fitri indrayani

Keep calm and enjoy your life....

Selengkapnya
Navigasi Web
Sekolah Laskar Pelangi

Sekolah Laskar Pelangi

Ditinjau dari luas lahan, sekolah kami hebat. Dua hektar. Ditinjau dari fasilitas, mengambil kata anak zaman now, mayan bangget. Tapiiiiii.... Muridnya dikit. Ahem.

Lha, kok bisa? Ya bisa. Orang berteori Bumi Datar saja bisa, lalu kenapa jumlah murid sedikit tidak bisa. Ehehehe.

Alasan? Satu. Jumlah pohon karet dan sawit lebih banyak dari jumlah penduduk. Dua. Sekolah swasta yang terletak dalam kompleks perusahaan negara menawarkan lokasi dan gengsi yang agak susah ditandingi.

Bentar, bentar. ini bukan sekolah di kisah laskar pelangi, kan? Yakinlah, bukan. Karena alasan ketiga, lokasi yang sulit dinegosiasi. Satu kilometer dari jalan poros melewati kebun dan kesunyian jelas bukan angan-angan anak sekarang. Malah dulu ketika jalan masuk masih sejelata tanah berlumpur sering terjadi pertemuan yang menggetarkan hati entah dengan sekeluarga babi hutan, satu circle monyet liar, atau ular yang kehilangan pegangan hidup.

Repot, repot.

Tapi di balik semua bayang-bayang semu pepohonan, para siswa dan guru di dalam sekolah kami sudah memutuskan untuk bersatu dan bertekad untuk terus melaju. Mau lambat, mau cepat, sedikit tersandung, terbawa suasana, yang penting hayyyuukk!

Kami sudah cukup bahagia jika ada tamu yang datang pasang ekspresi kaget melihat sekolah kami. Wah, ternyata bagus, ya? Kalimat itu, bukan membuat kami besar kepala, karena kami yakin kepala kami normal-normal saja. Hahaha. Karena ukurannya, saat kami keluar untuk momen-momen tertentu, ternyata kami masih mengenali dunia di luar naungan dedaunan, menang atau kalah.

Sekolah kami adalah separuh dunia kecil kami, yang pojok-pojoknya hampir seluruhnya kami kenali. Mulai dari Anjani, siswa kelas sembilan, yang mulai dari kelas delapan sudah dijodohkan Bapaknya dengan bujang matang tetangganya, sampai ibu kantin tengah yang enam anaknya jadi orang hebat semua di kota. Tapi tak satupun yang rajin kirim kuota. Hush.

Mulai dari pohon Kelampaian besar yang tak pernah menyerah hidup meskipun tiga kali diterjang karhutla, dan rontok dilanda kemarau panjang, sampai ke Hanako berambut panjang versi kampung yang sering mengintip dari toilet cewek pintu ketiga.

Sekolah kami mungkin ada miripnya dengan sekolah Laskar Pelangi yang kekurangan murid. Mungkin mirip juga dengan ragam siswanya, mulai dari yang inklusi sampai berprestasi. Tapi yakinlah, kami tidak kurang potensi. Mungkin setelah akses jalan masuk diperbaiki tahun ini, anak-anak akan berdatangan dengan gembira.

Anyway, berapapun jumlah siswa, kami masih optimis, seperti gerimis yang ceriwis membelah pikiran pesimis. Seperti ikan gabus yang tidak gabut menyambut kabut. Seperti senyum riang anak-anak yang baru datang dengan uang saku di kantong. Ahem.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post