Fitri Novianti Nataatmadja

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

BTN Part.2

Tantangan menulis hari ke-21

#tantangangurusiana

BTN part.2

Setelah kelas lima atau enam, saya menjadi lebih berani untuk mengunjungi tempat tersebut. Tapi bukan area sungai yang lebar, hanya area yang biasa dijadikan tempat mandi. Ditambah lagi, kondisinya tidak seperti sebelumnya, karena lapangan bola yang saya ceritakan sebelumnya telah disulap menjadi area perumahan baru. Dari pinggir jalan raya, hingga lapangan bola itu lah yang telah berubah, sehingga suananya menjadi lebih ramai. Sedangkan area belakangnya belum tersentuh.

Pernah suatu kali, saat itu hari Jumat dan berdekatan dengan waktu shalat Jumat, saya mengajak salah satu teman saya untuk mengunjungi BTN. Dia mengiyakan, dengan syarat tidak memberitahu orangtuanya. Dasarnya saya juga cukup bandel, saya pun pergi tidak pamit ke orangtua. Akhirnya kami pergilah ke tempat tersebut. Sampai tujuan, kami langsung berenang. Tidak lama sih, karena agak takut juga tengah hari terik kami malah berenang di tempat sepi pula. Sebenarnya saat itu saya agak kecewa, yang biasanya tempatnya teduh, saat itu sudah mulai agak panas karena tidak ada pohon- pohon tinggi di sekitar. Memang saat itu sudah mulai dilakukan pembersihan lahan untuk pembangunan perumahan.

Saat perjalanan pulang ke rumah, saya baru sadar kalau sebelah anting saya hilang. Dengan perasaan ketakutan (takut dimarahi) saya pulang ke rumah. Awalnya saya tidak cerita ke mama, tapi akhirnya beliau mengetahui jika anting sebelah saya hilang, dan saya pun menceritakan kejadiannya. Saat itu juga mama mengomeli saya. Saya tahu, beliau seperti itu karena khawatir saya mendapat kejadian buruk di perjalanan.

Terakhir kali saya mengunjungi tempat itu, di akhir kelas 6 (kalau tidak salah). Saat itu keadaanya lebih memprihatinkan lagi dari sebelumnya. Yang tadinya agak panas, malah semakin panas. Airnya tidak sejernih dulu, sudah coklat pekat dan sangat dalam, juga airnya tidak mengalir lagi. Pembangunan perumahan pun sudah semakin meluas. Hal ini sangat disayangkan, karena itu tempat favorit saya.

Tidak ada lagi sungai tempat saya berenang dan berkumpul, tidak ada lagi batu ngampar yang dulu menjadi ikon tempat tersebut. O iya, tempat itu dinamakan demikian karena ada beberapa batu besar yang bentuknya lonjong (elips) dengan posisi horizontal (menghampar) yang dalam bahasa Sunda disebut ngampar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post