Dilema Guru Masa Kini Kala Memeriksa Lembar Jawaban Ujian Siswa
#TantanganGurusiana
#TantanganHari Ke-54
Dilema Guru Masa Kini Kala Memeriksa Lembar Jawaban Ujian Siswa
Sejak Senin, 2 Maret 2020, awal pekan lalu sebagian besar sekolah tingkat SMA melaksanakan ujian akhir semester bagi peserta didik yang duduk di kelas XII SMA. Juga sekaligus dirangkai dengan pelaksanaan Ujian atau penilaian tengah semester untuk peserta didik yang duduk di kelas XI dan X SMA. Siswa kelas XII SMA biasanya masih menggunakan kurikulum Kurikulum Tingkat Ssatuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Sedangkan peserta didik kelas XI dan X SMA sudah menggunakan kurikulum nasional 2013. Begitupun dengan yang berlaku di sekolah tempat saya bertugas.
Di sekolah, saya mengampu mata pelajaran Biologi peminatan untuk siswa kelas X jurusan Minat Ilmu Alam (MIA) maupun Biologi Lintas Minat untuk siswi jurusan Ilu Sosial (IS) yaitu kelas X IS-1 dan X IS-2, XI IS-1, XI IS-2 dan XI IS-3. Hari Selasa, 3 Maret 2020, kebetulan mata pelajaran Biologi diujikan untuk kelas X MIA-1, X MIA-2 dan X- MIA-3 sebagai mata pelajaran wajib. Juga diujikan sebagai mata pelajaran lintas minat bagi siswa kelas X IS-1 dan X IS-2. Sementara mapel Biologi Lintas Minat untuk kelas XI IS-1, XI IS-2 dan XI IS-3, baru diujikan hari Jum’at, 6 Maret 2020.
Batas waktu pengumpulan nilai siswa dari hasil koreksi lembar jawaban ujian siswa oleh guru maksimal 4 hari sejak lembar jawaban ujian siswa diserahkan oleh panitia ujian kepada guru mata pelajaran. Maka, khusus biologi kelas X yang sudah diujikan hari Selasa, 3 Maret, batas pengumpulan nilai saya harusnya hari ini Minggu, 8 Maret 2020. Ada 5 kelas yang harus saya tuntaskan untuk diperiksa ,hari Minggu ini, agar nilai siswa bisa segera dikirim via email atau aplikasi WA.
Maka sejak tadi malam dan seharian ini, saya berusaha menuntaskan mengoreksi hasil ujian siswa 5 kelas. Dimulai dengan mengoreksi hasil lembar jawaban ujian Biologi siswa kelas X MIA-1. Kebetulan saya juga yang diamanahi sebagai wali kelas di kelas X MIA-1. Alhamdulillah, selesai mengoreksi lembar jawaban ujian Biologi siswa kelas X MIA -1 saya merasa puas dan bersyukur dengan capaian nilai murid-murid saya. Dari 33 siswa hanya ada 8 orang yang nialainya masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Selebihnya nilai 25 siswa lainnya di atas KKM bahakan ada 12 siswa yang mendapat kisaran nilai 90 hingga 100. Selebihnya nilai di atas KKM dan di bawah 90. Lembar jawaban ujian juga beirisi jawaban sewajarnya, dengan tulisan yang rata-rata nyaman untuk dibaca. Selain karena tulisannya bagus juga ditulis dengan rapi.
Namun, tak ada gading yang tak retak. Begitupun dengan tugas guru. Saat mengoreksi lembar jawaban ujian kelas X MIA-3 saya mulai menemukan jenis tulisan siswa yang susah untuk dibaca. Padahal jawaban siswanya penuh dan panjang. Saya sampai berdoa dan membatin begini,
“ Ya Allah Ya Robbi..ampuni lah dosa-dosaku. Kumohon Ya Allah, janganlah Engkau beri aku banyak siswa yang tulisannya seperti ini,” batinku sembari membaca tulisan siswa yang susah terbaca sangking hurufnya rapat-rapat.
