FREDERIKA WALTEN

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI METODE STORYTELLING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI METODE STORYTELLING DI KELOMPOK B TK TUNAS KEMALA BHAYANGKARI 11 MIMIKA

Frederika Walten, [email protected]

Program Pendidikan Profesi Guru, IKIP Siliwangi Bandung

Abstrak

Hasil pengemtan guru selama proses pembelajaran pengembangan bahasa, kemampuan anak-anak saat bercerita, menyimak, dan mengungkapkan bahasa dinilai sangat rendah. Hasil pembelajaran terakhir tentang tema aku mau SD, setiap anak memiliki tugas untuk menceritakan apa yang diketahui tentang SD. Anak-anak cenderung diam dan tidak bisa mengungkapkan apa yang dimaksudnya. Sebagian anak menyampaikan maksudnya dengan kata pendek dan kalimat yang tidak jelas dan harus dibantu melengkapi sebuah kalimat untuk menjelaskan informasi yang diketahuinya tentang SD. Kesesuaian pemilihan metode yang sesuai dengan kebutuhan belajar anak akan mengoptimalkan perkembangan empati anak. Pengembangan rasa empati sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak melalui dukungan guru melalui model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Melalui storytelling anak dapat mengambil nilai-nilai dalam cerita yang dibacakan oleh guru, kemudian anak akan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Ungkapan perasaan dan memahami suati peristiwa / kondisi dalam cerita, dapat di lihat saat kegiatan storytelling. Keberhasilan penelitian di TK Tunas Kemala Bhayangkari 11 Mimika dalam peningkatan penguasaan bahasa melalui metode story steling terlihat pada setiap siklus mengalami peningkatan. Pulang dengan memakai pokok bahasan yang sama memberikan pemahaman yang bermakna kepada anak-anak dan dapat menambah kosakata titik sehingga kata-kata yang digunakan saat story telling lebih banyak, dan mengungkapkan kalimat untuk menyampaikan informasi lebih jelas dan dipahami oleh orang lain. Perubahan pada penataan lingkungan kelas juga berpengaruh kepada hasil belajar anak. Perubahan penataan lingkungan kelas sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dalam perbaikan pembelajaran akan dapat mendukung hasil belajar anak. Pengulangan kegiatan dengan pokok bahasan yang sama pada story telling memberikan pemahaman dan kesempatan kepada anak untuk lebih bereksplorasi tentang pokok bahasan dengan tema aku mau masuk SD.

Kata Kunci : bahasa, storytelling, anak usia dini

PENDAHULUAN

Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini merupakan upaya untuk meletakkan dasar ke arah pertumbuhan sesuai dengan karakteristik anak dan tahapan tumbuh kembang sesuai dengan usianya. Tercapainya dasar keterampilan berbahasa pada anak usia dini ditentukan oleh pengetahuan dan informasi serta stimulasi yang didapatkan saat kegiatan pengembangan di sekolah. Pemahaman orang tua dan guru tentang pentingnya perkembangan bahasa pada anak, dapat mendukung keterlaksanaan kegiatan pengembangan dan stimulasi yang dilakukan di sekolah dan di rumah. Mengenalkan berbagai teori pengembangan bahasa dilakukan dalam kegiatan parenting, dan pemberian note di grup WhatsApp masing-masing. Tahapan-tahapan tertentu pada perkembangan bahasa anak usia dini, dapat diterapkan melalui kebiasaan dan pemberian motivasi di rumah serta dukungan kegiatan main di sekolah titik sehingga perkembangan bahasa anak dapat diwujudkan melalui kegiatan yang menyenangkan dan bermakna..

Bahasa bagi seluruh manusia sesungguhnya menjadi salah satu kemahiran yang harus dimiliki. Setiap manusia harus memiliki kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa seseorang mempengaruhi kemampuan dalam berinteraksi, menyelesaikan tugas-tugasnya, dan memberi serta menerima informasi dalam aktivitas sehari-hari. Anak usia dini memerlukan bahasa untuk dapat mengembangkan kemampuan diri melalui kegiatan bermain pembelajaran dan bersosialisasi di rumah serta di sekolah. Kemampuan bahasa pada anak usia dini dapat diperoleh melalui stimulasi yang diberikan oleh orang tua, guru, dan lingkungan sekitar.

Melalui aktivitas pengembangan bahasa dalam kegiatan stimulasi anak dapat memperoleh bahasa, mengungkapkan bahasa, serta memproses bahasa sebagai pengetahuan baru. Kemampuan anak untuk memperoleh dan memberikan informasi kepada orang lain sangat erat kaitanya dengan kemampuan berbahasa yang dimilikinya. Perkembangan Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain (Syamsiyah, 2022).

Hasil pengemtan guru selama proses pembelajaran pengembangan bahasa, kemampuan anak-anak saat bercerita, menyimak, dan mengungkapkan bahasa dinilai sangat rendah. Hasil pembelajaran terakhir tentang tema aku mau SD, setiap anak memiliki tugas untuk menceritakan apa yang diketahui tentang SD. Anak-anak cenderung diam dan tidak bisa mengungkapkan apa yang dimaksudnya. Sebagian anak menyampaikan maksudnya dengan kata pendek dan kalimat yang tidak jelas dan harus dibantu melengkapi sebuah kalimat untuk menjelaskan informasi yang diketahuinya tentang SD.

Pengembangan bahasa anak usia dini tidak hanya membaca dan menulis. Tetapi mengungkapkan bahasa secara lisan untuk bertanya dan menyampaikan informasi dengan jelas dan dapat dipahami oelh orang lain.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti memfokuskan tindakan perbaikan dalam peneltian ini dengan merumuskan masalah ”Bagaimana mengembangkan kemampuan bahasa melalui metode storytelling dikelompok B TK TUNAS KEMALA BHAYANGKARI 11 MIMIKA?”. Pelaksanaan penelitian dalam siklus tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak di kelompok B. Peneltian ini juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai pendidik dapat merancang kegiatan perbaikan dan menyusun perencanaan pembelajaran. Melatih guru untuk merefleksi setiap pembelajran yang dilakukan. Dengan refleksi diharapkan guru dapat menyusun dan merencanakan perbaikan dalam setiap kegiatan pembelajarannya.

Pada masa kanak kanak anak mau berada pada Fase pertumbuhan dan perkembangan yang disebut Golden age. Yaitu masa pertumbuhan di mana seluruh aspek perkembangan anak berkembang lebih cepat daripada masa masa yang lain dalam pertumbuhannya. Masa kanak kanak ini memerlukan perhatian ekstra dan stimulasi yang tepat karena setiap kelebihan dan keistimewaan Pada diri anak akan terlihat dan mendapatkan stimulasi sehingga dapat berkembang sesuai dengan arah pertumbuhan dan perkembangannya. Kehidupan selanjutnya Pada masa setelah masa kanak kanak juga ditentukan dari pengembang perkembangan dan pertumbuhan pada masa kanak kanak.

Maria Montessori dalam Britton (1992:13), seorang tok oh pendidikan anak usia dini yang terkenal, menyatakan bahwa masa kritis pertumbuhan anak yang menentukan kondisi perkembangan dan pertumbuhannya di masa depan berada pada masa usia sejak lahir sampai enam tahun. Kepekaan dan sensitivitas anak dalam menerima berbagai stimulus ditunjukkan pada masa ini. Stimulasi yang diberikan kepada anak baik secara langsung maupun didapatkan pada saat kegiatan bermain di lingkungannya akan ber memberikan dampak pada perkembangan selanjutnya. Sama halnya dengan perkembangan bahasa. Stimulasi dasar yang diberikan pada perkembangan bahasa anak pada saat Menyampaikan dan menerima informasi dengan cara menyimak, berbicara, serta kegiatan membaca dan menulis. Stimulasi yang diberikan harus seimbang agar diperoleh perkembangan yang optimal.

Pengungkapan bahasa dapat dilakukan pada kegiatan pengembangan bahasa lisan, tulisan, dan isyarat melalui ekspresi wajah. Pengungkapan bahasa diungkap Disampaikan melalui pemikiran dan emosi dalam bentuk simbol simbol. Selanjutnya menurut Santrock (2007:353) bahasa adalah suatu bentuk komunikasi yang berupa lisan, tertulis atau isyarat yang berdasar pada suatu sistem dari simbol-simbol. Bahasa merupakan media yang digunakan untuk menjalin komunikasi dengan merangkai berbagai macam variasi dan memadukannya dan tetap memegang aturan aturan dari sebuah kata dan kalimat. Dengan bahasa seorang anak dapat menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan perasaannya melalui ekspresi diri kepada orang lain. Berinteraksi dengan orang lain juga membutuhkan bahasa melalui kegiatan komunikasi. Peran penting dalam pengembangan bahasa di taman kanak kanak. Dijelaskan dalam Depdikbud (1996) Dasar dalam pelaksanaan program pembelajaran pengembangan bahasa, guru harus memiliki pengetahuan tentang perkembangan dan pembaharuan pengembangan bahasa. Interaksi dengan lingkungan sekitar dan bersosialisasi dengan teman sebaya membutuhkan komunikasi.

