Jalan Sunyi
#TantanganGurusiana
#TantanganHariKe-191
Jalan Sunyi
Oleh : Fitri Hariana
Hafiz menyusuri jalan sunyi di hadapannya mengendarai sepeda motor butut. Kotak gabus styrofoam besar terikat di boncengan belakang sepeda motornya. Penuh ikan hasil tangkapannya dari laut. Jalanan tanah itu, diapit oleh dua rawa berair payau. Tanaman bakau khas pesisir Pantai tumbuh kuat menghadapi pasang surut air payau. Akar-akarnya tumbuh mencuat mengokohkannya terhadap gempuran ombak pantai yang sesekali melanda. Salinitas yang tinggi menyebabkan tidak.banyak jenis tanaman yang mampu tumbuh di rawa berair payau itu.
Sesekali ikan glodok terlihat melompat seperti terbang keluar dari lumpur. Ikan itu seolah bersayap di punggungnya. Dengan bola mata menonjol keluar. Adaptasinya terhadap lingkungan berlumpur membuat ikan itu sesekali berjalan dengan sirip yang berfungsi sebagai kaki. Namun seseklai juga melompat terbang.
Penampilannya yang sangat sederhana apa adanya, membuatnya tak memiliki banyak teman perempuan.
" Issshhh...mana sudi aku jadi istrinya. Jangankan mengajakku rekreasi sambil berbelanja oleh-oleh. Jangan-jangan untuk membeli bedakku saja dia tak sanggup," jawaban sinis Melati pada orangtuanya.
Penolakan mentah-mentah Melati terasa menyakitkan saat menerima kedatangan Hafiz dan orangtuanya untuk melamarnya.
Hafiz menarik nafas. Menahan nyeri di dada. Hayalannya akan Melati yang dulu pernah mengejarnya saat mereka masih SMP pudar sudah. Berganti dengan kenyataan kalau perempuan yang dulu pernah menyatakan cinta di jam istirahat sekolah kini telah berubah.
Hafiz memang jarang keluar rumah. Selain mencari ikan ke laut. Kemudian mengantarkan ke rumah Pak Haji Mochtar, pengepul ikan terbesar di desanya. Selebihnya, hari-hari Hafiz dilalui dari mushola ke mushola. Mengajar mengaji sehabis Maghrib hingga Isya.
Hafiz tiba di rumah Pak Haji Mochtar. Hasil tangkapan ikannya lalu berpindah dari gabus styrofoam ke timbangan gantung. Karyawan Pak haji mencatat jumlah ikan yang diterima. Lalu mencatatnya di dalam buku. Dan menyerahkan ke Pak Haji Mochtar.
" Aisyah, ambilkan dulu kotak uang abi di kamar!" Seru Pak Haji Mochtar pada putrinya.
Aisyah keluar menyerahkan kotak uang kepada abinya. Tanpa sengaja matanya bersirobok dengan mata Hafiz. Gadis berjilbab itu segera menundukkan wajahnya. Namun semu merah tanda malu sempat bersemburat di wajahnya.
Hafiz juga segara menundukkan pandangannya. Merasakan debaran aneh yang tidak biasa.
" eehhemm...masuklah ke dalam" perintah haji Mochtar pada anak gadisnya.
Aisyah menuruti perintah ayahnya.
" Hafiz...ikan dencis hasil tangkapanmu ada 20 kg per kilonya harga beli dari kami Rp. 25rb. Jadi ini uangnya semuanya limaratus ribu ya?" Ucap Pak Haji sembari menyerahkan uang pada Hafiz.
" Alhamdulillah..terimakasih Pak Haji" jawab Hafiz. Seulas senyum syukur terpancar di wajahnya. Binar bahagia menguar bersama udara. Hasil tangkapan ikannya hari ini lumayan. Setidaknya bisa ia tabung sebagian. Sebagai pembeli mas kawin bila ia akan menikah nanti. Meski sejak lamarannya ditolak oleh Melati dan keluarganya setahun yang lalu, hingga kini usianya sudah 22 tahun belum juga ada perempuan lain yang dekat dengannya.