Bagaimana tidak, ada 8 kelas x 36 siswa (kecuali kelas X MIA hanya 33 siswa) yang lembar jawaban soal essaynya harus segera saya koreksi. Mata juga sudah lelah dan mulai perih. Membaca huruf tulisan juga sudah berbayang-bayang hahaha. Kenapa harus kutemukan lagi tulisan model begini. Kalau a da 5 saja tulisan siswa yang model begini, tahun depan sepertinya kacamata gurunya akan bertambah minusnya...hahaha.
Begitu pun ketika megoreksi lembar jawaban ujian siswa di kelas X MIA-2.
Kadang yang membuat kepala cenut-cenut saat mengoreksi lembar jawaban ujian siswa ya bila menemukan kasus yang begini ini. Soalnya ada 10, tapi hanya dijawab 4. Itupun lain yang ditanya lain pula yang dijawab. Bahkan kalimat soal nomor 4 yang dibuat oleh guru malah lebih panjang soalnya dibandingka jawaban yang dituliskan oleh siswa ajaib ini. Jawaban nomor 4 hanya dijawab " iya".
Hla... “iya” nya itu dari mana? Sementara di soal tidak ada diminta jawaban "iya " atau " tidak". Jelas-jelas soalnya menampilkan gambar reproduksi bakteri dengan pertanyaannya panjang seperti ini," Perhatikan gambar reproduksi bakteri di bawah ini. Termasuk reproduksi aseksual atau paraseksual kah jenis reproduksi di bawah ini? Jelaskan!" Hla...kok yo angger wae siswanya menjawab, " Iya". Jan males mikir tenan iki murid.
Ternyata masih berlanjut lagi pada jawaban soal nomor 5. Soal nomor 5 yang sudah begitu jelasnya hanya aspek menginat saja pun malah diijawab dengan tidak berperasaan sama sekali oleh muridnya, dengan jawaban males mikir seperti ini, " saya kurang tau buk"
Padahal level soalnya mudah. Di dalam soal nomor 5 diminta :" Tuliskan minimal 3 nama bakteri yang mrnguntungkan dan 3 bakteri yang merugikan serta peranan dan penyakit yang disebabkan olehnya!"
Oalah ...Nanti kalau siswanya nanya " kenapa nilai saya rendah Bu?", Opo yo gurune iso nganggo jawaban " saya kurang tahu kenapa nilai kamu bisa rendah. Memang waktu ujian jawaban soal ujianmu apa?"
Padahal gurunya dituntut harus bisa membuat soal berbasis HOTS ( Higher Order Thinking Skill) yaitu soal yang bisa merangsang siswa untuk memiliki ketrampilan berpikir tingkat tinggi. Kalau guru menemukan siswa yang model begini, rasanya jadi seperti " Mimpi di siang bolong". Mau menangis tapi malu sama anak-anak di rumah yang masih TK dan SD.
Dari jawaban lebih dari 150 siswa yang berasal dari 5 kelas siswa kelas 10 SMA, ketika guru menemukan satu siswa yang begini yo wis anggap saja keajaiban dari Tuhan yang tak terbantahkan. Tinggal didoakan saja siswanya.Semoga segala amal ibadahnya dan segala amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Jadi aku kudu piye?Kok yo dadine pengen nangis karo ngguyu. (Jadi saya harus bagaimana? Kok jadinya ingin menangis sambil tertawa). Selesai mengoreksi 3 kelas jawaban murid MIA, saya melanjutkan untuk mengoreksi jawaban soal ujian murid kelas sepuluh Ilmu Sosial (IS).
Hla..iki opo meneh?. Di kelas X IS-1, saya lagi-lagi menemukan keajaiban yang membuat saya ingin nyungsepin kepala di bawah meja. Soal nomor 10 jelas-jelas tertulis " Jelaskan ciri-ciri jamur!”
Hla kok jawaban siswa ada yang begini, " Ampun saya buk peng"
Oalah ngger..ngger...mbuh opo maksudmu
Harus sabar-sabar lah jadi guru ini.
