Dalam undang-undang perlindungan anak No. 23 Tahun 2002 Pasal 54 dinyatakan bahwa “Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya. Undang-undang tersebut dengan tegas menyebutkan amanat yang harus dipenuhi, yakni melindungi anak-anak di sekolah dari semua macam tindak kekerasan. Bullying sebagai salah satu bentuk tindak kekerasan yang bias mengancam perkembangan anak di masa depan harus mendapat perhatian yang lebih serius dari guru, orang tua, para murid dan terlebih lagi pemerintah.

Upaya pencegahan dan penanganan bullying yang lebih konsen dan serius perlu segera dilakukan. Jika tidak segera dilakukan maka bullying ini akan mereproduksi tindakan kekerasan yang ada di sekolah karena pada umumnya pelaku bullying cenderung mengulang perbuatannya yang mengakibatkan korban bullying akan melakukan hal yang sama yaitu tindakan bullying jika ada kesempatan pada korban berikut.

Tindakan bullying bisa dihentikan bila seluruh pihak turut bertanggung jawab mulai dari pemerintah, sekolah, orang tua dan siswa. Pemerintah tidak hanya mengeluarkan undang-undang tentang perlindungan anak tetapi harus disosialisasikan kepada guru, orang tua siswa dan siswa agar memahami bahwa ada regulasi yang sah untuk setiap tindakan bullying yang dilakukan saat berada di lingkungan sekolah. Selanjutnya dilakukan monitoring untuk menindaklanjuti perkembangan kasus yang terjadi lalu dilakukan evaluasi agar ada perbaikan demi terwujudnya rasa aman dan nyaman bagi siswa. Kurikulum pendidikan profil pelajar Pancasila yang memiliki enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif, seperti dikutip dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi harus lebih fokus dan dikuatkan. Profil lulusan harus mampu menunjukkan karakter yang mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila.

Penanganan bullying pelajar di sekolah harus meliputi berbagai segi termasuk individual, akademik, kultural, spiritual, dan sosial. Pihak sekolah mengadakan program seminar yang membuka wawasan tentang bullying bukan hanya sekedar pengertian bullying tetapi cara memberantas bullying serta dampak bullying bagi para siswa untuk masa depan. Guru harus selalu memberikan kalimat positif pada siswa setiap hari. Misalkan kamu adalah anak yang baik. Jika hal itu dilakukan secara konsisten dan berulang setiap hari, kalimat positif tersebut akan terserap dan tertanam dalam diri para siswa sehingga mereka akan menyadari bahwa dirinya adalah anak baik dan secara otomatis akan berpengaruh pada perilakunya yang baik. Dari sisi spiritual guru juga perlu menekankan sikap saling mengasihi dan menghargai pada sesama bahwa kita manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan diciptakan unik dan berharga. Orang tua perlu menjalin komunikasi yang terbuka dengan anak, menerapkan pola asuh yang menekankan pada dukungan, menciptakan lingkungan penuh kasih sayang di rumah. Bagi pelaku bullying agar dilakukan pembinaan untuk dikonseling agar bisa menyadari bahwa perbuatan tersebut adalah hal yang berdampak negatif dan sangat merugikan. Bagi para korban bullying yang bisa dilakukan yaitu harus berani mengungkap jika mengalami bullying, melakukan hal yang positif agar bisa berprestasi sebagai profil pelajar Pancasila yang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.