Kemampuan anak dalam berkomunikasi khususnya berbicara ditentukan oleh kemampuan dalam kejelasan mengucapkan setiap kata, banyak sedikitnya perbendaharaan kata yang dimiliki, serta kemampuan mengekspresikan diri saat menyampaikan perasaan dan gagasannya. Pengembangan bahasa pada anak dapat dilakukan secara alamiah dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas ataupun di sekolah. Yaitu dengan cara bercerita, bertanya dan menjawab pertanyaan, serta bermain dengan teman temannya. Oleh sebab itu guru perlu memberikan kesempatan kepada anak baik formal dan nonformal. Kesempatan alamiah dengan mengeksplorasi diri dalam berkomunikasi, mendapatkan kosakata baru, dan mengenal berbagai bunyi untuk dapat mengembangkan variasi dan kompleksitas berbahasa.

Pengalaman yang didapatkan secara alamiah dalam kegiatan berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman sebaya dan lingkungan sekitarnya, dapat mendukung dan menambah perbendaharaan kosakata anak serta kemampuan artikulasi kejelasan pengucapan bahasa. Kemampuan anak untuk memahami syntax is atau tata bahasa juga dapat dipelajari saat merangkai kata kata seperti kalimat tanya, menjawab pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Misalnya, “Rita memberi makan kucing” bukan “kucing Rita makan memberi”. Semantik maksudnya penggunaan kata sesuai dengan tujuannya. Anak taman kanak-kanak sudah dapat mengekspresikan, keinginannya, penolakan, dan pendapatnya, dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang tepat. Misalnya,”tidak mau” untuk menyatakan penolakan.

Kemampuan anak dengan mulai meniru kata yang diucapkan orang dewasa di sekitarnya dan mengungkapkan informasi tentang dirinya. Perkembangan C mantiq dan struktur syntax is terlihat dalam kemampuan anak memahami hubungan obyek dan peristiwa melalu tindakan yang akan dilakukan. Mulai menyampaikan informasi terkait tindakan yang akan dilakukan, obyek yang dia pegang, dan tempat serta waktu yang dilaluinya dalam sebuah kalimat yang dapat dipahami maknanya.

Kemampuan menyimak dan keterampilan berbicara dapat di kamu dikembangkan melalui salah satu metode store yaitu metode story telling. Metode ini dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan menyiapkan pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan prinsip prinsip pengembangan bahasa pada anak usia dini dengan menyesuaikan kebutuhan dan karakteristik anak di dalam kelas tersebut. Sesuai dengan cara berfikir anak didik di taman kanak kanak, metode ini dapat mewadahi karakteristik anak yang dimiliki daya Imajinasi dan fantasi yang tinggi. Penggunaan cerita dengan struktur kata dan kalimat yang lengkap dalam penerapan metode story telling, tetap memperhatikan sistem aturan bahasa. Aturan Penggunaan bahasa dalam metode story telling meliputi kemampuan anak dalam kejelasan mengucapkan sebuah suara atau kata, merangkai berbagai kata menjadi maka kalimat yang bermakne, serta aturan dalam penyusunan kalimat, dan penerimaan bahasa yang diterima oleh lingkungan sosial. Upaya untuk meningkatkan kemampuan anak dengan kepemilikan struktur kata dan kalimat lengkap serta mengikuti sistem aturan bahasa dapat

Diperoleh dengan penerapan model metode story telling. Kegiatan story telling merupakan kegiatan bercerita tentang suatu obyek secara lengkap, detail, dan bermakna Dengan kegiatan bercerita ini perbendaharaan kosakata anak akan bertambah, kemampuan anak menyusun kata menjadi semua kalimat yang bermakna serta kemampuan anak untuk menyampaikan dengan ucapan yang jelas. Usia pra sekola h adalah usia emas untuk anak dalam menguasai kata. Dimana pada usia dua setengah tahun anak hanya memiliki dua atau tiga ratus kosa kata, namun pada usia hingga enam tahun, ia bisa menguasai ribuan kata. Pemberian stimulus yang tepat saat kegiatan pengembangan akan mempengaruhi kemampuannya dalam berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi seorang anak mempengaruhi dan berdampak pada perolehan prestasi akademik. Begitupula, kemampuan bahasa orang dewasa berasal dari pengalaman belajar dan interaksi antara anak dengan lingkungan sekitarnya (Syamsuardi, 2022))

Kesesuaian pemilihan metode yang sesuai dengan kebutuhan belajar anak akan mengoptimalkan perkembangan empati anak. Pengembangan rasa empati sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak melalui dukungan guru melalui model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Melalui storytelling anak dapat mengambil nilai-nilai dalam cerita yang dibacakan oleh guru, kemudian anak akan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Ungkapan perasaan dan memahami suati peristiwa / kondisi dalam cerita, dapat di lihat saat kegiatan storytelling.

Metode pembelajaran metode storytelling merupakan salah satu metode yang di sukai anak-anak. story telling adalah kegiatan menyampaikan informasi dan berkomunikasi melalui kegiatan bercerita dari seorang pencerita kepada pendengar. Informasi yang diberikan dalam saat kegiatan bercerita di olah oleh anak sebagai pengetahuan untuk mengenali emosi diri dan orang lain, menemukan pemecahan masalah, serta memahami situasi dan kondisi tertentu. Storytellingdisampaikan tanpa menggunakan alat peraga, namun dengan mengandalkan kualitas vokal,mimik wajah, gerakan tangan serta tubuh. Kegiatan bercerita sering disebut dengan istilah storytelling atau narrationyangberarti menyampaikan cerita secara lisan kepada pendengar tapi terkadang tanpa kegiatanmembaca ataupun menggunakan buku cerita.

Seorang anak yang melakukan kegiatan story telling di depan dan berperan sebagai story Teller. Harus mampu mendominasi komunikasi serta menyampaikan pesan pesan melalui kata kata. Informasi yang disampaikan oleh story Teller diharapkan dapat menggambarkan kejadian, tokoh, atau obyek tertentu pada sebuah cerita yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak. Story telling merupakan komunikasi Tatap muka yang bersifat dua arah dan membantu anak untuk mengenali dirinya sendiri dan memahami orang lain (Aqila Tsabita Salsabila, 2021).

Usia dini adalah masa dimana anak dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki, karena pada masa ini perkembangan anak lebih pesat daripada setelah melewati pada usia ini.pendidikan yang dilakanakan di PAUD merupakan pendidkkan dengan meletakkan dasar-dassar kecerdasan yang mencakup (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional yang mencakup (sikap dan perilaku serta agama), dan bahasa yang sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Penerapan metode storytelling diawali dengan penentuan tema. Berdassarkan tema tesebut guru menntukan pokok bahasan yang akan menjadi objek kegiatan storytelling. Pokok bahasan disusun dalam rancangan pembelajaran harian. Untuk pelaksanaanya penggunaan RPPH diulang untuk 2 pekan pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memperkuat bahasa lisan anak dalam pengucapan dan penyampaian informasi dengan menggunakan kalimat yang dapat dipahami orang lain. Pengulangan ini juga bertujuan untuk memberikan pehaman keda anak tentang makna sebuah kata, dan memperkaya kosa kata.

Storytelling diawali dengan memberikan pertanyaan terbuka agar anak berusaha menggali pengetahuan yang dimiliki. Menyebutkan ciri khusus, kondisi dna manfaat sebuah objek dengan menggunakan berbagi kosakata.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan temuan-temuan pada hasil belajar peserta didik. Temuan berdasarkan refleksi disusun dan dikembangkan dalan kegiatan perbaikan. Jenis peneltian dalam kegiatan perbaikan pembelajaran adalah peneltian tindakan kelas. Penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta dan hambatan yang di temukan saat proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. PTK adalah peneltian yang dilaksanakan untuk mengetahui hambatan dan menemukan solusi dalam pelaksanaan pembelajaran (Widayati, 2018) PTK dapat dijadikan sarana bagi guru untuk meningkatkan komptensi diri secara mandiri. Memahami kekuatan dan kelemahan dalam pembelajaran untuk dijadikan dasar pelaksanaan penelitian tindaka kelas.