Hati saya mulai saya persiapkan untuk menerima banyak jawaban ajib lainnya dari kelas paling ujung. Ada siswa dari 10 soal hanya 2 yang dia isi. Itu pun jawabannya lari pangang dari api. Tak sesuai dengan yang diharapkan. Saya memberi skore 2 hanya sebagai penghargaan atas upah capek nulis nya saja. Tidak berhenti sampai di situ. Siswa tadi dengan tanpa tedeng aling-aling, terpampang nyata menuliskan kalimat “spektakuler” yang kemudian diberi penegasan dengan menambahkan kotak persegi panjang agar menarik perhatian guru saat mengoreksi. Begini kalimat yang dia tulis, " Gak tau buk saya tidak.belajar. Dari pada saya ngopek/nyontek...”
(Lalu ada sebaris tulisan yang tidak terbaca lagi karena sudah dicoret pakai pulpen). Kalimat selanjutnya, “ Bagusan tidak saya isi" Segampang itu kah? Pelajar SMA ini menyelesaikan masalah? Apalagi dia perempuan. Bagaimana pula cara dia nanti mendidik anaknya? Memang dia memilih menjawab jujur. “ Gak tau buk saya tidak belajar. Daripada saya ngopek/nyontek, bagusan tidak saya isi!”. Tapi kejujurannya itu sungguh sangat menyakitkan hati saya sebagai gurunya. “ Kok koyo gak duwe endas iki bocah,” ( “Kok seperti tidak mempunyai kepala ini anak”). Kadang sebagai guru, mau tidak mau ada rasa khawatir yang menghinggapi relung hati. Bagaimana keadaan Indonesia sepuluh atau duapuluh tahun lagi. Bagaimanalah generasi Indonesia ke depannya, jika generasi siswa SMA sekarang banyak yang seperti ini. Berat..Berat sekali ternyata tugas guru itu. Berusaha mengawal generasi penerus bangsa,sementara tidak semua orangtua siswa mau datang kalau
diundang ke sekolah untuk berdiskusi bersama tentang masalah anaknya...
Kasus yang lain lagi dari kelas ‘gerbong’ terakhir. Soal nomor 8 tertulis, “Jelaskan peranan dari jamur : a. Aspergillus wentii, b. Rhizopus stolonifer,
c. Candida utilis, d. Ustilago maydis”.
Jawaban dari salah satu siswa X IPS, yang mengambil mapel Biologi lintas Minat), kalimat jawabannya tidak logis! Koplak! Dia menuliskan jawaban seperti ini : - Aspergillus wentii adalah yang suatu termaksud dalam memerlukan serta. - Rhizopus stolonifer yaitu yang termaksud dalam caranya. - Candida utilis yang terlalu ada suatu menggunakan untuk candida utilis -Ustilago maydis adalah suatu dalam serta proses
???????????
Lantas apa saya harus memanggil kembali guru Bahasa Indonesianya sejak dari kelas 1 SD sampai dia kelas 10 SMA????
Jujur saya salut dengan guru yang mengajar di sekolah SLB (Sekolah Luar Biasa). Rata-rata guru SLB punya segudang rasa sabar. Namun begitu muridnya juga jelas kemampuannya. Punya kriteria khusus untuk disekolahkan di sekolah khusus. Namanya saja sudah SLB.
Masalahnya di sekolah umum seperti SMA, ada siswa yang seolah normal. Fisiknya normal. Namun memang hasil test psikologi Tes IQ, minat bakatnya memang rendah. Sejak minggu pertama siswa kelas 10 masuk di sekolah kami kepala sekolah bekerja sama dengan salah satu biro psikologi di Medan yaitu Biro Psikologi “Marsha Punta Dewa”. Untuk melakukan tes psikologi termasuk tes IQ sebagai salah satu dasar pemilihan siswa untuk dimasukkan ke jurusan IPA atau IPS. Namun sungguh sayang, banyak juga siswa yang berada di garis batas (border line). Berada di bawah garis batas kecerdasan IQ normal. Kebanyakan mereka dimasukkan ke kelas IPS gerbong terakhir.
