Fitri Nefrita

Fitri Nefrita lahir di sebuah desa kecil di Kabupaten Lima Puluh Kota, pada tanggal 21 Oktober 1973. Lulusan Fakultas. Syariah IAIN "IB" Padang. Ibu dari dua or...

Selengkapnya
Navigasi Web

Siap Mengabdikan Diri

Siap Mengabdikan Diri

Perjalanan Vina hari ini cukup melelahkan. Lelah badan dan lelah hati. Bagaimana tidak. Dia mencari pekerjaan sekaligus mencari pinjaman uang untuk biaya rumah sakit dan biaya wisuda adiknya.

Di hatinya Vina bertekad dia akan meminjam uang di perusahaan yang bisa menerimanya bekerja hari ini. Dan akan memberikan jaminan dirinya atas pinjaman tersebut. Vina siap kerja lembur untuk membayarnya. Vina siap mengabdikan diri walau dia harus menambah jam kerja sebagai cleaning servise atau pembantu sekalipun.

Sulit memang mendapatkan pinjaman seperti itu. Dan termasuk aneh. Karena sangat tidak mungkin perusahaan memberikan pinjaman di hari dia dinyatakan diterima. Tapi Vina harus lakukan itu. Hanya inilah salah satu cara yang bisa dilakukannya sekarang.

Cuaca siang ini sangat panas. Keringat Vina bercucuran. Sudah empat tempat yang disinggahinya untuk melamar pekerjaan. Dua tempat dia diterima. Setelah dinyatakan diterima dia minta bertemu dengan pimpinan perusahaan tersebut dan setelah jelas diterima dia ajukan permohonannya. Tapi kedua perusahaan tersebut menolak, dan diapun tidak jadi bekerja.

Untuk mengobati rasa hausnya Vina berhenti dan berniat untuk minum di pinggir jalan. Dia singgah di sebuah gerobak minuman. Vina memesan segelas Jus buah, agar badannya kembali segar.

Di saat minum, Mata Vina tertuju pada sebuah swalayan yang ada di seberang jalan. . Vina sebelumnya juga bekerja di sebuah swalayan.

“Moga di sana Allah titipkan rizkiku” bisiknya dalam hati

Vina segera menyelesaikan minumnya. Setelah membayar minumannya Vina segera berjalan menuju swlayan tersebut.

“Bismillah” batinnya

***

“Selamat!” anda datang poada waktu yang tepat. Kami memang sedang membutuhkan tenaga tambahan di swalayan ini. Anda diterima” kata wanita itu pada Vina

“Alhamdulillah. Terimakasih Buk, tapi apakah saya bisa bertemu dengan pimpinan swalayan ini”. Tanya Vina.

Karyawati yang melayani Vina tadi heran dan bertanya.

“Ada keperluan apa, bukankah anda sudah jelas diterima di sini”. Besok anda mulai berkerja”.

“ Ya, tapi saya memang betul-betul ingin berjumpa dulu dengan pimpinan swalayan ini” Vina mendesak

Sang Karyawan itu agak ragu. Karena dia tadi melihat bosnya datang dengan wajah kusut. Masuk dan langsung naik ke lantai atas ke ruang pribadinya.

Tapi karena Vina memohon akhirnya dia beranikan diri untuk menghubungi bosnya

“Maaf Pak, karyawan yang baru diterima tadi minta bertemu dengan Bapak”

“Untuk apa, bukankah saya sudah perintahkan tadi terima saja kalau menurutmu dia cocok untuk bidang itu”.

“Ya betul Pak. Sudah saya terima. Tapi dia bermohon untuk bertemu Bapak” Karyawan itu bicara agak gagap.

Percakapan di telepon itu diam untuk beberapa saat.

“Oke silakan antar ke atas jangan lupa sekalian bawa curiculumvitenya” bos akhirnya mengizinkan Vina menemuinya.

“Ya Pak, Siap”.

Vina diantar oleh karyawati yang menerimanya tadi. Karyawati itu mengetuk pintu ruangan Si Boss.

“ Ya silakan masuk”

“Ini saya mengantarkan orang yang saya maksud tadi Pak.

“Oh ya, terimakasih”

Ya Pak, saya kembali ke bawah

Vina fokus dengan doa dan zikir dalam hati.

“Robbisrohlii sodrii wayasirly amri wahluluqdatammillsaani yafqohu qoulii”

Dia merasa zikir dan doa memberikan kekuatan yang luar biasa bagi dirinya.

“Silakan duduk”

“Ya Pak makasih” kata Vina dan duduk di kursi yang menghadap ke meja Si Boss”

“Ada apa?” tanyanya ketus

“Terimakasih saya sudah diterima kerja di sini Pak. Insyaallah besok saya akan langsung masuk”. Vina mengatur nafasnya. Rasa gugup mulai terasa. Dia akan menyempaikan permohonan pinjaman.

“Pak, saya dalam kesulitan. Ibu saya sekarang sedang terbaring di rumah sakit. Beliau harus segera dioperasi Adik saya minggu depan wisuda”. Suara Vina terdengar mulai menggigil. Tapi dia tetap menguatkan diri menyampaikan permohonannya.

“Saat ini saya tidak punya biaya untuk itu. Saya ingin mohon pinjaman pada Bapak. Saya siap kerja tambahan untuk membayarnya.

“Maksud kamu kerja tambahan seperti apa.

“Saya bersedia jadi CS, pembantu di rumah Bapakpun saya siap atau apa saja setelah jam kerja saya selesai”

“Siap bekerja apa saja?

“Ya, saya siap mengabdikan diri saya Pak”

“Waaaw…. Termasuuuuuuk ….” Bos menggantung kalimatnya dan tersenyum nakal.

