Situasi seperti semalam sudah berlangsung selama lima hari. Mereka bertemu tapi tidak pernah benar-benar bertemu. Sarah menjadi canggung. Merasa bersalah atas ide gila yang disampaikannya kemarin. Dia hanya merasa sudah hampir tak sanggup untuk berpura-pura lagi.

Memang perkenalan mereka sangat singkat hanya enam bulan setelah pertemuan pertama. Orang tua mereka berteman sejak lama dan sepakat untuk menjodohkan keduanya. Sarah sudah sempat menolak perjodohan tersebut tapi, apa daya penolakan itu berujung perang dingin antara Sarah dan ayahnya. Sarah tak mau disebut sebagai anak durhaka jadi terpaksa dia menerima David sebagai suaminya. Tetapi ternyata itu menjadi beban untuk Sarah. Hidup bersama dengan seorang yang baru dia kenal, beda karakter, beda kebiasaan, beda selera makan, beda hobi, beda pemikiran, dan perbedaan lain yang membuat Sarah merasa tidak nyaman. Namun, yang utama sebenarnya Sarah tidak memiliki perasaan lebih pada David.

Berbeda dengan David, dia justru jatuh cinta pada pandangan pertama ketika melihat Sarah. David sungguh bahagia bisa menjadikan Sarah sebagai pendamping hidup. Selama dua tahun menjalankan pernikahan David selalu melakukan yang terbaik sebagai suami. Walau terkesan cuek tetapi perhatiannya berlimpah untuk Sarah. Apapun dia berusaha lakukan demi Sarah bisa tersenyum. Namun, setelah pertemuan mereka sore itu, mendengar apa yang disampaikan Sarah, David merasa gusar.

- bersambung -