Maka ini lah mungkin salah satu buktinya. Pola bahasa siswanya tidak logis karena memang hasil tes IQ nya menunjukkan di bawah 100 yaitu 90 (di bawah border line). Jadi, sebagai guru dari siswa yang seperti ini, ya mau tidak mau tetap harus diterima dengan penuh kesabaran dan jiwa besar. Harus sabar-sabar dan banyak mengingat bahwa mengajar, mendidik adalah tugas untuk melakuan banyak amal jariyah. Setiap siswa berhak diterima di sekolah.
Kalau masalah siswanya tidak bisa menunjukkan hasil belajar seperti siswa lain seperti siswa dari kelas X MIA gerbong pertama yang rata-rata memiliki IQ di atas 100, ya wajar saja. Yang membingungkan kadang kalau siswa harus dinilai dengan standar dan sistem penilaian yang sama. Padahal tingkat dan potensi kecerdasannya saja memang sudah berbeda. Maka untuk siswa yang berada di gerbong kelas terakhir, sepertinya saya tak banyak berharap dari hasil ujian tulisan. Harus membuat beberapa bentuk penilaian lain yang mungkin bisa dikerjakan dan difahami oleh siswa gerbong terakhir.
Areq piye meneh (mau bagaimana lagi). Mereka ini amanah. Yang dititipkan oleh Allah kepada guru-gurunya di sekolah. Mau marah juga marah sama siapa dan buat apa. Meski sebagai manusia biasa, guru juga kadang merasa lelah. Tapi, ya sudahlah. Perbanyak Istighfar dan instrospeksi diri saja sembari berulang-ulang membisiki hati dengan kalimat sakti ini,
" Sabar...sabar....BISMILLAH..ini ladang amalmu..tahan...tahan. Tahaaaaaaaaan...jangan marah-marah jika menemukan siswa seperti ini. Justru ini potensi untuk bisa beramal sholih, melatih kesabaran dan insya Allah akan berbuah pahala amal jariyah"
“ Ya Allah..tolong bantu saya. Beri saya segudang stok kesabaran, ketulusan dan keikhlasan serta jiwa yang besar agar tetap bisa kuat bertahan membersamai berbagai jenis kecerdasan siswa lengkap dengam segala tingkah polanya, aamiin.”
Fitri Hariana.
Minggu, 8 Maret 2020.
Catatan sendu guru seusai memeriksa lembar jawaban ujian siswa.




Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Yaa...Allah..yaa..Robbana..., irhamna. Begitu mudahnya siswa kita membuat jawaban. Apakah ini dampak dari kemudahan-kemudahan di era digital yang mereka alami? Entahlaa. Yang pasti, menjadi tanggung jawab kita untuk memanusiakan manusia. Semoga sehat, bahagia, dan sukses selalu serta senantiasa di dalam ridho-Nya. Barakallah..., Bu Guru.
Iya bunda..sangat prihatin sekali...Disuruh catat yang dibuku atau papan tis malah nanya.." bu difoto aja ya" masya Allah..semoga bisa menjasi lebih bak mereka ya bunda..jazakillah khair..Semoga sehat dan bahagia selalu bunda
Alhamdulillah masih banyak yang dapat nilai 90- 100, karena mereka masih kelas 10, semoga masih bisa diarahkan untuk mau befikir dalam memberikan jawaban.Semoga kesabaran Ibu berbuah manis
Aamiin..Makasih bu
Ha....ha..... tulisan seperti sandi rumput, bikin puyeng
Keren
Makasih bu
ha.ha..sabar bu..tuh..tulisannya jelek tp rata2 nilai 90 sd 100..gurunya keren..jika ada murid yg tulisannya jelek td..itu kelak jd dokter bu..ha.ha..salam..
Yang nilainya 90 dan 100 tulisannya bagus Pak..dan tidak ada yang berani kurang ajar mengosongkan jawaban dan asal isi asal njeplak...Yang tulisannya jelek yang banyak kosong jawabannya dan nulis sesuka hati saja
ha.ha..amppun
Astagfirullah hal aziim, kesabaran penting sekali untuk diterapkan disegala asfek, apalagi pendidikanMatur nuwun bun
Iya begitulah Pak...dilema guru masa kini menghadapi pelahar masa kini...Harus lebih banya bersabar..Terimakasih kembali Pak..semoga sehat selalu