“Saya mengatakan mengabdikan diri Pak. Bukan menjual diri” Vina menjawab sedikit emosi. Karena dia merasa dilecehkan.

“Apa bedanya bukankah katanya siap bekerja apa saja”

“Saya siap jadi pembantu di rumah Bapak” Suara Vina mulai melunak. Karena dia tau posisinya sekarang sebagai orang yang bermohon.

“Kamu sudah berkeluarga?”

“Belum Pak”

“Good, Oke, bagaimana kalau kau menikah denganku?, biaya operasi dan wisuda adikmu aku tanggung. Hutang pinjamanmu dibayar dengan menikah denganku.”

“Tidak bisa Pak. Saya berjanji segera membayarnya".

“Berapa biaya yang kamu butuhkan”

“Tiga puluh juta untuk biaya operasi ibu dan lima juta untuk biaya wisuda adikku”

“Kalau kamu setuju, sore ini saya langsung transfer”

“Saya tinggal sendiri. Kalaupun kamu mau jadi pembantu, saya tidak mau serumah dengan orang yang bukan muhrim”

Vina terdiam.Permohonan yang diinginkannya terkabul tapi konsekwensi yang harus diterimanya sangat berat. Menikah dengan orang yang sama sekali tidak dikenalnya

“Bapak tidak mengenal saya. Tidak mengenal keluarga saya”.

“Jangan khawatir. Saya belum berkeluarga. Saling kenal keluarga tidak terlalu penting. Lagi pula pernikahan ini tidak seperti pernikahan seharusnya. Tapi pernikahan bersyarat.

“Kita menikah tanpa cinta, tanpa tuntutan hak dan kewajiban, tapi harus berpura-pura bahagia di hadapan semua orang termasuk keluarga masing-masing. Kenapanya nanti akan saya jelaskan”.

Vina makin tak mengerti apa yang terjadi. Dia mencerna satu persatu kalimat si bos

“Setuju?” langsung saya transfer. Ibumu bisa operasi malam ini, dan adikmu bisa diwisuda minggu depan, tidak setuju tidak apa, silakan keluar”.

Vina terisak. Tubuhnya melorot dari kursi. Terimakasih Pak. Saya siap mengabdikan diri. Terimaski, terimakasih…. Katanya dalam tangisnya.

Fahri berdiri melihat sikap Vina.

“Berdirilah. Tidak usah berlutut seperti itu, mana nomor rekeningmu. Langsung saya transfer sekarang.

Vina segera memeriksa isi tasnya. Tangannya menggigil karena gugup.

“Ini pak” Vina memperlihatkan nomor yang ada di ponselnya.

“Sesesai”.

“Silakan keluar, nanti akan kita bicarakan lanjutannya” kata Fahri sambil menggosok keras wajahnya.

Fahri si bos swalayan inipun tidak tahu apakah ini keputusan yang tepat. Namun yang jelas ini bisa menjgaga nama baik namanya dan nama baik keluarganya, dan yang terpenting adalah ini juga sebagai balas dendam kepada mantan calon istrinya.

Setelah Vina keluar, Fahri kembali gusar. Kedua tangannya meremas kuat rambutnya.

“Aaaaah” teriaknya sambil memukulkan tinjunya ke meja.

Ingatannya kembali pada kejadian tadi pagi.

Fahri ingin memberikan kejutan pada Fifi calon istrinya. Tinggal menghitung ari, hari bahagia itu akan mereka lalui. Dia ingin mengajaknya mengambil cincin kawin pesanannya. Tanpa memberitahukan dulu Fahri datang ke tempat kosnya Fifi. Alangkah hancurnya Fahri dengan apa yang didengar dan dilihatnya di sana. Seorang laki-laki yang selama ini dikenalnya sebagi teman sekampung Fifi sedang ada di sana. Mereka duduk di kursi tamu di dalam rumah. Mereka sangat dekat..Telinga fahri mendengar jelas pembicaraan mereka berdua.

“Saya tidak bisa membiarkanmu menikah dengan Fahri, kamu mengandung anakku Vi” Laki-laki itu berkata kepada Fivi calon istrinya Fahri.

“Tapi….. Fivi tidak melanjutkan ucapannya

“Tidak, pokoknya itu tidak boleh terjadi. Kita saling suka, kita saling cinta. Bahkan sesuatu telah terjadi diantara kita. Bagaimanapun juga pernikahan itu harus dibatalkan. Kamu menikah denganku!”.

Darah fahri mendidih karena marah. Dia mengepalkan tinjunya. Dia ingin melabrak laki-laki yang sedang memegang tangan calon istrinya tersebut. Tapi diurungkan. Malahan dia bertepuk tangan dan berkata sambil senyum sinis.

“Ooooh …. Peragaan drama yang luar biasa”.

“Fahri”…Vivi kaget luar biasa. Sedikitpun dia tidak menyangka Fahri akan hadir sepagi ini.

Vina langsung berdiri dari duduknya dan berkata.

“Fahri saya bisa jelaskan” katanya dengan suara serak

Tangannya ditarik lelkaki yang dari tadi bersamanya.

“Kamu tidak usah menjelaskan Vivi, biar saya saja agar …

“Eits…. Tidak usah boss, kamu tidak perlu bersusah payah menjelaskan. Saya sudah mendengar semuanya”.

“Oke Vivi sekarang semua selesai. Mulai saat ini jangan temuai saya lagi. Dan semua yang kita rencanakan, batal”. Fahri berkata setelah itu dengan perasaan kacau luar biasa dia melarikan mobilnya.

#Drafnovel

#novel4

#Vina,janjiitutakpernahada

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap..Calon novel keren nih. Semoga sehat selalu ya Bun.

28 Sep
Balas



search

New Post