Apa yang Kau Cari, Pak? (31)
Apa yang Kau Cari, Pak? (31)
Ada sedikit ucap yang kutahan. Tapi hatiku berkata, mungkin ibu tiri Mas Itok lah yang punya salah. Seperti yang diceritakannya padaku dulu. Ikut bergabung sarapan bersama Mas Bejo sebelum berangkat sekolah. Bukan nasi dan lauk yang di dapat tapi siraman secangkir kopi panas ke tubuhnya. Untunglah Mas Itok sudah berbaju seragam lengkap. Tak seperti hari biasanya. Pekerjaan rumah tangga terakhir yang dia lakukan adalah mengepel lantai bertelanjang dada.
Melihat ibu tirinya ke luar rumah, sesegera mungkin dia ikut bergabung Mas Bejo yang asyik menikmati sarapan. Hal yang tak pernah dia lakukan selama ini. Kesempatan emas, pikirnya. Sayang sekali dia tak menyadari kedatangan ibu tirinya yang tahu-tahu sudah di belakangnya. Aroma khas kopi menyeruak dari cangkir yang dibawa ibu tirinya. Namun tidak untuk disajikan di atas meja makan. Tapi mampir membasahi seluruh seragam putihnya.
Tak urung rasa panas yang mengguyur seluruh tubuh, ditahannya bersama air bening yang hampir saja meluncur. Bapak mertuaku yang melihat kejadian itu, bukan membelanya. Justru ikut menyalahkan Mas Itok.
"Anak tak tahu diri! Pekerjaan baru selesai, langsung saja seperti raja! Nongkrong ikut sarapan!" Sergah ibu tiri Mas Itok.
"Cepat, ganti baju sana! Masih juga diam saja!" Tambah bapaknya.
Aku bisa memaklumi bila rasa kecewa, terluka, dan direndahkan seperti itu masih bertengger di batinnya. Toh, semua pekerjaan sudah selesai. Mas Bejo sarapan tiap hari sebelum berangkat sekolah. Sedang baru kali ini dia ikut sarapan. Itu pun tak seperti Mas Bejo yang berlauk segala rupa.
Bersambung ....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren kisahnya, walau penuh luka.. Menjadi pelajaran bagi ibu tiri yang baca.. haha.. Lanjuuut. Sukses selalu
Haha...trmksh mas gr
Duh, luka hati yang teramat dalam. Pantas Itok begitu. Lanjut, Oma
Btl say. Kasihan ya? He he...
Sabar ya Mas Intok.Selamat menunaikan tugas among tamu. Terima kasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk SKSS dan berbagi kebaikan.
Trmksh p Dhe sht sllu
Luar biasa Bunda penuh inspirasi dan mencerahkan
Tx
Sabar ya Mas Itok
Siaapp...mas Heru
Duh cantiknya bunda
Amin. Trmksh bunda
Duuuh jahatnya
He he...bgtlah, say.
Hampir di semua tempat, sifat ibu tiri identik dengan kekejaman. Saya juga pernah punya ibu tiri, dan rasanya tak pernah bisa damai
Bgt ya, Pak? Smga tak membawa luka
Duh cerita kang Jeng Mami..sungguh sangat mengharukan... lanjut Oma... Sukses selalu
Hahahaa...kanjeng mami kemayu ya, bunda?
Kisah Mas Itok yang bikin nyesek.... Lanjut, Bu. Salam bahagia.
Trmksh hadirnya bunda
Kanjeng mami Oma nggak seperti itu kan pada menantunya? Keren konflik kisahnya, Oma. Happy vacante. Salam literasi.
Ga bangettt, dong. He he...slmt berlbr jg pbIsak
Pantas Mas Itok begitu dendam. Sukses selalu untuk Oma.
Bgtlah bunda. Trmksh bunda