Pak haji ikut tersenyum melihat Hafiz begitu berayukur dan bersuka cita menerima rezeki hari ini.
" Hafiz...masih mengajar mengaji kalau Maghrib di mushola?" tanya Pak haji.
" Masih Pak haji"
" Kalo sore hari selepas mendarat apa kerja?" tanya Pak Haji lagi.
" Tidak ada Pak Haji..istirahat saja"
" Oh begitu...kalau memang Hafiz ada waktu luang, saya minta tolong Hafiz untuk membantu mengajar anak-anak mengaji di madrasah sore milik saya. Aisyah bilang dia agak kewalahan mengajar 3 kelas hanya dengan 2 orang guru,"
Tawaran Pak haji membuat Hafiz berbinar. Senang. Selain mencari ikan, Hafiz memang gemar membaca Qur'an dan mengajarkan di mushola sehabis Magjrib meski pun tanpa bayaran. Baginya mengajarkan Al-Qur'an adalah amal sholih yang pahalanya akan terus mengalir.meskipun dia sudah meninggal dunia.
" Gimana Hafiz? Bisa?" tanya Pak Haji.
" Bii..biisa Pak Haji" jawab Hafiz gugup sangking senangnya tidak menyangka akan ditawari mengajar di madrasah sore milik Pak Haji.
" Kalau begitu, mulai besok sore setiap pukul setengah 3 sore sampai pukul 5 sore kamu mengajar ngaji di madrasah saya. Nanti Aisyah yang akan menjelaskan dan membagi kelas serta murid-murid untukmu" jelas Pak Haji.
" Baik Pak Haji. Terimakasih banyak"
Setahun mengajar mengaji di madrasah, pak haji meminta Hafiz melanjutkan kuliah di Pendidikan Agama Islam. Pagi hari bila tidak ada jadwal kuliah Hafiz tetap mencari ikan. Sore mengajar mengaji, Pak haji pula yang membiayai kuliahnya. Hanya 3, 5 tahun Hafiz lulus dengan nilai Cumlaud dan meraih gelar S.Pd.I.
Madrasah yang dikelola Pak haji semakin berkembang. Di Pagi hari Pak Haji malah membuka sekolah madrasah formal. Hafiz menjadi salah seorang tenaga pengajar di sana. Lagi-lagi karena keuletan, sikap santun dan tangung jawabnya, Pak.haji menawarkan Hafiz untuk melanjutkan kuliah S2 di akhir pekan Jumat dan Sabtu.
Hafiz berucap syukur di usianya yang ke -32 tahun. Dia tersenyum menyalami anak-anak yatim yang sengaja mereka undang untuk acara syukuran aqiqah anak keduanya.
Setelah 10 tahun sejak pertama ia mengajar di madrasah oleh Pak Haji. Kini dia dioercaya menjadi kepala sekolah dari madrasah yang dimiliki oleh Pak haji. Sangking percaya dan simpatinya Pak Haji kepada Hafiz, bukan hanya madrsah saja yang ia percayakan untuk dipimpin oleh Hafiz.
Namun hidup putri satu-satunya juga diserahkan tanggung jawabnya kepada Hafiz untuk membimbingnya. 4 tahun yang lalu setahun setelah Hafiz menyelesaikan pendidikan S-2nya dan bergelar MA, pak haji menikahkan Hafiz dengan Aisyah.
" Oek..oek..oek..." tangisan Azka bayi mungilnya menyentak lamunannya.
" sssttt....sstt.... sayang..kenapa? Haus ya? Ayo.kita minum susu dulu ya?" ucap Aisyah, istrinya sembari menyusui Azka di kamar. Hafiz tersenyum bahagia, memandang tak jemu pada Aisyah. Istrinya yang bukan hanya cantik, namun juga cerdas dan sholihah. Meski wajahnya tanpa riasan bedak tebal namun bercahaya. Putih berseri meneduhkan.