Penelitian tindakan kelas merupakan jenis peneltian yang dilakusanakn berdasrkan temuan fakta di kelas saat pembelajaran berlangsung dan hasil pembelajaran yang dicapai. Peneltian ini merupakan salah satu upaya guru untuk meningkatkan kompetensi dirinya secara mandiri. (Oktavian, 2021). Perbaikan kualitas pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan observasi, dokumen nilai dan dokumentasi pelaksanaan pembelajaram.

Perbaikan kualitas pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan observasi, dokumen nilai dan dokumentasi pelaksanaan pembelajaram. Penelitian yang dilakukan peneliti berdasarkan data yang di catat dalam kegiatan belajar pra siklus.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ”Aku Mau SD” merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk menyiapkan anak di SD. Mulai dari kemandirian, sosial dan akademiknya. Pada pelaksanaan pembelajaran, sebagian besar anak dikelompok B, kurang merespon pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru. Ada beberapa anak yang bisa menjawab pertanyaan, namun jawabannya hanya sekedar mengannguk atau menggeleng. Guru mencoba mengganti pertanyaan dengan pertanyaan terbuka. Yang mengharuskan anak menjawab dengan kaliamt penjelasan. Anak yang mampu menjawab , memberikan jawaban dengan kata -kata dan kalimatnya kurang dipahami.

Dari hasil refleksi awal / pra siklus maka selanjutnya peneliti menyusun rancangan tindakan kelas pada siklus 1. Reaksi peserta didik terhadap proses pengembangan saat kegiatan storytelling. Beberapa anak mulai menyampaikan pendapat, menutarakan alasan dan bertanya,

Secara keseluruhan pembelajaran memiliki beberapa kelemahan yaitu; anak belum terbiasa mengutarakan pendapat dan berdiskusi. Kosakat dan ungkapan anak masih terbatas

Kelebihan dalam pembelajaran ini adalah kegiatan storytelling melatih anak untuk mengungkapkan bahasa, bertanya, menjawab pertanyaan dan menambah kosakata

Hal unik yang saya temui dalam kegiatan perbaikan, anak antusias untuk memilih dan mengamati media yang disedikan, kareanktertarikan itu banyak pertanyaan yang dilontarkan. Guru melempar pertanyaan tersebutu untuk dijawab anak yanglain. Hal ini merupakan awalh kekampuan anak tumbuh denga bertanya dan menjawab pertanyaan untuk pelaksanaan storytelling.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan oleh peneliti bertujuan untuk memperbaikai kegiatan pembelajran. Penelitian jenis PTK dilaksanakan oleh peneliti dengan dibantu rekan sejawat sebagai supervisor 2 yaitu Ibu Atika Salsabilah. tugas supervisor 2 adalah mengobservasi seluruh kegiatan pelaksanaan PTK mulai dari rancangan, pelaksanaan dan evaluasi hasil tindakan perbaikan. Kepala Sekolah bertindak sebagai penilai yaitu Edola Sitokdana,A.Ma.Pd. Penilai memiliki tugas menilai proses perbaikan yang dilakukan peneliti. Laporan disususn dan di laporkan untuk penyempurnaan kepada Bapak Dr.Andi Yulius,S.Pd.M.Pd selaku supervisor 1 dan Tutor matakuliah PKP. Hasil analisis data di paparkan dalam tabel dan grafik yang disusun dalam laporan PKP.

Penelitian dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh data dan gambaran terhadap hasil pelaksanaan perbaikan tentang kemampuan anak pada aspek perkembangan bahasa. Populasi data dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah siswa yang berada di kelompok B. Data dikumpulkan melalui catatan observasi dan hasil belajar peserta didik serta analisis hasil refleksi. PTK diawali dengan merefleksi kegiatan pra siklus yang menunjukkan hanya kemampuan bahasa anak di kelompok B TK Negeri Kalomdol. Hal ini ditunjukkan kemampuan bahasa anak yang rendah. Anak tidak mampu menjawab pertanyaan, menyampaikan informasi dan diskusi.

Perencanaan merupakan awal pelaksanaan PTK dari hasil refleksi pada kegiatan pra siklus. Kegiatan perbaikan dilakukan dalam 5 rpph pada siklus 1 dan 5 rpph pada siklus 2. Setiap pelaksanaan siklus diakhiri dengan refleksi dan menganalisis hasil belajar peserta didik. Data ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Dan dianalisis menggunakan teknik deskriptif kuantitatif menggunakan presentase.

X 100% (Syaodih, 2012)

Keterangan:

K = Ketercapian Pembelajaran

N = hasil observasi

n = Jumlah peserta didik

Penelitian dilakukan untuk mencapai peningkatan kemampuan bahasa dalam menambah kosakata. Mutu pembelajaran di perbaiki dalam pelaksanaan PTK melalui kegiatan pembelajaran yang bermakna. Rencana pada pelaksaan tindakan diawali dengan melakukan refleksi. Hasil refleksi digunakan untuk merevisi rencana perbaikan dalam sebuah identifikasi masalah. Dari hasil identifikasi masalah selanjutnya dianalisis untuk dapat merumuskan masalah yang merujuk pada tujuan penelitian. Dan selanjutnya merencanakan tidakan serta melaksanakan PTK . Ada 4 langkah dalam yang dilakukan harus secara berurutan. Langkah pertama adalah perencanaan yang di rancang berdasarkan temuan hasil refleksi pada proses pembelajaran sebelumnya. Langkah kedua adalah pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran sesuai dengan rancangan skenario perbaikan. Langkah selanjutnya adalah mengamati tindakan dalam pernaikan pembelajaran dikelas

Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode PTK memiliki siklus yang sama dan dapat diulang jika belum mencapai keberhasilan seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1

Siklus pelaksanaan

Indikator keberhasilan peserta didik dalam kegiatan tindakan perbaikan ditunjukkan oleh kemampuan anak dalam mengungkapkan pikiran melalui kegiatan storytelling . Peserta yang Didik yang dikatakan bersasir adalah peserta yang mencapai capaian pembelajaran berkembang sesuai harapan sebanyak 70% dari seluruh jumlah siswa yaitu 18. Kemampuan anak untuk menyampaiakn informasi, memahami informasi, bertanya dan menjawab pertanyaan yang dapat dipahami orang lain dan menggunakan banyak kosakata. Kalimat yangdisampaikan juga jelas dan bermakna.

PEMBAHASAN

Pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus terdiri dari 5 rpph perbaikan pembelajaran pada siklus 1 dan 5 rpph pada siklus 2. Catatan data dan temuan-temuan pada saat kegiatan perbaikan dicatat dan dianalisis dalam bentuk tabel grafik, dan refleksi. Fakta-fakta yang terungkap pada saat kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan pelaksanaan perbaikan diperoleh data sebagai berikut:

Siklus 1

Catatan refleksi pada siklus 1 menunjukkan bahwa data yang diperoleh berupa hasil pembelajaran siswa belum menunjukkan keberhasilan. Pembelajaran mencapai hasil 61% dari seluruh jumlah siswa yaitu 18. Skenario perbaikan yang dilaksanakan pada siklus 1 belum mencapai keberhasilan.

Kegiatan storytelling yang dilaksanakan untuk tujuan perbaikan pembelajaran diawali dengan menggunakan media yang akan digunakan untuk bercerita. Penyediaan media ini bertujuan untuk menumbuhkan nalar kritis anak dan rasa keingintawa anak-anak agar dapat menyampaikan pendapatnya serta mendapat kosakata baru terkait dengan kegiatan story telling.

Kegiatan perbaikan pada siklus 1 dilengkapi dengan nyanyian sesuai dengan tema yaitu aku mau SD. Kegiatan bernyanyi ini bertujuan untuk mengenalkan tentang tema aku mau SD. Storytelling dilakukan pada tempat duduk anak masing-masing. Anak hanya berdiri dan menceritakan tentang apa pokok bahasan pada hari itu. Kegiatan seperti ini ternyata memiliki kelemahan. Ketika ada teman bercerita maka anak yang duduk di bagian lain kelas tidak memperhatikan sehingga kelas menjadi gaduh.

Saat ada teman bercerita anak yang lain pun terkadang tidak memperhatikan dan tidak menyimak sehingga anak yang bercerita merasa tidak dihargai dan bercerita sebentar saja. Kegiatan story telling merupakan kegiatan yang baru dikenal oleh anak. Berbeda dengan kegiatan bercerita story telling merupakan kegiatan yang menceritakan objek tertentu atau tema tertentu dengan menggali objek tersebut mulai dari jenis warna dan penggunaannya.

