Fitri Nefrita

Fitri Nefrita lahir di sebuah desa kecil di Kabupaten Lima Puluh Kota, pada tanggal 21 Oktober 1973. Lulusan Fakultas. Syariah IAIN "IB" Padang. Ibu dari dua or...

Selengkapnya
Navigasi Web

Vina, Janji Itu Tidak Pernah Ada

BEBAN BERAT

Dalam sujudnya di sepertiga terakhir malam mini Vina betul-betul tersungkur. Panjatkan doa dalam isak tangisnya. Memohon kesembuhan ibunya. Memohon dimudahkan jalan untuk mendapatkan biaya operasi sang ibu serta biaya wisuda adik satu-satunya.

“Ya Allah, Engkau Maha Pemurah. Mudahkan jalanku dalam setiap urusanku. Ya Allah Ya Rozaaq. Engkaulah Yang Maha Pemberi Rezqi. Bukakan pintu rezkiMu. Ya Qowwy, Engkaulah Yang Maha Kuat. Aku hambaMu yang lemah. Kuatkan aku dalam menjalani ini semua. Ya Ghoffar. Engkau Yang maha Pengampun, jika kejadian-kejadian ini adalah teguran atas dosa-dosaku, ampunilah aku yang naïf ini Ya Allah”

Vina merasakan badannya berkeringat. Gigil malam itu telah berganti panas. Panas di hati Vina. Semangat yang kembali bangkit. Harapan mulai tumbuh setelah dia mengadukan keluh kesahnya pada Yang Maha Kuasa.

Bulir-bulir kecil terasa meleleh dari dahinya.. Dilapnya keringat yang telah bercampur air mata itu dengan telapak tangannya. Bismillah. Esok pagi harus kumulai lagi semuanya. Allah maha Kuasa. Aku yakin Dia akan berikan jalan terbaik”. Bisik Vina dalam hatinya.

Teng,teng,teng,teng… jam tua di ruang tengah rumahnya berbunyi empat kali.

Vina mengambil gawai yang terletak di meja. Dia mau menelpon adiknya yang sedang menunggui ibu di rumah sakit. Vina menarik napas panjang dan membuangnya dengan keras. Dia ingin melepaskan segala sesak di dadanya sebelum mulai bicara. Vinapun beringsut bersandar ke pinggir dipan, mencari posisi yang nyaman.

“Assalamualaikum Dek, kamu sudah qiyamullail?.

“Sudah Kak. Baru saja selesai.

“Bagaimana keadaan Ibu?

1

“Alhamdulillah beliau malam ini cukup tenang Kak. Tapi semalam dokter memang menyarankan agar operasi dilakukan secepatnya.

Sambil memejamkan mata, memanjatkan doa dalam hati, Vina berkata pada adiknya “Insyaallah besok kita bayarkan administrasinya Dek dan ibu bisa operasi secepatnya”.

Farid mengaminkan ucapan Vina.

“Sudah ya Dek. Besok pagi kakak usahakan ke rumah sakit dulu sebelum keluar.

“Ya kak , mudah-mudahan urusan kita dimudahkan Allah”.

“Aamiin.

“Assaamualaikum

“Walaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh”

Vina makin menyandarkan punggungnya ke pinggir dipan. Kepalanya tengadah diletakkan di dipan. Dia pernah membaca sebuah tulisan yang mengatakan salah satu cara menahan tangis atau mencegah air mata keluar adalah dengan menengadah atau menghadap ke atas. Dipejamkannya matanya. Namun air panas tetap masih terasa mengalir di sudut kedua matanya.

Lahawla walaa quwwata illabillah. Akhir-akhir ini kurasakan hidupku amat berat. Tapi aku yakin KuasaMu jauh lebih hebat ya Allah”, bisiknya lirih sambil menyeka air mata yang hampir masuk ke telinganya.

***

Setelah shalat subuh, Vina mempersiapkan segala sesuatunya untuk di bawa ke rumah sakit. Sewaktu mengambil baju ibu di lemari, tanpa sengaja Vina memegang baju almarhum bapaknya. Spontan baju itu diambil dan dipeluknya. Kembali air mata mengalir deras. Vina bersimpuh dan menutupkan baju itu ke wajahnya. Dalam isak tangis dan kepala yang makin lama makin merunduk.

2

“Ayah, maafkan Vina belum bisa menanggung beban ini”. Maafkan Vina yang belum bisa memenuhi amanah yang ayah titipkan pada Vina. Namun Vina akan tetap usaha Yah, Vina akan carikan pinjaman untuk biaya operasi Ibu dan wisuda Farid secepatnya.”

Setelah meletakkan kembali baju ayahnya ke lemari, Vina melanjutkan pekerjaannya menyiapkan barang-baranng yang akan dibawanya ke rumah sakit.

Sambil mengunci pintu Vina panjatkan doa keluar rumah “Bismillaahi tawakkaltu alalloh , lahaula walakuwwata illa billah”. Vina mulai langkahkan kakinya dengan menyebut nama Allah. Dia serahkan urusannya pada Allah Yang Maha Kuat.

Vina ke rumah sakit dengan angkot. Motor satu-satunya dipakai Farid waktu ke rumah sakit kemaren sore. Perjalanan ke rumah sakit melewati swalayan tempatnya selama ini bekerja. Sebenarnya di sini dia menempati posisi yang bagus. Bekerja di kantor bagian pembukuan.. Namun karena suatu alasan ia memilih mengundurkan diri seminggu yang lalu, dan ternyata beberapa hari setelahnya dia butuh biaya besar untuk operasi ibunya dan biaya wisuda adiknya.

