Kedatangan Orang Tua Fahri

Pulang dari pasar Vina langsung eksekusi bahan-bahan masakannya. Menu istimewa yang ingin disajikannya sore ini adalah Dendeng Lambok, sesuai dengan saran ibu. Kata ibu, karena mereka orang Minang sebaiknya kita siapkan menu Minang juga.

Dendeng lambok adalah makanan favorit Minang. Vina merebus daging yang sudah diiris tipis tersebut dengan air kelapa. Untuk setengah kg daging cukup air kelapa dari satu buah kelapa. Daging direbus dengan campuran bumbu halus yang terdiri dari jahe satu ruas jari, 3 bawang putih, satu sendok teh ketumbar bubuk dan garamsecukupnya.

“Jangan lupa sisakan sedikit air kelapa untuk ditambahkan ke bumbu halusnya nanti!” kata ibu

“Ya bu!”

Vina membuka tutup panci. Membalik dan mencek apakah dagingnya sudah empuk atau belum. Kemudian Vina memasukkan lengkuas yang sudah digeprek, dan daun salam. Aroma wanginya makin tercium.

“Tinggal menyiapkan sambalnya,” bisik Vina

Vina lalu mengambil 4 siung bawang berah, 1 siung bawang putih, satu ons cabe, separohnya digiling dan separohnya di belah saja dan bijinya dibuang. Untuk menguatkan rasa pedasnya Vina menambahkan sedikit cabe rawit. Bumbu halus ini ditumis hingga harum. Vina mengangkat dan mendekatkan sendok ke hidungnya.

“Hmmmm, wanginya.”

“Geprek dagingnya agar empuk dan dan bumbunya lebih meresap meresap,” saran ibu

Vina lalu menggeprek dagingnya, lalu dimasukkan ke bumbu halus. Ditambah sedikit cuka, tuang air kelapa dan masak lagi sampai bumbu halusnya meresap.

“Dendeng Lambok khas padang siap disajikan,” seru Vina sambil menatanya di piring.

Selanjutnya Vina memasak menu pelengkap lainnya, seperti sayur, kerupuk dan penganan manis sebagai snack penutupnya.

Jam dua segala sesuatunya sudah selesai. “Tinggal menunggu tamu datang,” pikir Vina. Lalu vinapun mandi dan istirahat sambil memainkan gawainya.

Tepat jam empat setelah Ashar, mobil Fahri tampak berbelok ke pekarangan rumah. Vinapun segera memanggil adiknya Farid yang masih di dalam kamar. Vina tidak menyambut keluar, biar Farid saja pikirnya. Vinapun menemui ibunya dan mengatakan kalau keluarga Fahri sudah datang. Vina membimbing ibu untuk duduk di ruang tamu.

Di luar tampak Farid menyambut dan menyalami tamu yang datang.

“Oh, adikku serasa tidak percaya melihat kamu bersikap dewasa seperti ini,” bisik Vina sendiri.

Farid mulai mengemban amanah menggantikan tugas bapak yang telah meninggalkan mereka. Farid menanti tamu, Farid yang akan berbicara dengan keluarga Fahri dan Farid yang akan menjadi wali nikahnya nanti. Vina betul-betul takjub melihat sikap Farid.

“Assalamualaikum.”

Waalaikumussalam warahmatullah. Silakan masuk bu, silakan masuk Pak.” Vina menyalami dan mempersilahkan kedua orang tua Fahri masuk.

Ketiga tamunya duduk di ruang tamu. Vina permisi ke belakang mengambilkan air minum dan penganan kecil.

***

“Baiklah Bu, Farid, berarti semuanya sudah jelas ya. Hari Jumat pagi kami akan menjemput Vina, Ibu, dan Farid kesini. Akad nikah dilangsungkan pagi. Setelah itu kita lanjutkan dengan resepsinya,” kata ibu Fahri sebelum mereka meninggalkan ruang tamu.

“Iya Bu, semoga Allah mudahkan segala urusan kita, dan kita semua selalu diberikan kesehatan,” jawab ibu

“Aamiin.” Kedua ibu inipun saling bersalaman dan berpelukan sebelum berpisah.

****

#Novel4

#Vina,Janjiitutidakpernahada