harus berkata apa nanti jika Adi sudah mulai berbicara dibalik telponnya. Apa yang akan dia jawab jika Adi ingin mereka segera menikah. Namun karena ia tak segera menjawab, telpon tersebut akhirnya mati. Andini sedikit lega. Ia mulai merangkai kata demi kata dalam hati nya. Ia menghela nafas panjang. Ia bersiap siap dengan posisi duduknya jika telpon berdering lagi. Tiba-tiba telpon berdering lagi, tapi lagi-lagi dia cemas detak jantungnya malah semakin kencang. " Dini, angkeklah telpon tu dulu nak ". " Dini terimalah telponnya dulu" Kata ibunya. " Iya bu" Kata Andini.

Sudah lima menit berlalu Andini menunggu telpon berdering. Ia malah tidak konsentrasi melanjutkan pekerjaanya memeriksa ulangan. Ia malah lebih senang duduk dalam diam menyiapkan kata-kata yang bagus dan indah serta sopan jika Adi kembali menelponnya. Ia tersenyum senyum sendiri. Ada rasa yang menyeruak dalam dadanya. Senang, bahagia, cemas dan sedikit takut. Ia menjadi malu pada dirinya sendiri. Dan akhirnya telpon itu berdering kembali. Panggilan dari nomor tidak dikenal. Dini segera mengangkat telpon karena ia tidak ingin melewatkan moment itu. Ia takut jika nanti Adi tidak mau lagi menelponnya. " Halo, Assalamualaikum " Sapa Andini setelah mengangkat telpon. " Ibu  Dini, ini Putri bu kertas ulanganku terbawa pulang bu, besok aku ke rumah ibu ya mengantar kertas ulangan. Makasih ya bu " Suara Putri dari balik telpon. Andini menghela nafas panjang. Tak mampu menjawab kata-kata Putri. Tiba-tiba suara di hpnya berbunyi tit tit tit. Suara Putripun hilang.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hehehe... Ternyata... Keren, Bunda. Mksih kunjungannya.

17 Sep
Balas

Makasih Bu udah mampir juga...

17 Sep

Ha ha ha,... Bu Andini pun sedikit kecewa. Telepon dari orang yang dinanti, tak kunjung berbunyi. Keren, Ibu. Semoga sukses selalu.

17 Sep
Balas

Makasih

17 Sep

Kadung dag dig dug dwer, ternyata zonk hihihi

17 Sep
Balas

iya bun..zonk...

18 Sep

Makasih Bun.,.sukses juga buat bunda...salam literasi

17 Sep
Balas



search

New Post