Terbayar Sudah dengan Santet (5)
Terbayar Sudah dengan Santet (5)
Sejak itu tiap hari kami semua bangun lebih pagi. Hanya adik bungsuku yang tetap tidur hingga pekerjaan kami selesai. Dua orang kakakku ikut ibu ke pasar dengan membawa gerobak kecil yang dibuatkan bapak. Ketika pulang gerobak itu penuh jerigen minyak tanah yang berjajar rapi dan beberapa keranjang belanjaan ibu di atasnya. Mereka harus berhati-hati, selain perlu menyeberang dari agen minyak tanah, melewati jalan yang dilalui bis antar daerah, juga menjaga jangan sampai minyak tanah tumpah hingga mengenai barang lain. Sebagian besar belanjaan ibu adalah bahan mentah.
Anak nomor 4, satu-satunya saudara perempuan kami. Tak ada kata manja untuk dia. Hanya saja kami memperlakukannya secara istimewa. Seperti yang pernah terjadi di sekolahnya dulu. Dia mendapat perundungan dari kakak kelasnya yang tak naik kelas dan sekarang jadi teman sekelasnya. Karena tak mau memberi contekan saat ulangan, pulang sekolah rambutnya dijambak, ditarik dari belakang beberapa kali bahkan tak hanya satu orang. Anik, nama provokator itu sebetulnya juga tetanggaku sendiri.
Begitu kami mendapati adik kami satu-satunya pulang dengan berurai air mata, kami pun curiga. Ku tanya dan memintanya bercerita dengan jujur. Tak tunggu lama langsung ku datangi sekolahnya. Anik dan kroninya masih tertawa terbahak-bahak menceritakan kesedihan Kenes, adik kami. Ku labrak dengan membawa tongkat Pramuka yang biasa digunakan untuk berlatih.
"Sini! Maju satu per satu boleh! Keroyokan juga, silakan! Hadapi aku, seperti merundung adikku tadi!" Teriakku dengan mata penuh kemarahan.
Bersambung ....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap kisahnya Oma gaul. Jadi ikutan geram dengan pelaku perundungan. Hajaaar.. haha. Lanjuut. Sukses selalu
Hahaaa...hajarrr...
Dari dulu tukang bully memang kejam. Apa yang akan terjadi?
Hehe...bgtlah say
Kakak keren... tapi semoga hanya untuk menakuti tuh tongkat pramuka ya oma cantiik...
Hahaa...nm nya sj org membabi buta, say.
Luar biasa Bunda penuh inspirasi dan mencerahkan
Trmksh
Wah kisah keberanian yang keren bucan
Hahaa...berani krn nekat bunda
Kisahnya mulai terasa gurih" enyoy. Sedap. Mohon maaf lahir batin ya, Oma.
Hahaa...trmksh, Ambu. Smga sgra rindu Sala.
Wuih, Kangmase maju.... Hayo siapa berani? Lanjut, Bu. salam sukses.
Hahahaaa...siap jd tameng buat adiknya, Bunda.
Makin menarik ceritanya. Lanjut Oma.
Siap, Bunda
Seru ceritanya! Ditunggu lanjutannya
Siap p gr
Seru ceritanya. Ditunggu kelanjutannya
Siappp, p gr