Hasil perbaikan dalam kegiatan pembelajaran perbaikan pada siklus 1 belum menunjukkan keberhasilan, hal ini dapat diperoleh dari perolehan capaian pembelajaran BSH belum memcapai 61 % dari 11 peserta didik.

Keberhasilan pembelajaran dalam tindakan perbaikan pada siklus 1 belum mencapai indikator keberhasilan. Maka kegiatan akan diulang. Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 2 tidak berubah dan mengulang kegiatan pada siklus 1. Hal ini dilakukan untuk memberikan pemahaman dan menambah kosakata baru kepada anak agar lebih mendalam.

Siklus 2

Pelaksanaan pada siklus 2 dengan metode dan kegiatan yang sama. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak. Rancangan kegiatan yang disusun dalam 5 rpph dan dilakukan dalam sepekan. Kegiatan perbaikan sama dengan siklus 1. Pada pelaksanaan siklus 2 penataan lingkungan kelas berbeda dengan siklus 1. Lingkungan kelas pada pelaksanaan siklus 2 ditata menyerupai letter huruf "U". Dan disediakan tempat atau area untuk anak-anak tampil dan melakukan kegiatan story telling.

Penataan lingkungan kelas ini mendukung penampilan anak saat kegiatan story telling di depan. Seluruh anak akan memperhatikan temannya yang sedang melakukan kegiatan story telling dan memberikan tepuk tangan setelah temannya selesai. Hal ini mendukung kemampuan anak untuk melakukan kegiatan story telling karena merasa dihargai dan diberi dukungan dari lingkungan sekitarnya.

Pengulangan kegiatan yang sama dengan kegiatan siklus 1, berikan kesempatan kepada anak untuk lebih bereksplorasi dengan media dan menambah kosakata baru pada kegiatan diskusi, bertanya, dan menjawab pertanyaan dari teman-temannya.

Perubahan penataan lingkungan kelas dengan memberikan tempat untuk tampil story telling menunjukkan hasil perbaikan pada siklus 2 mencapai keberhasilan. Anak yang mencapai penilaian berkembang sesuai harapan dengan mampu menceritakan, menjawab pertanyaan dan bertanya mencapai 14 siswa atau 77%. Hal ini sesuai dengan indikator keberhasilan maka siklus 2 dinyatakan berhasil dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Keberhasilan ini ditunjukkan pada tabel dan grafik dibawah ini :

Jumlah siswa

Tindakan

Hasil

8

Pra siklus

44%

11

Siklus 1

61%

14

Siklus 2

77%

Kegiatan perbaikan yang dilaksanakan pada dua siklus bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak melalui metode story telling. Metode story telling merupakan metode yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara, bertanya, menjawab pertanyaan, serta memperkaya kosakata dengan kegiatan bercerita. Bercerita yang dilakukan pada metode story telling berbeda dengan kegiatan bercerita pada umumnya. Story tading pada pelaksanaan tindakan perbaikan yaitu dengan memfokuskan cerita pada pokok bahasan.

Pada skh 1 siklus 1 dengan pokok bahasan aku kegiatan story telling dilakukan dengan cara anak menyampaikan informasi tentang dirinya mulai dari nama, nama lengkap, usia, dan cita-cita. Guru menyediakan kartu nama, kartu angka, dan kartu gambar profesi sesuai dengan cita-cita anak. Hal ini bertujuan untuk menggali informasi atau pengetahuan anak menggunakan media-media tersebut.

Ketika kegiatan storytelling anak bisa menemukan kosakata dengan mengamati gambar dan media yang disediakan. Pada saat pelaksanaan ada beberapa anak yang sudah mampu menceritakan dengan metode story telling dengan pokok bahasan aku. Anak menyebutkan nama lengkap omah nama panggilan serta usianya. Kemudian dengan membawa sebuah gambar profesi anak juga menceritakan tentang cita-citanya.

Perbedaan pada kegiatan perbaikan antara siklus 1 dan 2 adalah pada penataan lingkungan main atau penataan kelas. Penataan kelas pada siklus 1 anak tetap duduk di tempatnya masing-masing titik sedangkan pada pelaksanaan siklus 2 tempat duduk dirubah seperti letter huruf u dan diberikan ruang atau tempat tampil anak yang akan melakukan kegiatan story telling.

Perubahan penataan lingkungan kelas ini berpengaruh pada hasil belajar pada tindakan perbaikan. Pada siklus 1 anak melakukan kegiatan story telling hanya berdiri dari tempat duduknya tanpa tampil di depan. Sehingga anak-anak yang lain cenderung cuek dan tidak memperhatikan temannya yang sedang bercerita. Sedangkan pada siklus 2 seluruh anak dapat melihat penampilan temannya di depan dan memberikan tepuk tangan.

Perolehan hasil belajar pada siklus 1 dan siklus 2 terjadi peningkatan. Pada kegiatan pra siklus kemampuan bahasa anak mencapai 44% atau 8 anak mencapai berkembang sesuai harapan. Pelaksanaan tindakan pertama pada siklus 1 mencapai 60% atau 11 siswa mencapai capaian pembelajaran berkembang sesuai harapan. Dengan perubahan penataan lingkungan kelas maka peningkatan pada siklus 2 mencapai 77% atau 14 siswa dari seluruh 18 siswa. Peningkatan pada siklus 1 menunjukkan keberhasilan, dengan capaian pembelajaran mencapai 77% melebihi indikator keberhasilan yaitu 75%.

KESIMPULAN

Keberhasilan penelitian di TK Tunas Kemala Bhayangkari 11 Mimika dalam peningkatan penguasaan bahasa melalui metode story steling terlihat pada setiap siklus mengalami peningkatan. Pulang dengan memakai pokok bahasan yang sama memberikan pemahaman yang bermakna kepada anak-anak dan dapat menambah kosakata titik sehingga kata-kata yang digunakan saat story telling lebih banyak, dan mengungkapkan kalimat untuk menyampaikan informasi lebih jelas dan dipahami oleh orang lain.

Perubahan pada penataan lingkungan kelas juga berpengaruh kepada hasil belajar anak. Perubahan penataan lingkungan kelas sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dalam perbaikan pembelajaran akan dapat mendukung hasil belajar anak. Pengulangan kegiatan dengan pokok bahasan yang sama pada story telling memberikan pemahaman dan kesempatan kepada anak untuk lebih bereksplorasi tentang pokok bahasan dengan tema aku mau masuk SD.

Pokok bahasan aku, membahas tentang nama lengkap dan nama panggilan anak serta usia. Pembahasan ini pada awalnya memang tidak mudah bagi anak tapi setelah diulang dalam dua siklus maka anak-anak lebih memahami bagaimana memperkenalkan diri dan menceritakan tentang dirinya secara jelas dan dapat dimengerti oleh orang lain.

Guru adalah motor penggerak dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Kemampuan guru untuk menemui dan mengenali serta menemukan solusi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Memberikan pengaruh dan dampak pada hasil belajar anak. Refleksi merupakan salah satu upaya bagi guru untuk dapat meningkatkan kompetensi secara mandiri, dengan menemukan dan kekurangan saat pembelajaran dan melakukan perbaikan sebagai solusi.

DAFTAR PUSTAKA

Aqila Tsabita Salsabila, d. (2021). Pengaruh Storytellingdalam Meningkatkan Kemampuan Empati Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 2.

Britton, Lesley. (1992). Montessori Play and Learn. London: Vermilion.

Depdikbud. (1996). Didaktik/Metodik Umum di Taman Kanak-kanak. Depdikbud Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

Dhieni, Nurdiana. (2019). Metode Perkembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka

Kholilullah, H. H. (2020). PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI. urnal penelitian sosial dan keagamaan AKTUALITA.

Oktavian, L. (2021). PKM PENINGKATAN PEMAHAMANGURU MENGENAIPENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN KUALITATIF DI MAN 1 PESAWARAN. Jurnal WIDYA LAKSMI , 2.

Sri Tatminingsih.dkk, 2022. Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka Indonesia

Syamsiyah, N. (2022). Implementasi Metode Bercerita sebagai Alternatif Meningkatkan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1197-1211.

Syamsuardi. (2022)). Metode Storytelling dengan Musik Instrumental untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak dan Berbicara Anak. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 163-172.

