Putih Biru

Putih biru menjadi saksi bisu, peralihan masa yang ditunggu-tunggu, oleh insan yang mempunyai fase baru, disitu tersimpan sedikit rasa malu. Biasanya diri ikut keluarga itu, tak mampu menghadapNya karna sebab tertentu, dicoba untuk mengerjakan aktivitas yang saya mampu, dengan rasa ikhlas mengharap ridho Allah SWT yang Maha Tahu.

Ketika ustaz dan ustazah, menjelaskan itu di madrasah, baru hati ini tidak terasa resah dan jiwa terasa gundah, muka mulai tampak cerah, itu adalah hal yang lumrah. Untuk kaum hawa yang mulai tercurah, masa transisi yang diizinkan Allah yang Maha Pemurah, yang ditujukan pada hamba yang curah, mengucapkan lafaz- lafazNya yang indah.

Mulai saat itu, Kodrat yang dihadapi sudah diterima dengan tenang, pengetahuan yang dimiliki sudah berkembang, materi yang dicurahkan oleh ustaz dan ustazah diterima secara gampang, untuk meujudkan cita-cita yang mejulang demi masa depan yang panjang.

Pembelajaran lain selalu diikuti, satu persatu ditapaki, mulai dari mata pelajaran Hadis, Fikih dan SKI, mata pelajaran umum juga dijalani, termasuk Geografi, Sejarah dan Akuntansi, juga ilmu hitung mulai dari kubus, balok dan segi tiga sama sisi, semuanya sudah tertera pada silabus yang tertata rapi, disusun oleh para ahli, atas instruksi dari mentri.

Disamping itu mata pelajaran pondok juga dipelajari, semuanya harus dijalani, sesuai waktu yang diberi oleh ustazi dan ustazati, yang telah membekali kami, mudah- mudahan selalu melekat dihati, sebagai modal hidup yang dihargai oleh insani yang berbakti pada Ilahi Robbi.

Yang paling istimewa ketika putih biru, ketika ayah dan ibu ikut menjadi dua guru, mendidik dan mengajarkanku, di madrasah yang kutuju, ku harus punya jiwa semangat untuk maju, supaya tidak ada rasa hina dan malu, ketika pelajaran tersimpan masih secara semu, aku selalu harus banyak berguru.

Putih biru memberi ruang dan waktu, selalu giat dan ikhtiar selalu menimba sejumlah pengetahuan dan ilmu, sebagai lentera hidup penerang yang semu, terang terasa jika ada lampu. Itulah ibaratnya ilmu yang menerangi jiwa dan hati yang ragu, untuk meujudkan impian dan harapanku, setiap ditanya orang padaku, secara spontan dan rileks lidah mengucapkan untuk menjadi guru, tetapi aku masuh ragu apakah aku bisa mengucakkan semua itu ?.

Ayah dan ibu ikut membantu menjawab semua itu, sekarang bulatkan niat dan tekadmu, tanamkan semangat dan kesungguhanmu untuk menjadi guru, kamu harus tahu dengan pepatah arab yang berbicara tentang itu. Yaitu:

من جد وجد من كسل خسر

Artinya: Siapa yang bersungguh- sungguh dia sukses, siapa malas

dia rugi

Sejenak aku berfikir dan menghayati, apa yang sudah disuguhi terbesit didalam hati, menerima semua studi yang diberikan itu sangat berarti. Terima kasih ustaz dan ustazah yang telah menjembatani, untuk meujudkan impian dan harapan yang ada didalam hati,yang telah diberikan oleh yang Maha Tinggi, Allahu Robbi.

PadaNya aku berserah diri dengan berusaha dan berbenah diri, restu orang tua yang selalu mengiringi. Mudah- mudahan hidup ini akan selalu berarti , menjalankan perintah yang kuasa dengan mengabdi, serta melaksanakan ibadah sebagai pembela diri untuk hidup akhir di akhirat nanti.

Selamat membaca artikel pertama Fitri