Fitri Hariana

Penulis adalah Alumni Pelatihan SAGUSABU 2 Medan. Penulis, Fitri Hariana, Lahir di Medan, 13 Agustus 1980. Ibu dari 3 orang anak. Alumni SMA Negeri 10 (sekara...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengurai Halimun (  Melodi Cinta Pak Guru dan Bu Dokter) (Part-5)

Mengurai Halimun ( Melodi Cinta Pak Guru dan Bu Dokter) (Part-5)

#TantanganGurusiana

#TantanganHariKe-176

Mengurai Halimun (Part-5)

Melodi Cinta Pak Guru dan Bu Dokter

Oleh : Fitri Hariana

Kebiasaan yang sering dilakukan oleh Hegar di waktu pagi hari, sepulang dari sholat Subuh di mushola desa, ia akan menanak nasi menggunakan rice cooker. Maklum saja, Pak Guru masih lajang. Lagian pula semenjak kuliah, Hegar sudah terbiasa hidup sebagai anak kost. Jadi sudah terbiasa menyiapkan sarapan sendiri. Setelah mencuci beras, Hegar mencolokkan wayar rice cooker dan menekan tombol "cook". Selanjutnya menyalakan kompor merebus air dengan panci kecil untuk membuat teh.

Untuk lauk, buat Hegar sih gampang. Terkadang Hegar cukup menceplok telur mata sapi, telur dadar atau sambal balado telur. Di lain waktu ia menggoreng atau membakar ikan lele, nila yang dibudidayakannya sendiri. Membuat sambal Teri atau terasi juga hapal luar kepala. Sesekali bila ada waktu lebih luang untuk memasak masakan yang lebih berat, Hegar memotong ayam atau bebek untuk dipanggang, digoreng, digulai atau sesuai seleranya yang lain. Bila ingin lalapan atau sayuran untuk direbus, Hegar tinggal membuka pintu belakang rumahnya.

Di halaman belakang rumah Hegar menanam beberapa jenis sayuran untuk dikonsumsi sendiri. Ada daun singkong, kangkung, bayam, kacang panjang, juga sawi. Beberapa pohon tomat dan cabai juga tumbuh subur.

Hegar memang terkadang memanfaatkan waktu luangnya sepulang ngajar di sore hari atau sebelum mengajar di pagi hari untuk menyalurkan hobi bercocok tanam. Memanfaatkan lahan di pekarangan belakang rumah untuk menanam sayuran seperti kebanyakan yang dilakukan oleh penduduk desa Halimun pada umumnya. Juga beternak.

Hidup di desa memang terasa lebih nyaman dan tentram. Hegar jadi bisa punya waktu untuk lebih menikmati hidup yang berbeda dengan gaya hidup kota. Kehidupan ala pedesaan ini tidak akan mungkin bisa dirasakan bila hanya mau tinggal di kota saja.

Hegar bercocok tanam dan berternak sekedar mengisi waktu luang untuk memanfaatkan pekarangan yang ada. Dengan ditanami sayuran maka lahan menjadi lebih produktif dan terjaga kelembaban serta kesuburannya. Meskipun hasil bercocok tanamnya di pekarangan sekedar bisa untuk dinikmati dan dikonsumsi sendiri. Walau begitu hasil budidayanya tidak habis dimakan sendiri.

Adakalanya Hegar membagikan hasil panen ikan dan sayurannya untuk tetangga. Saling tukar menukar pemberian sudah menjadi budaya positif di desa itu.

Siapapun tetangga yang memerlukan sayuran yang ditanam oleh Hegar, boleh mengambil seperlunya sesuai kebutuhan.

Pak Mucktar, kepala sekolah di sekolah Hegar juga sering menerima hantaran hasil panen ikan. Bila ikan lele atau nila di kolam kecil belakang rumahnya sudah bisa dipanen, Hegar akan mengajak beberapa murid laki-laki untuk memanen bersama. Selain hasilnya dibagi-bagi, biasanya Hegar juga memasak. Kemudian makan bersama dengan murid-muridnya, menggunakan alas daun pisang yang masih menempel utuh di pelepahnya. Jangan ditanyakan rasa nikmatnya saat makan bersama dengan murid-muridnya dalam suasana santai.

Selain lebih mengakrabkan hubungan, Hegar juga jadi lebih mengenali karakter murid-muridnya. Bahkan sering menjadi tempat berbagi cerita dan diskusi murid-murid SMP yang sedang memasuki masa pubertas. Bagi Hegar, jauh lebih baik bila remaja-remaja yang sedang puber itu merasa dekat dan terbuka dengan gurunya. Bebas bertanya dan berdiskusi tentang apa saja. Hegar bisa memberi jawaban yang mendidik, sekaligus bisa mengarahkan murid-muridnya. Termasuk lebih gampang bagi Hegar memantau pergaulan dan jenis tontonan atau informasi apa yang sedang mereka cari melalui internet. Jangan sampai murid-muridnya khususnya yang lelaki kecanduan tontonan yang tidak mendidik dan tidak pantas untuk ditonton.

Pada hari Sabtu Sore hingga Minggu ada saja murid laki-laki yang datang ke rumah Pak guru Hegar.

"Pak Guru, nanti malam sepulang mengaji dari mushola, kami nginap di rumah Pak guru boleh ya?" Tanya Aldi yang sedang bersama Budi, Ryan, Dimas dan Dedek.