Widayati, A. (2018). PENELITIAN TINDAKAN KELAS. JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA, 87-9

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI METODE STORYTELLING DI KELOMPOK B TK TUNAS KEMALA BHAYANGKARI 11 MIMIKA

Frederika Walten, [email protected]

Program Pendidikan Profesi Guru, IKIP Siliwangi Bandung

Abstrak

Hasil pengemtan guru selama proses pembelajaran pengembangan bahasa, kemampuan anak-anak saat bercerita, menyimak, dan mengungkapkan bahasa dinilai sangat rendah. Hasil pembelajaran terakhir tentang tema aku mau SD, setiap anak memiliki tugas untuk menceritakan apa yang diketahui tentang SD. Anak-anak cenderung diam dan tidak bisa mengungkapkan apa yang dimaksudnya. Sebagian anak menyampaikan maksudnya dengan kata pendek dan kalimat yang tidak jelas dan harus dibantu melengkapi sebuah kalimat untuk menjelaskan informasi yang diketahuinya tentang SD. Kesesuaian pemilihan metode yang sesuai dengan kebutuhan belajar anak akan mengoptimalkan perkembangan empati anak. Pengembangan rasa empati sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak melalui dukungan guru melalui model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Melalui storytelling anak dapat mengambil nilai-nilai dalam cerita yang dibacakan oleh guru, kemudian anak akan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Ungkapan perasaan dan memahami suati peristiwa / kondisi dalam cerita, dapat di lihat saat kegiatan storytelling. Keberhasilan penelitian di TK Tunas Kemala Bhayangkari 11 Mimika dalam peningkatan penguasaan bahasa melalui metode story steling terlihat pada setiap siklus mengalami peningkatan. Pulang dengan memakai pokok bahasan yang sama memberikan pemahaman yang bermakna kepada anak-anak dan dapat menambah kosakata titik sehingga kata-kata yang digunakan saat story telling lebih banyak, dan mengungkapkan kalimat untuk menyampaikan informasi lebih jelas dan dipahami oleh orang lain. Perubahan pada penataan lingkungan kelas juga berpengaruh kepada hasil belajar anak. Perubahan penataan lingkungan kelas sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dalam perbaikan pembelajaran akan dapat mendukung hasil belajar anak. Pengulangan kegiatan dengan pokok bahasan yang sama pada story telling memberikan pemahaman dan kesempatan kepada anak untuk lebih bereksplorasi tentang pokok bahasan dengan tema aku mau masuk SD.

Kata Kunci : bahasa, storytelling, anak usia dini

PENDAHULUAN

Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini merupakan upaya untuk meletakkan dasar ke arah pertumbuhan sesuai dengan karakteristik anak dan tahapan tumbuh kembang sesuai dengan usianya. Tercapainya dasar keterampilan berbahasa pada anak usia dini ditentukan oleh pengetahuan dan informasi serta stimulasi yang didapatkan saat kegiatan pengembangan di sekolah. Pemahaman orang tua dan guru tentang pentingnya perkembangan bahasa pada anak, dapat mendukung keterlaksanaan kegiatan pengembangan dan stimulasi yang dilakukan di sekolah dan di rumah. Mengenalkan berbagai teori pengembangan bahasa dilakukan dalam kegiatan parenting, dan pemberian note di grup WhatsApp masing-masing. Tahapan-tahapan tertentu pada perkembangan bahasa anak usia dini, dapat diterapkan melalui kebiasaan dan pemberian motivasi di rumah serta dukungan kegiatan main di sekolah titik sehingga perkembangan bahasa anak dapat diwujudkan melalui kegiatan yang menyenangkan dan bermakna..

Bahasa bagi seluruh manusia sesungguhnya menjadi salah satu kemahiran yang harus dimiliki. Setiap manusia harus memiliki kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa seseorang mempengaruhi kemampuan dalam berinteraksi, menyelesaikan tugas-tugasnya, dan memberi serta menerima informasi dalam aktivitas sehari-hari. Anak usia dini memerlukan bahasa untuk dapat mengembangkan kemampuan diri melalui kegiatan bermain pembelajaran dan bersosialisasi di rumah serta di sekolah. Kemampuan bahasa pada anak usia dini dapat diperoleh melalui stimulasi yang diberikan oleh orang tua, guru, dan lingkungan sekitar.

Melalui aktivitas pengembangan bahasa dalam kegiatan stimulasi anak dapat memperoleh bahasa, mengungkapkan bahasa, serta memproses bahasa sebagai pengetahuan baru. Kemampuan anak untuk memperoleh dan memberikan informasi kepada orang lain sangat erat kaitanya dengan kemampuan berbahasa yang dimilikinya. Perkembangan Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain (Syamsiyah, 2022).

Hasil pengemtan guru selama proses pembelajaran pengembangan bahasa, kemampuan anak-anak saat bercerita, menyimak, dan mengungkapkan bahasa dinilai sangat rendah. Hasil pembelajaran terakhir tentang tema aku mau SD, setiap anak memiliki tugas untuk menceritakan apa yang diketahui tentang SD. Anak-anak cenderung diam dan tidak bisa mengungkapkan apa yang dimaksudnya. Sebagian anak menyampaikan maksudnya dengan kata pendek dan kalimat yang tidak jelas dan harus dibantu melengkapi sebuah kalimat untuk menjelaskan informasi yang diketahuinya tentang SD.

Pengembangan bahasa anak usia dini tidak hanya membaca dan menulis. Tetapi mengungkapkan bahasa secara lisan untuk bertanya dan menyampaikan informasi dengan jelas dan dapat dipahami oelh orang lain.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti memfokuskan tindakan perbaikan dalam peneltian ini dengan merumuskan masalah ”Bagaimana mengembangkan kemampuan bahasa melalui metode storytelling dikelompok B TK TUNAS KEMALA BHAYANGKARI 11 MIMIKA?”. Pelaksanaan penelitian dalam siklus tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak di kelompok B. Peneltian ini juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai pendidik dapat merancang kegiatan perbaikan dan menyusun perencanaan pembelajaran. Melatih guru untuk merefleksi setiap pembelajran yang dilakukan. Dengan refleksi diharapkan guru dapat menyusun dan merencanakan perbaikan dalam setiap kegiatan pembelajarannya.

Pada masa kanak kanak anak mau berada pada Fase pertumbuhan dan perkembangan yang disebut Golden age. Yaitu masa pertumbuhan di mana seluruh aspek perkembangan anak berkembang lebih cepat daripada masa masa yang lain dalam pertumbuhannya. Masa kanak kanak ini memerlukan perhatian ekstra dan stimulasi yang tepat karena setiap kelebihan dan keistimewaan Pada diri anak akan terlihat dan mendapatkan stimulasi sehingga dapat berkembang sesuai dengan arah pertumbuhan dan perkembangannya. Kehidupan selanjutnya Pada masa setelah masa kanak kanak juga ditentukan dari pengembang perkembangan dan pertumbuhan pada masa kanak kanak.

Maria Montessori dalam Britton (1992:13), seorang tok oh pendidikan anak usia dini yang terkenal, menyatakan bahwa masa kritis pertumbuhan anak yang menentukan kondisi perkembangan dan pertumbuhannya di masa depan berada pada masa usia sejak lahir sampai enam tahun. Kepekaan dan sensitivitas anak dalam menerima berbagai stimulus ditunjukkan pada masa ini. Stimulasi yang diberikan kepada anak baik secara langsung maupun didapatkan pada saat kegiatan bermain di lingkungannya akan ber memberikan dampak pada perkembangan selanjutnya. Sama halnya dengan perkembangan bahasa. Stimulasi dasar yang diberikan pada perkembangan bahasa anak pada saat Menyampaikan dan menerima informasi dengan cara menyimak, berbicara, serta kegiatan membaca dan menulis. Stimulasi yang diberikan harus seimbang agar diperoleh perkembangan yang optimal.

Pengungkapan bahasa dapat dilakukan pada kegiatan pengembangan bahasa lisan, tulisan, dan isyarat melalui ekspresi wajah. Pengungkapan bahasa diungkap Disampaikan melalui pemikiran dan emosi dalam bentuk simbol simbol. Selanjutnya menurut Santrock (2007:353) bahasa adalah suatu bentuk komunikasi yang berupa lisan, tertulis atau isyarat yang berdasar pada suatu sistem dari simbol-simbol. Bahasa merupakan media yang digunakan untuk menjalin komunikasi dengan merangkai berbagai macam variasi dan memadukannya dan tetap memegang aturan aturan dari sebuah kata dan kalimat. Dengan bahasa seorang anak dapat menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan perasaannya melalui ekspresi diri kepada orang lain. Berinteraksi dengan orang lain juga membutuhkan bahasa melalui kegiatan komunikasi. Peran penting dalam pengembangan bahasa di taman kanak kanak. Dijelaskan dalam Depdikbud (1996) Dasar dalam pelaksanaan program pembelajaran pengembangan bahasa, guru harus memiliki pengetahuan tentang perkembangan dan pembaharuan pengembangan bahasa. Interaksi dengan lingkungan sekitar dan bersosialisasi dengan teman sebaya membutuhkan komunikasi.

