fitri indrayani

Keep calm and enjoy your life....

Selengkapnya
Navigasi Web
Kontroversi Kancil

Kontroversi Kancil

"Pak, tadi si Anton menceritakan hal yang tidak senonoh, " lapor Si Maman siswa kelas tujuh yang tampangnya masih sama imutnya dengan caranya bicara.

Pak Dedi sontak berhenti mengoreksi setumpuk buku siswa di hadapannya. "Tidak senonoh yang bagaimana maksudmu, Man?".

Maman memelintir ujung dasinya sampai keriting. "Eh... Dia bilang dia dan Desy sudah berhubungan....".

Kali ini bukan cuma Pak Dedi yang kaget, guru-guru lain yang ada di sekitar mejanya pun mulai ikut menyimak. Berita hangat!

"Man, kamu kan tidak sekelas dengan Anton, dia kakak kelasmu, jangan mudah menuduh ya, Nak," nasihat Pak Dedi. "Apalagi pakai kata berhubungan. Aduh, hati-hati...".

Maman terlihat mulai menciut dan ragu. Tapi sejurus kemudian sinar matanya kembali cerah. "Kalau Bapak tidak percaya, tanya saja sama Santi dan Rizky. Mereka pernah melihat mereka berhubungan di pojok sekolah."

Gluntaaangg, Bu Asih yang notabene Wali Kelas Desy si sekretaris kelas yang terlihat lurus-lurus saja perilakunya, tiba-tiba tanpa sengaja menyenggol vas bunga alumunium di mejanya.

Wuih, kagetnya bu Asih seperti kesetrum raket nyamuk, cetar tapi tak membahana.

"Bu Asih, tolong segera panggil keempat siswa tadi, kita jernihkan dulu masalahnya."

Keempat siswa kelas sembilan itu segera datang dengan ekspresi bingung. Ada apa gerangan mendapat kehormatan dipanggil langsung berempat.

Apa mereka akan dibuatkan kwartet paduan suara untuk lomba di kabupaten? Itu ide Santi si maniak olah vokal.

"Ah, mana mungkin," sela Anton, "Apa kalian lupa suara si Rizky yang mirip seruling pecah?" Rizky meringis.

"Tambahan untuk tim sepakbola kali..." Kalimat Rizky yang asal membuat Desy pucat. Sepakbola??? Tidaakkk.

Ketika keempat siswa itu melihat Maman di hadapan Pak Dedi, tanda tanya dalam benak mereka berubah jadi tanda seru besoaarr. Wah, si Kancil!

Pak Dedi langsung menjelaskan duduk perkaranya.

Desy langsung tersenyum geli.

Rizky memegang keningnya sambil memutar bola mata.

Santi menutup mulutnya menahan tawa.

Anton mengacungkan dua jempolnya di depan dada.

"Tuh, kan Pak. Mereka malah gembira. Berarti benar yang saya dengar" kata Maman kesal.

Pak Dedi memasang wajah penuh tanya ke arah mereka.

Anton ambil suara. "Begini, Pak. Memang betul saya dan Desy berhubungan...."

Gubraakk!!! Giliran setumpuk buku yang jatuh dari meja bu Asih.

Pandangan mata seluruh isi kantor sejenak beralih ke bu Asih yang pura-pura asyik membenahi tumpukan buku itu. Lalu beralih lagi ke Anton.

Tapi Anton malah asyik memandangi jajaran piala dalam lemari pajang. Ia sedang membayangkan dirinya mengangkat tinggi-tinggi piala terbesar, juara umum siswa paling keren!!! Tanpa sadar ia tersenyum sendiri.

Desy segera mengambil alih melihat Anton yang kumat imajinasi tingginya. "Ini pasti gara-gara si Kancil eh Maman ini suka mengekori kami diam-diam, Pak."

"Betul, Pak," sambung Santi. "Kami bukannya tidak mau berteman dengan Maman, tapi rasanya dia kurang seide dengan kami yang sudah bersahabat sejak kelas tujuh."

"Kurang bisa jaga rahasia, Pak," tambah Rizky.

Maman langsung manyun mendengar ini.

"Sebentar, sebentar. Bapak mau kembali ke pokok masalah. Maman bilang kalian berhubungan, di pojok sekolah pula. Nah, coba jelaskan."

Bu Asih manggut-manggut.

Anton masih terbawa lamunan, tapi seruan Pak Dedi mengembalikannya ke alam nyata, bahwa ia paling keren di mata ibunya. Ha!

"Oh, begini Pak. Si Kancil Maman ini mungkin mendengarkan saya dan Desy bicara serius di pojok sekolah. Setelah sekian lama berteman, kami baru dapat informasi bahwa kami masih ada hubungan saudara dari pihak nenek, Pak."

"Ooooh, begitu....." Bu Asih berkomentar lega.

Maman yang juga terkejut mendengar hal itu menjadi malu. Tapi ia sadar bahwa ia bersalah. Ia segera meminta maaf.

"Maafmu kami terima, Cil. Tapi kami harus training kamu dulu untuk masuk tim kami, "kata Rizky.

"Sampai kapan Kak masa trainingnya?"

"Yah, minimal sampai kami lulus lah..."

Hah????

Pak Dedi mengusap rambutnya. Dinamika jadi guru, mengurusi masalah penting sampai yang kontroversial menjurus ke tidak jelas.....Pak Dedi tersenyum kecil.

Bu Asih melirik senyum Pak Dedi sambil membatin. Ternyata senyum pak guru bujang itu bisa menarik hati bu guru gadis seperti dirinya. Baru tersadar. Cieee.... jatuh cinta yaaaa.....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menarik, jenaka, diksinya asyik sekali. Rasanya cerita ini masih ingin dibuatkan sambungan guru yg jatuh cinta itu.

18 Oct
Balas

Makasih, Pak. Semoga inspirasi untuk lanjutannya datang weshhh....hehehe

18 Oct



search

New Post