" Mau ngapain kalian nginap di rumah saya?"

" Belajar lah Pak. Diskusi kelompok. Kalau kami gak ngerti, kan bisa langsung nanya sama Pak guru," jawab Dimas sambil nyengir dan diaminkan oleh teman-temannya.

" Halah...alasan kalian bilang mau belajar kelompok. Nanti kalian malah main catur sambil nonton TV" protes Hegar sambil bercanda.

" Nah..itu juga termasuk salah satu, salah dua dan salah tiga yang pengen kami lakukan. Soalnya lebih asyik kalau bisa ngumpul dan menginap rame-rame di rumah Pak Guru." Timpal Budi.

" Betul....betul..betul..apalagi kalo main catur, nonton TV-nya juga sambil bakar-bakar ikan atau ayam. Kan ayam sama ikan Pak Guru banyak. Kalau Pak Guru gak bisa menghabiskan sendiri biar kami yang membantu menghabiskannya Pak guru hahaha." Ujar Dedek disambut gelak tawa teman-temannya.

" Haduh...Nanti Ibu Bapak kalian nyariin kalian. Dikirain kalian saya culik."

"Hahahah...gak bakalan orangtua kami mencari kami Pak. Jangankan kepada Ibu dan Bapak kami, bahkan kepada Pak Kades dan Pak RT pun kami juga sudah melapor dan minta izin biar boleh menginap rame-rame di rumah Pak Guru. Soalnya kami takut Pak guru kami yang ganteng, baik hati serta tidak sombong dan masih jomblo ini diculik orang Pak hahaha." Gelak tawa Aldi cs bersahutan mengusili gurunya. Hegar hanya geleng-geleng kepala menanggapi tingkah dan kekocakan murid-muridnya.

" Dasar murid-murid usil. Bilang saja kalian memang mau membuat saya repot," jawab Hegar membalas keusilan murid-muridnya.

"Selow Pak Guru, bapak Bapak kami baru panen. Nanti kami bawa beras masing-masing 5 kg ke rumah Pak Guru. Anggap aja kita barteran dengan ikan Lele, Nila dan ayam Pak Guru yang akan dieksekusi hihihi." Dimas menimpali.

Hegar tidak pernah marah. Malah senang. Baginya lebih bagus anak-anak SMP yang memasuki usia ABG dan sedang menjalani masa puber itu dekat dengan gurunya. Baik di sekolah, maupun di lingkungan rumah dan masyarakat. Hegar juga jadi lebih bisa mengenali dan ikut menjaga murid-muridnya meski di luar jam mengajar di sekolah.

Hegar tersenyum sendiri bila teringat tingkah konyol murid-muridnya.

Sebagai guru ASN satu-satunya di sekolah SMP tempatnya bertugas, sudah pasti banyak siswa yang merasa dekat dengan Hegar . Tidak di sekolah saja Hegar bertemu murid-muridnya. Murid laki-laki kadang terbiasa main ke rumah Pak guru Hegar. Sekedar untuk bermain atau belajar menanyakan PR yang mereka kurang faham. Setiap selesai sholat Maghrib biasanya Hegar mengajar mengaji di mushola. Itulah enaknya hidup di desa. Murid-muridnya ternyata juga tetangganya.

Telur ayam kampung juga telur bebek hampir setiap hari ada. Ayam dan bebek yang hanya beberapa ekor hampir setiap hari bertelur meski hanya beberapa butir. Namun cukup bila hanya untuk dimakan oleh Hegar. Bahkan malah sesekali bisa dibagi-bagikan.

Tetangga terdekatnya, dokter-dokter yang sebelumnya pernah bertugas di puskesmas dan menempati rumah di sebelah rumah Hegar sudah terbiasa dan senang sekali menerima pemberian hasil panen Hegar. Bahkan Hegar malah mempersilakan mereka untuk bebas mengambil seperlunya sesuai kebutuhan bila mereka sedang ingin.

Hegar sedang menumis sambal terasi saat ia mendengar suara perempuan bersin dari rumah di sebelahnya.

"Haaatsssiiin"

Hegar mengira suara bersin itu adalah suara istri dari dokter baru pengganti dokter Angga.

Hegar belum pernah bersua dengan mereka. Bilapun sepanjang hari ini Hegar belum sempat bertemu langsung dengan keluarga dokter baru tetangganya itu, setidaknya nanti malam mereka akan bertemu. Sesuai informasi dan undamgan dari ustadz Bukhari, nanti malam akan ada acara pengajian dan syukuran di mushola. Sekaligus perkenalan dan temu ramah antara dokter yang baru bertugas dengan penduduk desa Halimun.

(Bersambung)

Lubuk Pakam, 8 Juli 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga bertemu dengan bu dokter ya pak Hegar

10 Jul
Balas

Hehehe, semoga bun..terimakasih bun, semoga sehat selalu

10 Jul

Senangnya sudah follow ibu

10 Jul
Balas

Saya lebih senang lagi karena sudah difollow sama bunda, makasih bunda

10 Jul

Semoga pertemuan nanti malam membuat hegar dan dokter baru itu menyenangkan.Besok kalau nggak ngantuk, typonya diedit ya bu Fitri...

08 Jul
Balas

Hehehe..iya bu

09 Jul

Menarik sekali cerpennya Bu

11 Jul
Balas



search

New Post