" Aisyah..ini minum dulu susunya. Masih hangat. Baru abang buatkan untuk Aisyah," ucap Hafiz lembut sembari tangannya menyodorkan gelas berisi susu ke.bibir Aisyah yang sedang menyusui bayinya.
" Masya Allah..abang...makasih ya?" Jawab Aisyah.
Dengan malu-malu istrinya itu meneguk susu dari tangan Hafiz.
Wajah Aisyah selalu menggemaskan bila sedang tersipu malu. Merona merah seperti humairah.
Hafiz tersenyum mengingat jalan sunyi yang dulu sering ia lalui, saat menuju rumah Pak haji. Ternyata kini tak lagi sepi. Ada Aisyah dan kedua anaknya yang sering menemani Hafiz melewati jalan sunyi itu saat mereka hendak bepergian kemana saja.
Lubuk Pakam, 23 Juli 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
cerita yang keren...
terimakasih ibu
Salam kenal...salam literasi. cerpennya bagus bu
Mantap cerita bu, salam literasi ibu, maaf baru aktif saya ini bu dan sdh feedback ibu ya
Makasih bu...sslam literasi dan salam sehat
Mantap tulisannya, sukses selalu bu Fitri Hariana
Cerpen yang keren, keberuntungan selalu hadir bagi manusia yang bertakwa. Salam kenal, salam sukses, Izin saya follow ya bu. Jika tidak keberatan ditunggu follbacknya. Salam literasi
terimakasih bu
Jalan sunyi itu mengantarkan kebahagiaanku bersama Aisah dan kedua putriku.. Bersyukur Ya Rabb atas limpahan RahmatMu. keren cerpennya buk.. salam kenal salam literasi
Cerpen yang menarik . Salam sehat dan sukses selalu. Izin saya follow ya bu.
Maaf saya salah tempat.
alur ceritanya bagus bu
Keren cerpennya, Bu. Salam sukses selalu.
Cerita yang asyik bunda, lanjut
Wow amazing! Enak dibacanya. Keren Bunda Fitri
Wihh...keren bu Fitri. Mantap ah cerita Hafiz
Hehhehehe...makasih bu..terdanjung rasanya dipuji oleh novelis handal seperti bu Herlina
Wow..cerpen berkualitas. Hafiz luar biasa perjuangannya. Dulu berduka di awal hanya ditemani ikan glodok he.he..akhirnya Aisyah dengan 2 buah hatinya .ikut bahagia dah
salam literasi bu, keren
Bagus ceritanya ibu cantik.. Sukses selalu.. Salam
Terimakasih bu..
Bagus ceritanya Bu. Salam kenal, salam literasi
mantap bu can, salam kenal
Cakep.bunda
Makasih bunda
Cerpen yang menarik . Salam sehat dan sukses selalu. Izin saya follow ya bu.
Keren pisan cerpennya Ibu Fitri. Selamat berkarya. Salam sehat.
indah cerpennya bunda jadi membayangkan kebahagiaan mereka
Cerpen yang mantul, terus berkarya ya bunsayku.... Aukses selalu
Makasih bunda...semoga sukses juga buat bunda aamiin
kisah yang indah.
kisah yang indah, ijin folow ibu, semoga berkenan untuk folow balik.
cerpen yang memukau. salam leterasi dari Bali. ijin follow ya, Bunda.
Cerpen yang indah. Sukses selalu sahabat
Keren sekali tayangannya, mantap, sehat dan sukses selalu Bu Fitri
Cerita sederhana sangat tapi menyentuh, salam sukses bunda
T O P bu.....salam kenal
Maantul cerpennya bunda, jadi pingin belajar buat cerpen, salam Literasi
Keren bu..cerpennya. Salam kenal. Salam literasi
Asyik ceritanya bu ... , salam kenal, salam literasi
Assalaamu'alaikumSalam silatirahmi dan salam literasi. Mantaff cerpennya... ditunggu cerpen berikutnya
mantep banget bu, sukses yah
Keren cerpennya, bu... Jadi ingat kampung jaman doeloe...
Kisah yg menarik Bu ,,,salam kenal bunda