Kemampuan anak dalam berkomunikasi khususnya berbicara ditentukan oleh kemampuan dalam kejelasan mengucapkan setiap kata, banyak sedikitnya perbendaharaan kata yang dimiliki, serta kemampuan mengekspresikan diri saat menyampaikan perasaan dan gagasannya. Pengembangan bahasa pada anak dapat dilakukan secara alamiah dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas ataupun di sekolah. Yaitu dengan cara bercerita, bertanya dan menjawab pertanyaan, serta bermain dengan teman temannya. Oleh sebab itu guru perlu memberikan kesempatan kepada anak baik formal dan nonformal. Kesempatan alamiah dengan mengeksplorasi diri dalam berkomunikasi, mendapatkan kosakata baru, dan mengenal berbagai bunyi untuk dapat mengembangkan variasi dan kompleksitas berbahasa.

Pengalaman yang didapatkan secara alamiah dalam kegiatan berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman sebaya dan lingkungan sekitarnya, dapat mendukung dan menambah perbendaharaan kosakata anak serta kemampuan artikulasi kejelasan pengucapan bahasa. Kemampuan anak untuk memahami syntax is atau tata bahasa juga dapat dipelajari saat merangkai kata kata seperti kalimat tanya, menjawab pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Misalnya, “Rita memberi makan kucing” bukan “kucing Rita makan memberi”. Semantik maksudnya penggunaan kata sesuai dengan tujuannya. Anak taman kanak-kanak sudah dapat mengekspresikan, keinginannya, penolakan, dan pendapatnya, dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang tepat. Misalnya,”tidak mau” untuk menyatakan penolakan.

Kemampuan anak dengan mulai meniru kata yang diucapkan orang dewasa di sekitarnya dan mengungkapkan informasi tentang dirinya. Perkembangan C mantiq dan struktur syntax is terlihat dalam kemampuan anak memahami hubungan obyek dan peristiwa melalu tindakan yang akan dilakukan. Mulai menyampaikan informasi terkait tindakan yang akan dilakukan, obyek yang dia pegang, dan tempat serta waktu yang dilaluinya dalam sebuah kalimat yang dapat dipahami maknanya.

Kemampuan menyimak dan keterampilan berbicara dapat di kamu dikembangkan melalui salah satu metode store yaitu metode story telling. Metode ini dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan menyiapkan pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan prinsip prinsip pengembangan bahasa pada anak usia dini dengan menyesuaikan kebutuhan dan karakteristik anak di dalam kelas tersebut. Sesuai dengan cara berfikir anak didik di taman kanak kanak, metode ini dapat mewadahi karakteristik anak yang dimiliki daya Imajinasi dan fantasi yang tinggi. Penggunaan cerita dengan struktur kata dan kalimat yang lengkap dalam penerapan metode story telling, tetap memperhatikan sistem aturan bahasa. Aturan Penggunaan bahasa dalam metode story telling meliputi kemampuan anak dalam kejelasan mengucapkan sebuah suara atau kata, merangkai berbagai kata menjadi maka kalimat yang bermakne, serta aturan dalam penyusunan kalimat, dan penerimaan bahasa yang diterima oleh lingkungan sosial. Upaya untuk meningkatkan kemampuan anak dengan kepemilikan struktur kata dan kalimat lengkap serta mengikuti sistem aturan bahasa dapat

Diperoleh dengan penerapan model metode story telling. Kegiatan story telling merupakan kegiatan bercerita tentang suatu obyek secara lengkap, detail, dan bermakna Dengan kegiatan bercerita ini perbendaharaan kosakata anak akan bertambah, kemampuan anak menyusun kata menjadi semua kalimat yang bermakna serta kemampuan anak untuk menyampaikan dengan ucapan yang jelas. Usia pra sekola h adalah usia emas untuk anak dalam menguasai kata. Dimana pada usia dua setengah tahun anak hanya memiliki dua atau tiga ratus kosa kata, namun pada usia hingga enam tahun, ia bisa menguasai ribuan kata. Pemberian stimulus yang tepat saat kegiatan pengembangan akan mempengaruhi kemampuannya dalam berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi seorang anak mempengaruhi dan berdampak pada perolehan prestasi akademik. Begitupula, kemampuan bahasa orang dewasa berasal dari pengalaman belajar dan interaksi antara anak dengan lingkungan sekitarnya (Syamsuardi, 2022))

Kesesuaian pemilihan metode yang sesuai dengan kebutuhan belajar anak akan mengoptimalkan perkembangan empati anak. Pengembangan rasa empati sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak melalui dukungan guru melalui model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Melalui storytelling anak dapat mengambil nilai-nilai dalam cerita yang dibacakan oleh guru, kemudian anak akan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Ungkapan perasaan dan memahami suati peristiwa / kondisi dalam cerita, dapat di lihat saat kegiatan storytelling.

Metode pembelajaran metode storytelling merupakan salah satu metode yang di sukai anak-anak. story telling adalah kegiatan menyampaikan informasi dan berkomunikasi melalui kegiatan bercerita dari seorang pencerita kepada pendengar. Informasi yang diberikan dalam saat kegiatan bercerita di olah oleh anak sebagai pengetahuan untuk mengenali emosi diri dan orang lain, menemukan pemecahan masalah, serta memahami situasi dan kondisi tertentu. Storytellingdisampaikan tanpa menggunakan alat peraga, namun dengan mengandalkan kualitas vokal,mimik wajah, gerakan tangan serta tubuh. Kegiatan bercerita sering disebut dengan istilah storytelling atau narrationyangberarti menyampaikan cerita secara lisan kepada pendengar tapi terkadang tanpa kegiatanmembaca ataupun menggunakan buku cerita.

Seorang anak yang melakukan kegiatan story telling di depan dan berperan sebagai story Teller. Harus mampu mendominasi komunikasi serta menyampaikan pesan pesan melalui kata kata. Informasi yang disampaikan oleh story Teller diharapkan dapat menggambarkan kejadian, tokoh, atau obyek tertentu pada sebuah cerita yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak. Story telling merupakan komunikasi Tatap muka yang bersifat dua arah dan membantu anak untuk mengenali dirinya sendiri dan memahami orang lain (Aqila Tsabita Salsabila, 2021).

Usia dini adalah masa dimana anak dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki, karena pada masa ini perkembangan anak lebih pesat daripada setelah melewati pada usia ini.pendidikan yang dilakanakan di PAUD merupakan pendidkkan dengan meletakkan dasar-dassar kecerdasan yang mencakup (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional yang mencakup (sikap dan perilaku serta agama), dan bahasa yang sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Penerapan metode storytelling diawali dengan penentuan tema. Berdassarkan tema tesebut guru menntukan pokok bahasan yang akan menjadi objek kegiatan storytelling. Pokok bahasan disusun dalam rancangan pembelajaran harian. Untuk pelaksanaanya penggunaan RPPH diulang untuk 2 pekan pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memperkuat bahasa lisan anak dalam pengucapan dan penyampaian informasi dengan menggunakan kalimat yang dapat dipahami orang lain. Pengulangan ini juga bertujuan untuk memberikan pehaman keda anak tentang makna sebuah kata, dan memperkaya kosa kata.

Storytelling diawali dengan memberikan pertanyaan terbuka agar anak berusaha menggali pengetahuan yang dimiliki. Menyebutkan ciri khusus, kondisi dna manfaat sebuah objek dengan menggunakan berbagi kosakata.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan temuan-temuan pada hasil belajar peserta didik. Temuan berdasarkan refleksi disusun dan dikembangkan dalan kegiatan perbaikan. Jenis peneltian dalam kegiatan perbaikan pembelajaran adalah peneltian tindakan kelas. Penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta dan hambatan yang di temukan saat proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. PTK adalah peneltian yang dilaksanakan untuk mengetahui hambatan dan menemukan solusi dalam pelaksanaan pembelajaran (Widayati, 2018) PTK dapat dijadikan sarana bagi guru untuk meningkatkan komptensi diri secara mandiri. Memahami kekuatan dan kelemahan dalam pembelajaran untuk dijadikan dasar pelaksanaan penelitian tindaka kelas.

