Fitrisia Dairoza

Mama adalah orang tua terbaik dan guru favoritku. Semoga aku bisa seperti mama. Terbaik buat anak -anak dan peserta didikku. Panggilanku Roza. Lahi...

Selengkapnya
Navigasi Web

Ternyata Mereka Pendendam

Ternyata Mereka Pendendam

Fitrisia Dairoza

Suara gonggongan anjing malam itu membangunkanku dari tidur nyenyak. Aku teringat sesuatu, sebelum tidur lupa memasukkan sepeda yang masih tergeletak di pekarangan. Meskipun dengan langkah kaki masih sempoyongan dan netra yang belum terbuka sempurna, aku berjalan menuju pintu depan. Niat hati ingin memasukkan sepeda ke dalam garase.

Sebenarnya ada rasa takut untuk ke luar rumah pada malam hari, sebab di daerah tempat tinggalku letak rumah sangat berjauhan. Saking jauhnya, bila berteriak akibat suatu kejadian, teriakan kita tidak terdengar sampai ke rumah tetangga. Akan tetapi, karena takut kehilangan sepeda aku beranikan diri sendirian ke luar. Meski pun dengan hati sedikit deg-degan.

Begitu pintu terbuka, kulihat ada dua tamu tak diundang yang tidur nyenyak di atas kursi panjang yang terletak di teras rumah. Di kursi itulah biasanya kami sekeluarga setiap sore duduk santai minum teh sambil melihat hijaunya tanaman sayur di pekarangan menunggu magrib tiba. Melihat kehadiranku, belum dihardik dengan ketakutan mereka lari pontang-panting.

Setelah mereka pergi, aku berjalan menuju pekarangan. Alhamdulillah, tiga buah sepeda masih ada di sana. Sambil melihat kanan kiri satu per satu sepeda tersebut aku masukkan ke dalam garase, kemudian menguncinya. Aku pun melangkah masuk kembali ke dalam rumah, tetapi sebelumnya kursi panjang yang terletak di teras direbahkan agar tidak ada lagi yang numpang tidur.

Setelah melaksanakan salat tahajud aku kembali melanjutkan tidur yang terputus tadi. Udara malam yang sangat dingin membuat tidurku sangat pulas, akhirnya terbangun mendengar suara azan subuh dari masjid yang terletak di seberang sungai tak jauh rumah.

Aku segera bangun dan melaksanakan salat subuh. Setelah itu langsung mengerjakan pekerjaan rutin sebagai ibu rumah tangga, mencuci, memasak, membereskan rumah bagian dalam serta menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak tercinta.

Setelah sarapan pagi aku melepas suami serta anak-anak yang akan berangkat kerja dan pergi sekolah ke pintu depan. Alangkah terkejutnya aku melihat teras sangat berantakan. Pot bunga beserta isinya berserakan di lantai. Beberapa sandal jepit yang ada di sana sudah putus. Sarung kursi yang semalam kurebahkan koyak-koyak. Begitu juga dengan mainan anak balitaku rusak tercerai berai.

“Pasti ini ulah dua ekor anjing semalam,” batinku. Mereka memporak porandakan semuanya, karena tidak bisa tidur kembali di kursi yang sudah kurebahkan. Ternyata mereka pendendam juga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post