DUA SISI

Dapat ide tulisan dari suatu kasus. Kasus yang diceritakan seorang ibu.

Sang Ibu menceritakan tentang kekecewaannya, iba hatinya ataupun kekesalannya tentang kejadian di suatu tempat. Di saat orang saling tegur sapa, ada yang salaman bahkan ada yang cipika cipiki, tapi ada seorang teman seprofesi yang tidak menyapanya. Bahkan dia mengatakan jempol kakinya hampir terinjak, tapi teman tersebut acuh saja, tidak menyapanya. Padahal kita punya seragam yang sama.

Intinya dalam ceritanya, sang Ibu tersebut mengajak kita semua untuk menjaga etika, jaga sikap, jauhi sikap sombong. Bersikap baiklah dengan sesama. Apalagi kita yang seprofesi.

Betul sekali. Sesama satu profesi, tidak seprofesi tetap kita haruslah saling tegur sapa.

Bagi saya sendiri ada dua pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah sang ibu.

Pelajaran pertama adalah, bahwa kita haruslah saling tegur sapa, senyum iklhas, baik itu seprofesi atau bukan, selevel atau bukan. Saling senyum, salam dan sapa tanpa syarat.

Pelajaran kedua adalah, bahwa ketika kita tidak disapa oleh seseorang, mari tanamkan sikap husnuzhon. Mungkin dia memang tidak melihat kita, mungkin pikrannya juga sedang tidak di badannya, atau hal lain yang memang membuatnya tidak menyapa kita. Kejadian tersebut juga bisa menjadi momen menghisab diri bagi kita. Mungkin inilah bagian kita. Di saat orang lain disapa dengan manis, kita tidak. Kita diacuhkan. Mari kita bermuhasabah. Introspeksi diri kita dengan membuat pertanyaan. Kenapa kita dapat bagian seperti ini? Apa yang salah dari diri saya.

Itulah dua sisi. Dua sisi yang bisa kita ambil dari satu kejadian.