Penelitian tindakan kelas merupakan jenis peneltian yang dilakusanakn berdasrkan temuan fakta di kelas saat pembelajaran berlangsung dan hasil pembelajaran yang dicapai. Peneltian ini merupakan salah satu upaya guru untuk meningkatkan kompetensi dirinya secara mandiri. (Oktavian, 2021). Perbaikan kualitas pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan observasi, dokumen nilai dan dokumentasi pelaksanaan pembelajaram.

Perbaikan kualitas pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan observasi, dokumen nilai dan dokumentasi pelaksanaan pembelajaram. Penelitian yang dilakukan peneliti berdasarkan data yang di catat dalam kegiatan belajar pra siklus.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ”Aku Mau SD” merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk menyiapkan anak di SD. Mulai dari kemandirian, sosial dan akademiknya. Pada pelaksanaan pembelajaran, sebagian besar anak dikelompok B, kurang merespon pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru. Ada beberapa anak yang bisa menjawab pertanyaan, namun jawabannya hanya sekedar mengannguk atau menggeleng. Guru mencoba mengganti pertanyaan dengan pertanyaan terbuka. Yang mengharuskan anak menjawab dengan kaliamt penjelasan. Anak yang mampu menjawab , memberikan jawaban dengan kata -kata dan kalimatnya kurang dipahami.

Dari hasil refleksi awal / pra siklus maka selanjutnya peneliti menyusun rancangan tindakan kelas pada siklus 1. Reaksi peserta didik terhadap proses pengembangan saat kegiatan storytelling. Beberapa anak mulai menyampaikan pendapat, menutarakan alasan dan bertanya,

Secara keseluruhan pembelajaran memiliki beberapa kelemahan yaitu; anak belum terbiasa mengutarakan pendapat dan berdiskusi. Kosakat dan ungkapan anak masih terbatas

Kelebihan dalam pembelajaran ini adalah kegiatan storytelling melatih anak untuk mengungkapkan bahasa, bertanya, menjawab pertanyaan dan menambah kosakata

Hal unik yang saya temui dalam kegiatan perbaikan, anak antusias untuk memilih dan mengamati media yang disedikan, kareanktertarikan itu banyak pertanyaan yang dilontarkan. Guru melempar pertanyaan tersebutu untuk dijawab anak yanglain. Hal ini merupakan awalh kekampuan anak tumbuh denga bertanya dan menjawab pertanyaan untuk pelaksanaan storytelling.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan oleh peneliti bertujuan untuk memperbaikai kegiatan pembelajran. Penelitian jenis PTK dilaksanakan oleh peneliti dengan dibantu rekan sejawat sebagai supervisor 2 yaitu Ibu Atika Salsabilah. tugas supervisor 2 adalah mengobservasi seluruh kegiatan pelaksanaan PTK mulai dari rancangan, pelaksanaan dan evaluasi hasil tindakan perbaikan. Kepala Sekolah bertindak sebagai penilai yaitu Edola Sitokdana,A.Ma.Pd. Penilai memiliki tugas menilai proses perbaikan yang dilakukan peneliti. Laporan disususn dan di laporkan untuk penyempurnaan kepada Bapak Dr.Andi Yulius,S.Pd.M.Pd selaku supervisor 1 dan Tutor matakuliah PKP. Hasil analisis data di paparkan dalam tabel dan grafik yang disusun dalam laporan PKP.

Penelitian dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh data dan gambaran terhadap hasil pelaksanaan perbaikan tentang kemampuan anak pada aspek perkembangan bahasa. Populasi data dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah siswa yang berada di kelompok B. Data dikumpulkan melalui catatan observasi dan hasil belajar peserta didik serta analisis hasil refleksi. PTK diawali dengan merefleksi kegiatan pra siklus yang menunjukkan hanya kemampuan bahasa anak di kelompok B TK Negeri Kalomdol. Hal ini ditunjukkan kemampuan bahasa anak yang rendah. Anak tidak mampu menjawab pertanyaan, menyampaikan informasi dan diskusi.

Perencanaan merupakan awal pelaksanaan PTK dari hasil refleksi pada kegiatan pra siklus. Kegiatan perbaikan dilakukan dalam 5 rpph pada siklus 1 dan 5 rpph pada siklus 2. Setiap pelaksanaan siklus diakhiri dengan refleksi dan menganalisis hasil belajar peserta didik. Data ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Dan dianalisis menggunakan teknik deskriptif kuantitatif menggunakan presentase.

X 100% (Syaodih, 2012)

Keterangan:

K = Ketercapian Pembelajaran

N = hasil observasi

n = Jumlah peserta didik

Penelitian dilakukan untuk mencapai peningkatan kemampuan bahasa dalam menambah kosakata. Mutu pembelajaran di perbaiki dalam pelaksanaan PTK melalui kegiatan pembelajaran yang bermakna. Rencana pada pelaksaan tindakan diawali dengan melakukan refleksi. Hasil refleksi digunakan untuk merevisi rencana perbaikan dalam sebuah identifikasi masalah. Dari hasil identifikasi masalah selanjutnya dianalisis untuk dapat merumuskan masalah yang merujuk pada tujuan penelitian. Dan selanjutnya merencanakan tidakan serta melaksanakan PTK . Ada 4 langkah dalam yang dilakukan harus secara berurutan. Langkah pertama adalah perencanaan yang di rancang berdasarkan temuan hasil refleksi pada proses pembelajaran sebelumnya. Langkah kedua adalah pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran sesuai dengan rancangan skenario perbaikan. Langkah selanjutnya adalah mengamati tindakan dalam pernaikan pembelajaran dikelas

Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode PTK memiliki siklus yang sama dan dapat diulang jika belum mencapai keberhasilan seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1

Siklus pelaksanaan

Indikator keberhasilan peserta didik dalam kegiatan tindakan perbaikan ditunjukkan oleh kemampuan anak dalam mengungkapkan pikiran melalui kegiatan storytelling . Peserta yang Didik yang dikatakan bersasir adalah peserta yang mencapai capaian pembelajaran berkembang sesuai harapan sebanyak 70% dari seluruh jumlah siswa yaitu 18. Kemampuan anak untuk menyampaiakn informasi, memahami informasi, bertanya dan menjawab pertanyaan yang dapat dipahami orang lain dan menggunakan banyak kosakata. Kalimat yangdisampaikan juga jelas dan bermakna.

PEMBAHASAN

Pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus terdiri dari 5 rpph perbaikan pembelajaran pada siklus 1 dan 5 rpph pada siklus 2. Catatan data dan temuan-temuan pada saat kegiatan perbaikan dicatat dan dianalisis dalam bentuk tabel grafik, dan refleksi. Fakta-fakta yang terungkap pada saat kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan pelaksanaan perbaikan diperoleh data sebagai berikut:

Siklus 1

Catatan refleksi pada siklus 1 menunjukkan bahwa data yang diperoleh berupa hasil pembelajaran siswa belum menunjukkan keberhasilan. Pembelajaran mencapai hasil 61% dari seluruh jumlah siswa yaitu 18. Skenario perbaikan yang dilaksanakan pada siklus 1 belum mencapai keberhasilan.

Kegiatan storytelling yang dilaksanakan untuk tujuan perbaikan pembelajaran diawali dengan menggunakan media yang akan digunakan untuk bercerita. Penyediaan media ini bertujuan untuk menumbuhkan nalar kritis anak dan rasa keingintawa anak-anak agar dapat menyampaikan pendapatnya serta mendapat kosakata baru terkait dengan kegiatan story telling.

Kegiatan perbaikan pada siklus 1 dilengkapi dengan nyanyian sesuai dengan tema yaitu aku mau SD. Kegiatan bernyanyi ini bertujuan untuk mengenalkan tentang tema aku mau SD. Storytelling dilakukan pada tempat duduk anak masing-masing. Anak hanya berdiri dan menceritakan tentang apa pokok bahasan pada hari itu. Kegiatan seperti ini ternyata memiliki kelemahan. Ketika ada teman bercerita maka anak yang duduk di bagian lain kelas tidak memperhatikan sehingga kelas menjadi gaduh.

Saat ada teman bercerita anak yang lain pun terkadang tidak memperhatikan dan tidak menyimak sehingga anak yang bercerita merasa tidak dihargai dan bercerita sebentar saja. Kegiatan story telling merupakan kegiatan yang baru dikenal oleh anak. Berbeda dengan kegiatan bercerita story telling merupakan kegiatan yang menceritakan objek tertentu atau tema tertentu dengan menggali objek tersebut mulai dari jenis warna dan penggunaannya.