Bibirnya tersenyum getir melihat ke swalayan tempatnya bekerja dulu. Kembali terbayang diingatannya kejadian yang membuatnya harus mengundurkan diri.

***

“Maafkan aku Vin. Aku dijodohkan, dan aku tidak berani membantah permintaan orang tuaku.” Ucap Seno sore itu.

Seno adalah laki-laki yang selama ini mengisi hari-hari Vina. Hubungan yang telah terjalin dua tahun akhirnya kandas dengan satu kata “dijodokan”.

“Yah akupun tidak ingin kamu menjadi anak durhaka hanya demi mempertahan hubungan kita.” Kata Vina pasrah. Tanpa bisa ditahan air matanya jatuh juga.

3

“Aku hanya menyesali kamu yang tidak berniat sedikitpun untuk berterus terang pada orang tuamu tentang hubungan kita. Atau memang selama ini kamu tidak serius denganku?”

“Tidak Vin. Sedikitpun aku tidak bermaksud mempermainkanmu. Aku serius. Tapi ini semua di luar kendaliku”. Jawabnya cepat

Wajahnya yang dibuat memang seperti orang bermasalah berat. Seakan-akan dia jadi korban dalam masalah ini.

“Kamu sudah makan?” Tanya Seno

“Belum” Vina menjawab

“Aku juga belum. Tidak ada nafsu makan” Seno bicara dengan lesu.

“Aku doakan kamu dapat laki-laki yang lebih baik dari aku”. Katanya.

Vina ingin teriak waktu itu dengan mengatakan bahwa dialah lelaki terbaik itu, dan tidak mau yang lain. Tapi sykurlah otak warasnya masih berjalan. Walau dalam isak tangis Vina tetap mengaminkan dalam hati.

“Terimakasih atas kebaikanmu selama ini, permisi saya mau pulang. Assalamualaikum”. Ucap Vina sambil beranjak meninggalkan kursi di teras rumah kost Seno itu.

“Waalaikumussalam” Jawab Seno dingin

Setelah beberapa langkah Seno mengucapkan kalimat yang selalu dia ucapkan kalau akan berpisah. Kalimat yang biasanya sangat manis di telinga Vina. Kalimat yang biasanya dijawab dengan anggukan dan senyum manis, kali ini terasa sangat hambar, dan terkesan dibuat-buat.

“Hati-hati ya”

Vina tertegun, tanpa menjawab dan tanpa menoleh ke belakang. Kemudian Vina melanjutkan dan mempercepat langkahnya meninggalkan Seno.

4

Sejak itu Vina merasa tidak nyaman lagi bekerja di swalayan itu, karena harus bertemu dengan Seno setiap hari yang juga bekerja di tempat yang sama. Seminggu setelah kejadian itu tanpa pikir panjang Vina mengundurkan diri dari pekerjaan itu. Tekadnya hanya satu “tidak ingin bertemu lagi dengan Seno”.

Lamunan Vina terhenti karena angkot sudah sampai di depan rumah sakit tempat ibunya dirawat.

“Rumah sakit kiri Bang”

Angkot berhenti. Vinapun bergegas turun. Setelah membayarkan ongkos ke sopir angkot Vina langsung berjalan dengan langkah cepat di koridor rumah sakit menuju ruangan tempat ibunya. Untung saja Vina datang di jam bezuk sudah buka.

Dibukanya pintu kamar itu dengan pelan.

“Assalamualakum “bisiknya lembut

“Waalaikumussalam warahmatullah” Farid yang terbangun mendengar ucapan salam. Walaupun ucapan salam itu dengan berbisik tapi dapat membuat Farid terbangun. Farid memang siap siaga menjaga ibunya di rumah sakit. Tidurpun kadang hanya di kursi di dekat dipan Sang Ibu.

“Ibu masih tidur?” tanyanya pada Farid

“Betul Kak”

“Apakah kamu tadi ada ajak ibu shalat subuh?” tanyanya lagi

“Ada kak. Jam Setengah enam tadi beliau sudah dibersihkan perawat jaga. Pakaianpun sudah diganti dengan pakaian yang kakak anatar sore kemaren. Setelah itu saya tayamumkan, dan beliau shalat. Siap shalat beliau tidur lagi”.

‘Vina berjalan mendekati tempat tidur ibunya. Diciumnya kening ibu. Ibunya terjaga. Vina memberikan senyum manisnya. Ibunyapun tersenyum pada Vina. Insyaallah ibu akan operasi secepatnya. Pagi ini Vina akan carikan jalannya agar kita dapat biaya itu. Ibu menatap Vina dalam-dalam.

“Jangan dipaksakan” kata ibu dengan suara berat.

“Tidak Bu. Ibu jangan khawatir. Vina tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh. Insyaallah Allah akan berikan kemudahan untuk kita”. Vina meyakinkan ibunya sambil tersenyum.

Setelah menyerahkan segala sesuatu barang kebutuhan Farid dan ibunya, Vina mohon izin pada ibu dan adiknya.

#DrafnovelVina,Janjiitutakpernahada

#Novel4

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

26 Sep
Balas

makasih pak.... salam literasi juga

26 Sep
Balas

Keren. Lanjut Bunda.

26 Sep
Balas

makasih bunda ....

08 Oct

Mantap sekali ceritanya. Banyak mengandung unsur religius. Mohon ijin follow Bun say

26 Sep
Balas

makasih bund.... ana folback ya

08 Oct



search

New Post