Hasil perbaikan dalam kegiatan pembelajaran perbaikan pada siklus 1 belum menunjukkan keberhasilan, hal ini dapat diperoleh dari perolehan capaian pembelajaran BSH belum memcapai 61 % dari 11 peserta didik.

Keberhasilan pembelajaran dalam tindakan perbaikan pada siklus 1 belum mencapai indikator keberhasilan. Maka kegiatan akan diulang. Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 2 tidak berubah dan mengulang kegiatan pada siklus 1. Hal ini dilakukan untuk memberikan pemahaman dan menambah kosakata baru kepada anak agar lebih mendalam.

Siklus 2

Pelaksanaan pada siklus 2 dengan metode dan kegiatan yang sama. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak. Rancangan kegiatan yang disusun dalam 5 rpph dan dilakukan dalam sepekan. Kegiatan perbaikan sama dengan siklus 1. Pada pelaksanaan siklus 2 penataan lingkungan kelas berbeda dengan siklus 1. Lingkungan kelas pada pelaksanaan siklus 2 ditata menyerupai letter huruf "U". Dan disediakan tempat atau area untuk anak-anak tampil dan melakukan kegiatan story telling.

Penataan lingkungan kelas ini mendukung penampilan anak saat kegiatan story telling di depan. Seluruh anak akan memperhatikan temannya yang sedang melakukan kegiatan story telling dan memberikan tepuk tangan setelah temannya selesai. Hal ini mendukung kemampuan anak untuk melakukan kegiatan story telling karena merasa dihargai dan diberi dukungan dari lingkungan sekitarnya.

Pengulangan kegiatan yang sama dengan kegiatan siklus 1, berikan kesempatan kepada anak untuk lebih bereksplorasi dengan media dan menambah kosakata baru pada kegiatan diskusi, bertanya, dan menjawab pertanyaan dari teman-temannya.

Perubahan penataan lingkungan kelas dengan memberikan tempat untuk tampil story telling menunjukkan hasil perbaikan pada siklus 2 mencapai keberhasilan. Anak yang mencapai penilaian berkembang sesuai harapan dengan mampu menceritakan, menjawab pertanyaan dan bertanya mencapai 14 siswa atau 77%. Hal ini sesuai dengan indikator keberhasilan maka siklus 2 dinyatakan berhasil dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Keberhasilan ini ditunjukkan pada tabel dan grafik dibawah ini :

Jumlah siswa

Tindakan

Hasil

8

Pra siklus

44%

11

Siklus 1

61%

14

Siklus 2

77%

Kegiatan perbaikan yang dilaksanakan pada dua siklus bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak melalui metode story telling. Metode story telling merupakan metode yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara, bertanya, menjawab pertanyaan, serta memperkaya kosakata dengan kegiatan bercerita. Bercerita yang dilakukan pada metode story telling berbeda dengan kegiatan bercerita pada umumnya. Story tading pada pelaksanaan tindakan perbaikan yaitu dengan memfokuskan cerita pada pokok bahasan.

Pada skh 1 siklus 1 dengan pokok bahasan aku kegiatan story telling dilakukan dengan cara anak menyampaikan informasi tentang dirinya mulai dari nama, nama lengkap, usia, dan cita-cita. Guru menyediakan kartu nama, kartu angka, dan kartu gambar profesi sesuai dengan cita-cita anak. Hal ini bertujuan untuk menggali informasi atau pengetahuan anak menggunakan media-media tersebut.

Ketika kegiatan storytelling anak bisa menemukan kosakata dengan mengamati gambar dan media yang disediakan. Pada saat pelaksanaan ada beberapa anak yang sudah mampu menceritakan dengan metode story telling dengan pokok bahasan aku. Anak menyebutkan nama lengkap omah nama panggilan serta usianya. Kemudian dengan membawa sebuah gambar profesi anak juga menceritakan tentang cita-citanya.

Perbedaan pada kegiatan perbaikan antara siklus 1 dan 2 adalah pada penataan lingkungan main atau penataan kelas. Penataan kelas pada siklus 1 anak tetap duduk di tempatnya masing-masing titik sedangkan pada pelaksanaan siklus 2 tempat duduk dirubah seperti letter huruf u dan diberikan ruang atau tempat tampil anak yang akan melakukan kegiatan story telling.

Perubahan penataan lingkungan kelas ini berpengaruh pada hasil belajar pada tindakan perbaikan. Pada siklus 1 anak melakukan kegiatan story telling hanya berdiri dari tempat duduknya tanpa tampil di depan. Sehingga anak-anak yang lain cenderung cuek dan tidak memperhatikan temannya yang sedang bercerita. Sedangkan pada siklus 2 seluruh anak dapat melihat penampilan temannya di depan dan memberikan tepuk tangan.

Perolehan hasil belajar pada siklus 1 dan siklus 2 terjadi peningkatan. Pada kegiatan pra siklus kemampuan bahasa anak mencapai 44% atau 8 anak mencapai berkembang sesuai harapan. Pelaksanaan tindakan pertama pada siklus 1 mencapai 60% atau 11 siswa mencapai capaian pembelajaran berkembang sesuai harapan. Dengan perubahan penataan lingkungan kelas maka peningkatan pada siklus 2 mencapai 77% atau 14 siswa dari seluruh 18 siswa. Peningkatan pada siklus 1 menunjukkan keberhasilan, dengan capaian pembelajaran mencapai 77% melebihi indikator keberhasilan yaitu 75%.

KESIMPULAN

Keberhasilan penelitian di TK Tunas Kemala Bhayangkari 11 Mimika dalam peningkatan penguasaan bahasa melalui metode story steling terlihat pada setiap siklus mengalami peningkatan. Pulang dengan memakai pokok bahasan yang sama memberikan pemahaman yang bermakna kepada anak-anak dan dapat menambah kosakata titik sehingga kata-kata yang digunakan saat story telling lebih banyak, dan mengungkapkan kalimat untuk menyampaikan informasi lebih jelas dan dipahami oleh orang lain.

Perubahan pada penataan lingkungan kelas juga berpengaruh kepada hasil belajar anak. Perubahan penataan lingkungan kelas sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dalam perbaikan pembelajaran akan dapat mendukung hasil belajar anak. Pengulangan kegiatan dengan pokok bahasan yang sama pada story telling memberikan pemahaman dan kesempatan kepada anak untuk lebih bereksplorasi tentang pokok bahasan dengan tema aku mau masuk SD.

Pokok bahasan aku, membahas tentang nama lengkap dan nama panggilan anak serta usia. Pembahasan ini pada awalnya memang tidak mudah bagi anak tapi setelah diulang dalam dua siklus maka anak-anak lebih memahami bagaimana memperkenalkan diri dan menceritakan tentang dirinya secara jelas dan dapat dimengerti oleh orang lain.

Guru adalah motor penggerak dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Kemampuan guru untuk menemui dan mengenali serta menemukan solusi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Memberikan pengaruh dan dampak pada hasil belajar anak. Refleksi merupakan salah satu upaya bagi guru untuk dapat meningkatkan kompetensi secara mandiri, dengan menemukan dan kekurangan saat pembelajaran dan melakukan perbaikan sebagai solusi.

DAFTAR PUSTAKA

Aqila Tsabita Salsabila, d. (2021). Pengaruh Storytellingdalam Meningkatkan Kemampuan Empati Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 2.

Britton, Lesley. (1992). Montessori Play and Learn. London: Vermilion.

Depdikbud. (1996). Didaktik/Metodik Umum di Taman Kanak-kanak. Depdikbud Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

Dhieni, Nurdiana. (2019). Metode Perkembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka

Kholilullah, H. H. (2020). PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI. urnal penelitian sosial dan keagamaan AKTUALITA.

Oktavian, L. (2021). PKM PENINGKATAN PEMAHAMANGURU MENGENAIPENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN KUALITATIF DI MAN 1 PESAWARAN. Jurnal WIDYA LAKSMI , 2.

Sri Tatminingsih.dkk, 2022. Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka Indonesia

Syamsiyah, N. (2022). Implementasi Metode Bercerita sebagai Alternatif Meningkatkan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1197-1211.

Syamsuardi. (2022)). Metode Storytelling dengan Musik Instrumental untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak dan Berbicara Anak. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 163-172.

Widayati, A. (2018). PENELITIAN TINDAKAN KELAS. JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA, 87-9

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ulasan yang sangat menarik

09 Mar
Balas



search

New Post